Bagiku, menempuh 20 kilometer saat pergi dan 20 kilometer saat pulang dengan harga tiket yang dibayar per harinya Rp.8,000,- selain menghemat pengeluaran juga menghemat tenaga. Manfaat ini mungkin juga dirasakan oleh penumpang lainnya, dan menjadi alasan kenapa setiap hari aku bertemu dengan banyak sekali orang di transportasi ini.
Ketika aku pulang kerja pun suasana tak kalah ramai, bedanya aku melihat wajah yang lelah namun tetap melangkah, tak jarang aku menjumpai beberapa orang yang sudah lusuh penampilannya tetapi tetap berdiri kuat, tertidur di tempat duduknya, dan aku menyaksikan bagaimana setiap stasiun memiliki rombongannya masing-masing.
Berbeda dengan hari kerja, ketika hari libur atau akhir pekan aku melihat kehangatan yang luar biasa di depan mataku. Aku melihat banyak keluarga yang kalau boleh ku tebak mungkin mereka akan menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan di Jakarta/Bogor, atau pergi ke rumah nenek, dan bisa saja mereka hendak pergi mudik.
Namun, satu hal yang pasti; tawa anak-anak kecil itu membuat hatiku ikut senang melihatnya. Mereka duduk melihat ke jendela, sesekali memanggil ayah atau ibunya dan menunjuk hal yang ia lihat di luar sana. Aku juga pernah melihat seorang ayah, ibu, dan anak di Commuter Line pada jam 21.00 WIB, ketiganya tertidur pulas, kepala sang anak bersandar ke bahu ayahnya, sementara sang ibu tertidur tunduk sambil memeluk tas ranselnya.
Menempuh Banyak Titik
Setelah kupikir-pikir, Commuter Line ini menghubungkan banyak tempat, memberikan harapan untuk banyak orang bisa sampai ke tempat tujuannya. Bagaimana bisa aku tempuh Bogor, Jakarta Kota, Tangerang, Rangkasbitung tanpa lelah kalau bukan karena Commuter Line yang menjangkau puluhan bahkan ratusan kilometer dengan fasilitas dan tarif yang membuat dompetku tersenyum ceria.
Aku sudah menempuh stasiun akhir Tangerang dan merasakan bagaimana nikmatnya duduk di gerbong yang sepi, aku melihat bagaimana stasiun Bekasi, berhenti di stasiun akhir Bogor, berjalan-jalan di stasiun Jakarta Kota, dan menikmati perjalanan panjang di Green Line Tanah Abang - Rangkasbitung.
Aku tidak pernah khawatir tidak bisa pulang ke rumah selama aku masih berada di dekat stasiun dan aku bisa naik Commuter Line. Pulang kerja sampai jam 11 malam pun aku tidak khawatir karena mobilitas harianku tercukupi dengan adanya moda transportasi ini dengan tarif yang murah.
Menurutku, untuk jarak tempuh ku bekerja, kalau bukan karena keberadaan Commuter Line aku pasti sudah kewalahan harus menempuh puluhan kilometer itu dengan biaya yang lebih besar. Maka hal itu menjadi alasanku kenapa aku memilih untuk menuju tempat kerja menggunakan KRL: Murah.
Menggunakan Commuter Line pun aku masih bisa menghabiskan waktuku di perjalanan---nonton drakor, scroll sosial media, dan membaca buku. Jadi, kalau dipikir-pikir rugi, aku justru lebih banyak untungnya. Setidaknya lelahku di perjalanan tidak berakhir sia-sia. Masih ada ongkos yang bisa dihemat, ada waktu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan 2 episode per hari, dan membaca 5 lembar halaman buku ku ketika sedang transit.
Jika aku bandingkan dengan harga KRL di jaman aku SD saat masih sering ikut mamaku kerja, untuk harga yang murah namun fasilitasnya belum memadai, aku melihat bahwa Commuter Line saat ini selalu lebih baik perkembangannya.