Mohon tunggu...
Cindy Nevada
Cindy Nevada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pertanian dalam Pusaran Digital Anak Muda

14 Mei 2019   15:41 Diperbarui: 14 Mei 2019   15:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalau kita pernah mendengar salah satu kutipan menarik dari Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah berkata "Berikanlah aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia." Kutipan lain juga disampaikan dari seorang jurnalis senior, Najwa Shihab yang mengatakan "Indonesia tidak tersusun dari batas peta, tapi dari gerak dan peran besar kaum muda."

Seketika timbul pertanyaan mengapa semua harus dimulai oleh anak muda? Apa Indonesia sekecil itu hanya bisa dibangun oleh anak muda? Jika kita berbicara mengenai dunia digital, generasi milenial, media sosial, idealis vs realistis, industri 4.0, regenerasi bangsa, sudah jelas yang hadir di otak kita adalah "anak muda".  Menurut saya, tugas anak muda tidak hanya bertarung dan memikirkan apa yang harus dilakukan agar Indonesia terus aman. Namun, tugas anak muda bagi saya hanya sekedar melanjutkan apa yang telah dikerjakan di zaman sebelumnya dengan cara yang lebih berinovasi dan kreatif, dengan hal itu Indonesia akan maju dan berkembang dengan sendirinya.

Indonesia dikelilingi oleh berbagai macam faktor yang mesti diperhatikan dan dibentuk, khususnya dalam sektor pertanian. Kegelisahan rakyat Indonesia selalu ada hubungannya dengan sektor pertanian. Anak muda saat ini mungkin berpikir bahwa pertanian merupakan pekerjaan yang berat, melelahkan, membosankan, dan tidak menghasilkan dampak yang besar secara materi. Padahal, dengan munculnya isu mengenai Indonesia yang sedang menghadapi bonus demografi, seharusnya anak muda merupakan jalan utama untuk ikut terjun dalam sektor pertanian dan berperan untuk menciptakan pertanian yang semakin kuat serta ketahanan pangan yang stabil agar berguna di masa depan.

Jika kita membahas sedikit cerita di zaman dahulu, banyak anak muda yang lahir di desa ingin merantau ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dibanding sekedar bercocok tanam di desa. Namun, apakah memungkinkan jika di zaman sekarang anak muda yang lahir di desa, pergi ke kota untuk menimba ilmu kemudian kembali ke desa untuk membuat sebuah inovasi yang baru dalam sektor pertanian?

Pertanyaan itu sudah terjawab melalui data dari Kementerian Pertanian tahun 2019 yang berjudul "Kinerja Pembangunan Pertanian 2015-2018." Dalam data tersebut dipaparkan jika pendaftar Politeknik Pembangunan Pertanian dari 2013-2018 naik drastis sebanyak 1.238%. Tercatat pada tahun 2017, sebanyak 7.097 orang mendaftar untuk pendidikan dalam sektor pertanian. Angka itu meningkat tajam di tahun 2018, sebanyak 13.111 orang mendaftar di Politeknik Pembangunan Pertanian. Angka ini mencetak generasi milenial berorientasi ekspor yang siap mendongkrak daya saing SDM pertanian.

Selain itu,menurut data dari Ditjen Dikti yang berjudul "Perkembangan Jumlah Mahasiswa Pertanian 2010-2018" bahwa dari tahun 2010-2018 jumlah mahasiswa pertanian meningkat sebanyak 64,16% dengan angka sebanyak 173.158 mahasiswa meningkat menjadi 284.259 mahasiswa. Dari data tersebut, Ditjen Dikti juga memprediksi bahwa di tahun 2025 angka tersebut akan meningkat menjadi 536.000 mahasiswa.

Tidak hanya sekedar mendalami pendidikan pertanian saja, anak muda harus mengambil berbagai peran di sektor pertanian. Pertama, anak muda harus terlibat dalam berbagai proses kebijakan sektor pertanian, kebijakan-kebijakan yang diatur oleh pemerintah harus berani dikritisi dan dibangun berdasarkan data. Anak muda harus mengeluarkan berbagai gagasan yang beda dan kreatif guna kemajuan pertanian Indonesia.

Kedua, tidak hanya sekedar berkontribusi dalam pembuat kebijakan, anak muda harus melakukan pengawasan terhadap seluruh program-program pertanian. Sebuah gagasan yang menarik akan kalah dengan realita di lapangan. Program-program yang diajukan harus disusun serta direalisasikan secara benar dan tepat terhadap target yang telah ditetapkan.

Ketiga, Kementerian Pertanian memberikan bantuan fasilitas teknologi seperti alat mesin pertanian (alsintan) sejak tahun 2014 dengan harapan bahwa generasi milenial mau belajar dan siap untuk meningkatkan produksi pangan Indonesia. Hal ini merupakan sebuah bukti nyata dari pemerintah untuk mendorong peningkatan jumlah produksi.

Kesempatan inilah yang harus dicuri oleh anak muda sebagai "regenerasi petani" yang selalu ambisius dan skeptis jika berbicara mengenai teknologi. Tidak hanya terus-menerus mencari cara yang beda untuk mendorong produksi pangan, namun kita harus memikirkan apakah dengan adanya bantuan teknologi, hasil produksi pangan yang akan menjadi berbeda dan lebih meningkat dari sebelumnya? Ini saatnya kita menjadi "petani modern" dengan mengandalkan dan memanfaatkan alat bantu pertanian yang disediakan untuk memperkuat produksi pangan. Apalagi jika Indonesia ingin mewujudkan lumbung pangan dunia pada tahun 2045, kontribusi anak muda di dalam sektor pertanian pasti menjadi salah satu pilar penting untuk negara. Kehadiran anak muda tidak hanya menjaga regenerasi petani, namun juga mendorong munculnya berbagai inovasi di pertanian Indonesia.

Sekarang merupakan waktu yang tepat bagi pemerintah untuk terus memberikan pendidikan secara intensif kepada anak muda dalam sektor pertanian terkait penggunaan teknologi pertanian, pengelolaan bisnis, dan berinovasi menggunakan digital di bidang-bidang yang mereka geluti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun