Bahkan dalam detik-detik terakhir hidupnya, ia masih memikirkan kenyamanan Ae-sun.
Ini bukan sekadar adegan dramatis. Ini pengingat bahwa cinta tidak berhenti pada kata "aku cinta kamu." Cinta adalah tindakan, bahkan saat kita tahu waktu bersama sudah tidak lama lagi.
Mengapa Kita Ingin Pasangan Seperti Gwan-sik?
Sebagian orang mungkin mencibir, "Itu kan cuma drama. Mana ada sih pria sebaik itu di dunia nyata." Tapi siapa bilang semua pria di dunia nyata itu penuh dengan drama dan ego?Â
Mungkin Gwan-sik memang karakter fiksi, tapi nilai-nilai yang dia bawa tidak fiksi sama sekali.
Bukankah kita semua ingin punya pasangan yang tidak hanya setia saat senang, tapi juga bertahan saat susah? Bukan masalah tampan atau kaya, tapi tentang seberapa besar dia mau berkorban.Â
Dalam dunia nyata, kita mungkin tidak butuh yang sempurna, tapi kita butuh seseorang yang mau berjuang bersama seperti Gwan-sik dan Ae-sun.
Dan jika kita mendambakan sosok seperti Gwan-sik, mungkin kita juga perlu bertanya, sudahkah kita menjadi seperti Ae-sun yang tangguh, sabar, dan penuh dengan dukungan?Â
Karena cinta yang baik tidak hanya tentang menemukan orang yang tepat, tapi juga menjadi orang yang pantas dicintai.
When Life Gives You Tangerines tidak hanya bercerita tentang kisah cinta yang manis, tapi juga tentang bagaimana cinta yang tidak pernah menyerah dan cinta yang memilih tetap bertahan meski dihantam badai bertubi-tubi.
Jika cinta yang kita inginkan adalah cinta yang tulus dan nyata, maka mungkin inilah saatnya kita bertanya pada diri sendiri. Sudahkah kita berjuang seperti Gwan-sik dan mencintai seperti Ae-sun?
Referensi
1. Hazan, C., & Shaver, P. (1987). Romantic love conceptualized as an attachment process. Journal of Personality and Social Psychology, 52(3), 511--524.