Drama Korea When Life Gives You Tangerines baru saja tamat beberapa hari yang lalu, dan efeknya masih begitu terasa.Â
Banyak orang yang masih terbangun di pagi hari dengan kondisi mata sembab setelah maraton menonton drama ini. Ini bukan lagi sekadar slice of life, tapi kehidupan itu sendiri, ditampilkan dengan jujur, apa adanya dan tanpa embel-embel kebahagiaan yang palsu.
Di tengah arus drama yang sering kali menghadirkan kisah cinta klise, sempurna dan manis yang berlebihan, When Life Gives You Tangerines justru muncul sebagai antitesis.Â
Ini adalah tentang bagaimana kehidupan yang penuh dengan perjuangan, cinta yang tidak selalu berjalan dengan mulus, dan mimpi yang kadang harus dikubur demi realita. Mungkin itulah kenapa banyak penonton merasa seakan hidup mereka sedang ditampilkan di layar kaca.
Gwan-sik adalah Bukti Cinta yang Tidak Sekadar Kata
Satu nama yang kini menjadi sorotan adalah Yang Gwan-sik.Â
Bukan cuma karena diperankan oleh Park Bo-gum saat muda dan Park Hae-joon saat tua, tapi karena karakternya yang telah berhasil menggambarkan cinta dengan cara yang jarang kita temui dalam drama, yakni tulus, nyata, dan penuh dengan berbagai usaha.
Cinta Gwan-sik kepada Oh Ae-sun bukan cinta yang ribut dengan kata-kata manis. Ia tidak perlu terus berkata "aku cinta kamu" karena baginya, cinta adalah memberi bukti, bukan janji.Â
Ia rela meninggalkan cita-citanya sebagai atlet demi menafkahi keluarga. Ia melaut dalam cuaca buruk, berenang seorang diri untuk menyebrangi laut dingin demi Ae-sun, dan selalu menanyakan satu hal sederhana namun bermakna, "Apakah kamu bahagia?"
Pertanyaan ini mungkin terdengar biasa saja. Tapi jika dipikirkan lebih dalam, inilah esensi dari cinta sejati itu sendiri dengan memastikan pasangan hidup dengan bahagia tanpa banyak drama.Â
Dalam psikologi cinta, ini dikenal sebagai compassionate love. Cinta yang penuh dengan perhatian dan tidak melulu mengutamakan ego sendiri. Gwan-sik memahami bahwa mencintai berarti menjaga, bukan sekadar mengumbar kata.