pandemi Covid-19 ini "benar-benar" berakhir? Sepertinya tak ada seorang pun yang dapat memberikan penjelasan secara logis dan jitu mengenai akhir dari pandemi ini.
KapankahMasyarakat berada pada ambang kebingungan dengan kondisi ketidakpastian. Berbagai fenomena pun muncul kepermukaan sebagai bukti nyata dari adanya kecemasan dan kekhawatiran akan timbulnya sebuah ancaman.
Sebuah ancaman? Tentu saja. Covid-19 yang telah menyebar secara global termasuk ke Indonesia telah menjadi sebuah ancaman besar yang telah merenggut 362 ribu nyawa didunia hingga saat ini (29/5/20).
Pemerintah terus menerus mengupayakan berbagai cara dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia, antara lain seperti diterapkannya regulasi himbauan "Physical Distancing" dan "Stay at Home" kepada seluruh masyarakat.
Disinilah peran serta kita sebagai anggota dari masyarakat dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Sementara itu, disisi lain tak dapat dipungkiri lagi bahwa situasi mendesak yang tak pasti seringkali memiliki kecenderungan meningkatkan level kecemasan dari seorang individu. Dalam situasi seperti ini yakni didalam pandemi Covid-19, tingkat kecemasan masyarakat pun kian meningkat.
Tingginya tingkat kecemasan membuat seorang individu menjadi rentan melakukan berbagai tindakan yang berada diluar akal sehat, seperti menimbun barang. Akal sehat tak berfungsi, tindakan yang ditujukan untuk meredam kecemasan justru manambah kecemasan, menimbulkan kepanikan massal, serta permasalahan baru, yakni lonjakan harga.
Seperti yang kita ketahui dalam hukum penawaran dan permintaan, pada umumnya pasokan barang yang rendah diiringi dengan permintaan yang tinggi berimbas pada meningkatnya harga dari barang dan berlaku sebaliknya. Hal itulah yang kita rasakan disaat-saat harga masker dan hand sanitizer kian melonjak tajam.
Selain itu, berbagai tindakan yang berada diluar akal sehat pun telah menjadi dalang pemicu ketidakstabilan sistem keuangan di Indonesia saat ini.