Mohon tunggu...
Cindy Ismantara
Cindy Ismantara Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswi Trisakti School of Management

Hi Everyone! Have a great day!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanamkan Global Mindset Bukanlah Pilihan

19 September 2021   01:15 Diperbarui: 19 September 2021   01:50 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Borderless world atau dunia tanpa sekat merupakan istilah yang benar-benar menggambarkan realitas dunia di era globalisasi saat ini. Artinya, saat ini adalah era di mana satu negara dengan negara lain tidak ada batasan dari segala aspek, baik ekonomi, politik, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, semua manusia tidak terpisahkan dengan dunia global. Berbagai macam produk mulai dari peralatan makan, mandi, pakaian, kebutuhan rumah tangga, hingga produk teknologi seperti handphone dan laptop, merupakan produk-produk yang dihasilkan dari berbagai negara di dunia.

Menghadapi borderless world bukanlah pilihan, namun keharusan. Tidak ada individu, pihak tertentu, atau negara mana pun yang mampu menghentikan atau menghalangi dunia ini dengan sekat-sekat melalui hukum atau peraturan tertentu. Hal tersebut karena dunia tanpa sekat yang berkembang sangat dinamis, berada jauh di depan melampaui batas-batas nasional. Oleh sebab itu, supaya mampu menghadapi dunia tanpa sekat ini, kita perlu membangun global mindset.

Global mindset adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya yang berbeda secara internasional. -- Harvard Business Review

Secara tidak langsung, global mindset inilah yang menjadi tantangan dalam menghadapi borderless world. Jika bicara dalam ruang lingkup bisnis suatu perusahaan, kejadian risiko dalam menghadapi dunia tanpa sekat ini adalah perusahaan tidak mampu beradaptasi untuk bersaing di pasar internasional karena rendahnya global mindset sumber daya manusia yang bekerja di dalamnya. 

Memang, tak dapat dipungkiri bahwa dunia tanpa sekat memberikan peluang besar bagi berbagai industri untuk melakukan ekspansi bisnis, namun semua itu tergantung pada bagaimana global mindset dapat ditanamkan ke dalam nilai-nilai perusahaan dan direalisasikan. 

Hal ini karena dunia tanpa sekat menyebabkan perusahaan harus melakukan mobilisasi sumber daya, di mana hal ini tidak hanya terbatas pada pasar lokal, melainkan pasar global. Di sisi lain, jika perusahaan tidak mampu membangun global mindset dalam budaya perusahaannya, maka akan timbul risiko yang tinggi bagi perusahaan untuk kehilangan daya saing secara global.

Ketika perusahaan ingin melakukan ekspansi global, maka penting untuk menciptakan nilai-nilai dalam lingkungan internal yang mendukung terbentuknya global mindset. 

Sehingga, seluruh pihak dalam perusahaan mulai dari karyawan tingkat bawah, senior hingga pimpinan perusahaan memiliki satu visi misi tanpa ada pertentangan atau perbedaan tujuan. Maka dari itu, tidak dipungkiri dalam membentuk komposisi karyawan atau pun manajemen, perlu adanya keanekaragaman latar belakang budaya atau pun wilayah baik regional maupun global. 

Dengan demikian, perusahaan akan memiliki perspektif dan pengetahuan yang lebih luas untuk membantu tumbuh dan berkembangnya global mindset.

Salah satu contoh perusahaan yang sukses di pasar global dengan menerapkan global mindset adalah McDonald's. Adaptasi terhadap budaya dan lingkungan secara global yang beraneka ragam mampu mengubah citra McDonald's yang awalnya hanya dikenal sebagai penyedia hamburger biasa menjadi restoran yang peduli dengan berbagai variasi budaya, ciri khas dan selera konsumennya di setiap negara. 

Perusahaan tersebut sangat menyadari bahwa menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan keinginan customer adalah hal yang penting, karena yang menentukan kesuksesan suatu bisnis adalah tinggi rendahnya minat konsumen.

Contohnya saja McDonald's di Indonesia. Berbagai menu khas negara tanah air ini mampu disediakan olehnya, mulai dari burger dan ayam rasa rendang, gulai, sate, nasi uduk, ayam kremes, hingga ice cream nya pun disediakan rasa putu ayu dan es doger. Tidak hanya di Indonesia, McDonald's pun menyesuaikan cita rasa dengan berbagai negara lainnya seperti Korea, Jepang, Brazil, Scandinavia, dan masih banyak lagi. 

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah McDonald's punya risiko di mana produknya tidak diterima dengan baik oleh masyarakat lokal? Tentu punya. Bukan hanya McDonald's yang menghadapi hal ini, melainkan setiap perusahaan, ketika mulai memasarkan suatu produk baru, kejadian risiko untuk ditolak oleh pasar pasti muncul. Namun dengan adanya global mindset yang kuat untuk menarik pasar internasional, hal tersebut menjadi implementasi yang luar biasa oleh McDonald's dan tentu dapat menjadi teladan bagi perusahaan lain untuk belajar dan diterapkan.

We must ensure that the global market is embedded in broadly shared values and practices that reflect global social needs, and that all the world's people share the benefits of globalization. - Kofi Annan

REFERENSI

https://www.kompasiana.com/yupiter/61455d2653f9cd1caa16a9f3/miliki-global-mindset-menghadapi-dunia-tanpa-sekat?page=all

https://klasika.kompas.id/baca/global-mindset/

https://ardanakonsultan.com/artikel/membangun-global-mindset/

https://www.academia.edu/4161156/Mcdonalds_case_revised

https://koinworks.com/blog/ilmu-bisnis-dari-mcdonald/

https://www.kompas.com/food/read/2021/08/13/141200675/burger-rendang-dan-kentang-gulai-menu-baru-mcdonald-s-agustus-2021?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun