Parbulu, 9 Juni 2024 -- Tradisi temu manten dalam adat Jawa hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat sebagai bagian penting dari prosesi pernikahan. Upacara sakral ini digelar untuk mempertemukan kedua mempelai secara simbolis di hadapan keluarga besar dan masyarakat.
Temu manten adalah rangkaian pertemuan antara mempelai pria dan wanita setelah akad nikah. Proses ini meliputi berbagai tahapan yang penuh makna filosofis, mulai dari balang suruh (saling melempar daun sirih) yang bermakna saling membersihkan niat, wijidadi (menginjak telur) sebagai simbol kesiapan pengantin pria menjadi kepala rumah tangga, hingga sungkeman sebagai wujud bakti kepada orang tua.
"Menurut Suroto, temu manten merupakan salah satu tradisi dalam adat Jawa yang menggunakan kembar mayang sebagai sarana ritual. Prosesi ini mengandung makna agar pernikahan memperoleh berkah kebahagiaan, kelanggengan, serta kehidupan yang abadi."
Tradisi ini dijalankan oleh kedua mempelai yang dipandu langsung oleh pembawa acara adat yang paham dan menguasai prosesi urutan ritual temu manten. Keluarga besar dan para tamu undangan juga berperan sebagai saksi dari prosesi sakral ini.
Biasanya, temu manten dilaksanakan setelah akad nikah pada hari yang telah ditentukan berdasarkan hitungan kalender jawa.
"Suroto menjelaskan, hari baik untuk menikah dan melaksanakan prosesi temu manten ditentukan berdasarkan perhitungan hari kelahiran kedua mempelai dengan menggunakan kalender Jawa. Dalam adat Jawa, pernikahan tidak diperbolehkan dilaksanakan pada bulan Suro atau Muharam, karena bulan tersebut merupakan masa pergantian tahun dalam penanggalan Jawa dan dianggap kurang baik untuk mengadakan hajat besar, termasuk pernikahan."
Prosesi ini digelar di rumah mempelai wanita memakai tata cara Jawa. Biasanya prosesi temu manten sering ditemui dengan nuansa adat yang kental, dengan busana adat dan diiringi gending Jawa. Tradisi ini diyakini sebagai sarana penyatuan dua keluarga besar sekaligus penghormatan terhadap leluhur. Melalui simbol-simbol dalam prosesi, nilai luhur seperti kesetiaan, tanggung jawab, dan bakti kepada orang tua dan terus diwariskan kepada generasi penerus.
"Kami merasa sangat bahagia dan terharu saat prosesi temu manten di laksanakan dengan penuh khidmat. Terlebih lagi bisa mempertemukan keluarga besar untuk berkumpul di momen yang bahagia ini" ujar pihak keluarga mempelai wanita
Prosesi temu manten dilakukan dengan urutan yang tetap. Setelah pengantin pria datang, kemudian kedua pengantin saling melempar daun sirih dalam balangan suruh sebagai lambang membuang segala keburukan. Dilanjutkan dengan wijidadi, pengantin pria menginjak telur, lalu pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria, menandakan kesiapan memikul tanggung jawab rumah tangga lalu dilanjutkan dengan prosesi sindur, mempelai berputar, di mana orang tua dan sesepuh mengelilingi mereka dengan kain jarik, menyimbolkan bahwa mereka kini telah menjadi satu keluarga.