Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ibu Bohong

30 Agustus 2020   00:20 Diperbarui: 1 September 2020   18:33 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

Ibu di mana? Aku rindu. Hari ini tak mengenakkan, aku mau nangis di bahu ibu.

Ibu bohong, katanya jika ibu pergi dan tak pulang-pulang tandanya aku sudah bisa ibu tinggal sendiri. Mana buktinya, Bu?

Menyeka air mata sendiri, pejamkan lalu buka, pejamkan lagi lalu buka kembali. Ibu tetap belum pulang.

Kuambil es batu, kutaruh dalam kaleng bekas wafer yang sudah kubersihkan. Kubawa ke kamar, kuluruskan kakiku, mengambil posisi enak lantas pelan-pelan kutekan-tekan mataku.

Kamar ini adalah saksi bisu kala aku bermanjaan dengan Ibu.

Hari ke-225 Ibu pergi tanpa pamit. Marah aku pada Ibu. Penyesalanku tak berujung, rasanya aku menjadi satu-satunya anak paling durhaka, yang melepaskan Ibu tanpa alunan ayat suci Al'Quran, tanpa senyum dan bekal untuk Ibu.

"Dru, di manapun kamu berada, mukena jangan sampai ketinggalan, ngaji walau seayat jangan sampai kamu lupa. Nanti kalau Ibu tua, bekali ibu setiap ayat ya Dru biar tenang istirahatnya Ibu."

"Kan Ibu bisa ngaji sendiri. Kenapa harus Dru, Bu?"

"Ah kamu, Ibu tidak pernah keberatan bacakan dongeng hingga kau asik dengan novel danh andphone-mu. Masa kamu keberatan dengan permintaan ibu."

"Baik, Bu, aku bacakan untuk ibu setiap hari ya"

Tubuhku semakin hari semakin memburuk keadaannya, tiba-tiba demam lalu tiba-tiba sangat dingin. Sekali waktu bisa sampai 39 derajat lalu tiba-tiba menurun sampai 35 derajat. Lalu kepala yang tak tahan sakitnya jika sudah pusing melanda. Aku hanya bisa menangis agar kejadian terburuk tidak terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun