Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelacur Bersabda

26 Maret 2020   15:12 Diperbarui: 26 Maret 2020   15:18 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patahan lipstick tak beraturan, berantakan. Siapa pelakunya? Apa maksudnya?. Lantas kenapa hanya lipstick yang dibuat berantakan, kenapa tidak yang lain?.

Lelah belum terbayar dan sekarang harus mengumpulkan tenaga untuk memastikan kamar kostku baik-baik saja. Selama aku kost di sini rasanya belum pernah aku menemukan kejadian aneh.

Berminggu-minggu aku tinggalkanpun tidak pernah ada yang mencurigakan. Lalu ada apa dengan malam ini? Apa ada hubungannya dengan pertengkaranku tadi siang? Selemah itu Rio harus melemparkan rasa bersalahnya untuk membuatku menjadi tersudut?.Tapi Rio tidak punya kunci cadangan. Apa Rio merusak pintu kamar kostku?.

Limbung, pusing...

Sepertinya kejadian tengah malam yang disambung dengan pertemuan pagi tadi, benar-benar membuat aku kacau. Rio yang sangat aku andalkan tak berkutik. Sebagai laki-laki sungguh tak punya pendirian. Sempat Rio berkilah, ini untuk kebaikan.

Apa?. Kebaikan apa? . Tidak ada kebaikan, yang ada nafsu egoismu sebagai lelaki yang bermain. Laki-laki macam apa yang ingin aman di label kata lelaki.

Marah...amarah membuat lemah.

Kuambil Mac di meja kerjaku, aku siapkan lintingan tembakau beberapa saja dan kusiapkan espresso untuk aku bawa pergi.

Ada kata terakhir yang aku ingat, "aku sayang kamu, aku masih sayang kamu. Aku minta kamu mengerti, saat ini aku bingung".

Dalam detik terakhir intonasinya tak ada satupun pengharapan. Selayaknya kudapan yang siap untuk dimakan, aku lenyap.

Entah apa yang merasuki otak bejadku senja itu, bisa-bisanya aku berjalan kaki tanpa tahu kaki melangkah harus dibawa kemana. 5 menit Rio tak ada kabar. 30 menit sepertinya Rio baik-baik saja. 1 Jam Rio masih juga tak menghubungi aku.
Kampret kamu Rio, dasar laki-laki penakut. Kecil sekali nyali kamu, cemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun