Masih bercerita tentang makam Potoumeureuhom kali ini aku akan spesifik membahas tentang 200 anak tangga yang harus dilewati terlebih dahulu untuk menuju makam. Ada juga cerita menarik lagi tentang sebuah air guci keramat yang di percaya dapat mengoabati penyakit. Mari kita bahas, aku mengetahuai banyak hal tentang komplek makam ini seaktu tinggal di Desa Mukhan semasa kkn melayu serumpun di Aceh Jaya. Kami berkunjung pertama kali kesini setelah 3 atau empat hari di Mukhan. Komplek Makam Poe Teumeuhom ini terletak diatas bukit disalah satu gampong yang disebut dengan Gampong Gle Joeng. Untuk bisa mencapai bukit kita harus melewati anak tangga yang katanya berjumlah -+ 200 anak tangga. Makam Poe Teumeurehom ini sudah dijadikan sebagai salah satu Situs Cagar Budayaa oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, hal itu terlihat di Pelang informasi yang terletak diawal anak tangga. Penulisan papan Cagar Budaya ini sengaja diletakan dibagian depan agar setiap pengunjung yang datang selalu senantiasa menjaga, melindungi dan merawat peningalan sejarah ini. Sepanjang perjalanan melewati anak tangga itu kita bisa melihat pemandangan laut lepas yang mempesona. Dipinggir anak tangga juga disediakan beberapa tempat istirahat bagi pengunjung yang tidak sanggup untuk langsung ke puncak mengingat jarak menuju bukit lumayan jauh. Kami menaiki anak tangga dengan semangat, sambil melihat pemandangan pantai yang luas yang menyejukan mata.
Perjalanan dari desa Mukhan ke komplek makam hanya memakan waktu kurang lebih 8 menit kami berangkat bersepuluh bersama semua teman kelompok kkn dan Bang Fauzi masyarakat lokal yang setia menemani kami dan membantu kami banyak hal selama kkn. Setelah menempuh perjalanan dengan jalanan batu kerikil pleees becak seadanya yang selalu goyang-goyang dan kejedot dengan batu-batu besar, untuk setelahnya kami mendaki bukit yang tinggi. Sampainya diatas bukit pertama-tama kami langung diajak Bang Fauzi untuk mengambil air di guci keramat. Bang Fauzi langsung mengambil sebuah cangkir plastic yang disusun diatas meja kayu. Cangkir plastic diatas meja kayu itu berjumlah cukup banyak kami mengambil cangkir satu-satu beberapa pengunjung lainnya juga ikut mengambil cangkir berwarna warni itu. Setelah itu kami berbaris meminta cangkir itu untuk diisi air oleh seorang khadam/ penjaga makam, kakek-kakek tua yang memakai kain sarung berwarna merah bergaris-garis kotak dengan baju batik lengan panjang yang sudah nampak lusuh, tak lupa ia juga mengenakan peci untuk menutupi kepalanya yang keseluruhannya sudah memutih. Kakek tua itu duduk disebuah kursi yang terletak persis didepan Guci itu, Saat Bang Fauzi menyodorkan cangkir itu kepadanya ia langsung mengambil air didalam guci dengan gayung tradisonal yang terbuat dari batok kelapa bertangkaikan kayu ia mengisi cangkir plastic itu dengan air guci itu. Tanpa lama-lama saat cangkir telah diisi Bang Fauzi langsum meminum air tersebut, kami mengikuti gaya Bang Fauzi ikut mengambil air didalam guci. Beberapa pengujung lain juga ikut melakukan hal serupa.
"Gimana airnya? Dingin kali kan airnya, segar kali kan?" Tanya Bang Fauzi kami minum sambil duduk abstrak di pelataran makam.
"Iya Bang, seger kali airnya satu hal lagi yang paling penting bisa ngilangin haus,, capek juga aku naik tangga menuju bukit ini" Bang Saprun menimpali
"Ah Run selain airnya yang segar, menghilangkan haus ada satu lagi ni rahasia dari air dalam guci ini, yaitu air ini menurut kepercayaan masyarakat air didalam guci ini adalah air keramat Run. Banyak orang yang percaya bawah air di dalam guci ini mampu mengobati berbagai macam penyakit, banyak kali orang yang datang berbondong-bondong kesini karena percaya akan hal itu bahkan ada yang dari luar Lamno. Banyak juga orang yang bernazar atas air ini, orang juga percaya kalau kita mencuci muka disini bisa membuat yang perempuan menjadi cantik, yang laki-laki menjadi ganteng bisa awet muda gitu" Bang Fauzi menjelaskan
Namun perlu kita ingat bahwa ini hanya menurut kepercayaan masyarakat aja, memang banyak sembuh, kalau dia yakin dengan kepercayaan ini ya boleh saja dicoba pengobatan ini tapi ingat yang paling utama itu yakin bawah penyakit itu sembuh atas izin Allah namun melalui perantara air ini. Â Dari Air ini ya memang dikenal keramat banyak orang yang sembuh karena kepercayaan mereka, sebanarnya air ini sama aja dengan air pada umumnya Cuma karena ia terletak di komplek makam Poe Teumeureuhom masyarakat percaya bawa air ini masih ada unsur dari kerajaan atau peninggalan Poe Teumeureuhom dulu
Makam Poe Teumeureuhom nama aslinya itu ialah Sultan Alaiidin Riayat Syah Bin Sultan Inayat Syah Bin Radja Abdullah Almalikul Mubin. Aa Masyarakat Lamno ni orang tua dahulu juga biasa menyebutnya dengan Cik Po Kandang, dia Pendiri kerajaan Islam di Negeri Daya ini. Pada tahun 1480 Masehi yang pusat pemerintahannya berada di Lamukta dan Kuta Dalam. Sultan yang memimpin kerajaan Daya terbilang cukup singkat, walaupun singkat ia dapat membuat kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat karena ia bisa melakukan banyak hal seperti membangun pertanian rakyat, membuat saluran-saluran air dan membuka lahan persawahan baru. Ia juga membuka perkebunan-perkebunan baru dengan memberikan modal usaha secukupnya kepada petani. Bukan Cuma dibidang pertanian dan perkebunan saja Sultan Alaidin Riayat Syah juga menanamkan rasa solidaritas bernegera dan beragama pada masyarakat dan mendidik kader-kader muda untuk membela Negara. Syariat islam juga ia tanamkan dengan sangat kepada masyarakat.
 Sultan Alaidiin Riayat Syah ini Sultan Alaidin Riayat Syah wafat pada tahun 906 Hijriah. Dimakamkan di puncak Gle Kandang, Gampong Gle Joeng, kemukiman Kuala Daya ya dipuncak sini. Na dalam Komplek Makam Sultan Alaidin Riayat Syah juga terdapat makam dua anaknya Putri Nurul Huda dan Radja Uzir Syah. Untuk informasi yang ini pun ada tulisannya di tugu bagian depan itu.
Tak jauh dari makam terdapat dua buah bangunan seperti pondokan yang sengaja dibuat untuk beristirahat. Pondokan ini juga sering digunakan untuk bersholawat dan mengaji. Komplek makam ini juga masih memiliki lapangan yang luas tidak banyak bangunan banyak nyaris tidak ada Cuma makam yang sudah dipagari dengan ukuran lebih kurang 4 x 6 meter, Rerumputan yang menghijau tumbuh memenuhi permukiman makam. Tak jauh dari makam terdapat satu bangunan besar yang megah berwarna putih, sekilas ia menyerupai masjid namun itu bukan masjid katanya itu adalah astaka dirahaja tempat untuk melaksankan tradisi Seumelung dan Peumenap, salah satu tradisi yang biasa dialkukan pada hari raya ke tiga idul adha yang akan datang.
Untuk mengambil air keramat ini tidak boleh mengambil sendiri melainkan dibantu oleh seorang kadam/ penjaga khusus. Menurut cerita terdahulu, Â juga air didalam guci itu orang mengambilnya sendiri-sendiri khusus perempuan tidak boleh mengambil langsung, kalau perempuan mengambil langsung terjadi hal yang tidak diinginkan seperti orang itu melihat naga atau bentuk lainnya. Pun ketika orang mengambil air sendiri-sendiri itu acapkali mubazir. Terlebih saat sedang musimnya banyak sekali pengunjung yang berdesakan untuk mengambil air, maka sejak itu kita putuskan juga untuk khadam itu juga membantu menuangkan air untuk para pengunjung. Â Kalau untuk Khadam itu biasanya turun temurun, dia bukan hanya berdasarkan silsilah keluarga tapi juga bisa berdasarkan alur sahabat atau orang terdekat.