Abstrak                            Â
Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan tentang budaya dan literasi melayu dan juga berfokus terhadap peluang dan tantangan dalam bebrudaya melayu dari segi pengucapan lisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif  Penelitian ini cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode studi pustaka, yaitu memperoleh data, bahan dan rujukan dari berbagai sumber seperti buku, artikel, hasil penelitian dan sumber lainnya. Adapun hasil penelitian ini adalah terdapat tantangan dari literasi melayu ini yang harus di cari solusinya dan mempunyai peluang untuk memajukannya.Â
Ada bebrapa hal yang bisa dilakukan untuk pengembangan  literasi melayu ini diantaranya yaitu pertama dengan membuat workshop pelatihan ataupun sejenis seminar tentang kearifan local kekayaan budaya maysarakat melayu mengangkat semua hal tentang budaya melayu. Selain itu dapat juga kita lakukan dengan membuat konten-konten tentang budaya melayu untuk selanjutnya di posting di akun sosail media seperti tiktok, instagram dan lain-lain.  Bila perlu dibuatkan film khusus seperti film documenter yang memuat data-data, fakta dan realita yang harus melakukan riset terlebih dahulu sebelumya.
Kata Kunci :Budaya, Literasi, Melayu, Tantangan dan Peluang
PENDAHULUAN Â
Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019.
Tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62, Ekonom Senior INDEFAviliani menyebut tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62%.
Jumlah tersebut paling  rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70%. Masyarakat Indonesia kalau kita lihat literasi (digital)-nya baru 62%. Negara di Korea sudah 97%. Rata-rata di ASEAN sudah 70%. Jadi, memang tingkat literasi  kita masih rendah.
Pada umumnya orang-orang hanya mengetahui bawah literasi hanya seputaran membaca dan menulis, lebih dari itu literasi tidak hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisis suatu bacaan, dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Literasi juga menuntut untuk memahami pesan yang disampaikan dalam sebuah konteks tertentu.
Penurunan tingkat literasi itu juga termasuk di Kota Palembang. Berdasarkan survey dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang minat membaca buku tergolong rendah. Sebanyak 41,8 persen warga membaca kurang dari dua bahan bacaan setiap minggu. Durasi membacanya kurang dari satu jam.