Mohon tunggu...
Cici RestuMulyani
Cici RestuMulyani Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga

Menulis karya fiksi/ non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jadikan Hobi sebagai Keuntungan

24 November 2022   23:55 Diperbarui: 25 November 2022   00:04 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menulis adalah hobi ku sejak kecil, ada beberapa bakat yang memang sudah terlihat. Saat umur ku masih 4 tahun Mamah bilang, aku pintar gambar, bisa gambar Orang-orangan, juga bisa nulis huruf dengan rapi, padahal aku sama sekali tidak masuk Sekolah Dini atau Taman Kanak-kanak. 

Dulu, Awal masuk Sekolah Dasar aku slalu mendapat giliran Lomba Calistung, 2 tahun berturut-turut slalu mendapat bagian Menulis. 

Lanjut ke Sekolah Menengah aku di sekolahkan di Sekolah terdekat, ya karena memang saat itu terkendala biaya. Namun tak jadi masalah, justru bakat ku semakin terlihat di sana.

Aku di berikan kepercayaan sebagai Sekretaris kelas karena tulisan ku yang rapi. Di sana potensi ku berkembang lebih cepat. Beberapa kali mendapat peringkat pertama. Bahkan, ketika aku hendak putus sekolah karena keadaan. Guru-guru ku slalu datang membujuk ku untuk melanjutkan pendidikan.

Beberapa kali aku menjadi siswi terpilih mewakili sekolah untuk melakukan perlombaan. Ya, bakat ku memang sudah terlihat. Tak ayal, aku slalu mendapat bagian Cerpen, Pidato, Puisi ya seperti itu lah kemampuan ku.

Dengan banyak pesaing tentu nya menambah pengalaman ku di usia Remaja. Kalah, tidak masalah. Yang terpenting bagi ku adalah melakukan nya semampu yang aku bisa.

Lanjut ke sekolah Menengah Akhir. Di sana bakat ku semakin memuncak. Banyak prestasi yang aku kantongi. 

Sesekali aku ditunjuk untuk mewakili kelas maupun sekolah. Bahasa Inggris ku baik sekali, mungkin jika di dalami aku sudah mahir sekarang ini, hehehe.

Aku diberi kepercayaan perwakilan sekolah saat tengah menggelar perlombaan sekolah tingkat Kabupaten. Aku ditunjuk sebagai salah satu perwakilan yang akan membawa kan Pidato Bahasa Inggris.

Ah, rasa nya aku gugup sekali. Bukan hanya teman-teman dan guru biasa nya yang akan ku hadapi. Tapi, orang lain yang akan mengomentari. Sungguh, aku adalah siswa yang pemalu jika di lihat sepintas. 

Aku tidak terlalu suka berkerumun. Aku lebih suka berdiam diri mendalami apa yang aku sukai.

"Bu, tapi gimana kalau aku kalah" Ucap ku tak percaya diri.

Semua guru, teman, bahkan 1 sekolah mendukung ku. Tak percaya, Aku yang pemalu bisa menaklukan semua ini.

Benar saja saingan ku bukan siswa/i biasa. Mereka bahkan mendalami peran nya, bahkan ada yang sampai tertatih dan menangis karena khidmat nya isi pidato yang mereka bawa. 

Aku terdiam mematung tak berkutik, mata ku terbelalak melihat mereka yang tampil dengan sempurna. Aku, hanya bisa berdoa apapun hasil nya aku tak akan kecewa.

Terpilih sebagai satu siswa dari banyak nya murid pun sudah sangat bangga.

Nama dan asal sekolah ku terpanggil saat itu, aku gemetar hebat. Tak di sangka, persiapan ku selama ini bisa hancur karena rasa grogi.

Aku sudah menghafal nya beberapa minggu, sesekali aku membawa pidato dengan gerak tubuh ku. Tapi, lidah ku kelu, otak ku seperti membeku melihat banyak pasang mata yang menyaksikan ku.

Sudah lah, aku pasrah saja. Hanya itu yang aku bisa. Aku yakin semua memaklumi terlepas aku menang atau tidak nya.

Setelah selesai dengan penampilan ku aku disambut baik teman dan guru ku. Mereka bangga terhadap ku, mereka benar-benar memercayai ku.

Banyak sekali teman-teman baru saat itu. Mereka mengajak ku untuk sekedar ber kenalan. Berbagi ilmu dan tips. Mereka sangat baik dan rendah hati.

Tak sampai di sana, aku di percayai lagi mewakili kelas saat tengah Class Meeting. Ya, aku membawa kan Pidato Bahasa Inggris lagi.

Saingan ku seorang anak guru dan seorang Adik Kepala Sekolah. Bukan main bukan? Aku yang terlahir dari rahim orang biasa, tidak ber pendidikan tinggi dan hanya lulusan SD saja. Bapak ku saja lulusan SMK tidak setara jika di bandingkan dengan latar belakang para pesaing ku.

Aku belajar dari kegagalan sebelum nya. Grogi akan membuat hancur seluruh nya. Aku berusaha tenang dan menikmati setiap alur nya.

Apa yang terjadi selanjutnya?

Ya, aku berhasil membawakan Pidato ku dengan banyak tepuk tangan yang menggema di seisi ruangan. Ah, lega nya aku hanya tinggal menunggu hasil akhir saja.

Panitia kini mengumumkan siapa saja yang menang dalam perlombaan. Tiba lah, disaat bagian ku. Aku menarik nafas panjang, dan membuang nya kasar.

Juara 3, Juara 2, sudah di umumkan sebelum nya. Nama ku belum terpanggil juga.

"Ah, mana mungkin aku menang, saingan ku saja orang-orang ter nama" gerutu ku minder sekali.

Tapi, sangkaan ku salah besar. Saat tiba pemanggilan juara pertama nama ku lah yang di panggil panitia.

Aku setengah tak percaya, aku saling lempar pandangan pada teman sekelas ku saat itu.

Kedua kali nya Panitia memanggilku, ya, aku berusaha yakin kali ini.

Aku berjalan menuju Podium dan menerima hadiah, piagam, serta piala. Rasa nya aku bangga sekali. 

Suara tepuk tangan dan jabat tangan aku dapatkan setelah nya. Aku memberi tahu orang tua ku saat itu.

Mereka bangga terlihat sekali dari cara bicara dan tatapan nya.

Tapi aku merasa sedih karena keadaan ku. Mama, dan Bapak sudah bercerai. Aku hanya mengandalkan diri pada kemampuan ku.

Aku belajar lebih dalam mengenai apa yang memang aku sukai. Tentang Ilmu kepenulisan dan juga beberapa Kesenian yang menarik perhatian ku.

Aku belajar bermain gitar sesekali aku memberanikan diri untuk tampil di deoan guru dan teman-tema. Juga, disaat perayaan perayaan sekolah lain nya.

Jika di bilang mahir, tentu tidak. Aku hanya sebatas tahu dan biasa saja. Percaya Diri itu penting, apapun yang kamu laku kan, harus dibarengi dengan rasa percaya diri.

Terkadang, saat Presentasi di depan Kelas aku slalu di ingin kan teman-temab. Karena pertanyaan yang slaku menjebak dan jawaban yang slalu menarik membuat mereka ingin satu kelompok dengan ku 

eringkat ku menurun waktu itu, karena memang saingan ku lebih banyak. Peringkat hanya lah sebuah apresiasi yang terpenting adalah bagaimana kita mau belajar dan berupaya untuk menyalurkan nya.

Cita-cita ku dulu, ingin menjadi seorang Guru. Ya, Cita-Cita yang umum dan di inginkan kebanyakan anak. Tapi, guru tentu harus punya pendidikan tinggi dan rasa sabar yang ekstra. Semua nya tidak ada pada ku.

Apalagi ditambah dengan kendala biaya  membuat ku mengurungkan niat dan menjalani kehidupan dengan alur nya.

Aku sekarang sudah menikah, bahkan sudah mempunyai 2 orang anak yang sangat lucu dan menggemas kan. Jika di tanya apakah sayang dengan ilmu ku? Ya, aku begitu sayang. Namun, kembali lagi semua manusia punya jalan nya masing-masing.

Menikah dan punya anak bukan lah sebuah alasan untuk tidak berkarya. Contoh nya sekarang, aku slalu menuangkan ide-ide ku ke dalam sebuah cerita. Ku kemas semua sebaik mungkin. Walau masih banyak kesalahan dalam penulisan, tapi aku tetap percaya diri bahwa tidak ada ilmu yang sia-sia.

Beranikan diri, untuk ber ekspresi! Semangat para penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun