Penulis: Meri Teja Arum (Kepala Divisi Humas, CIAS)
Dewasa ini fenomena dakwah digital semakin marak di kalangan anak muda Indonesia, bermunculan di hampir semua platform media sosial. Berbagai macam sudut pandang setiap pendakwah memberikan kontribusi dalam meningkatkan literasi dan pemahaman ilmu dasar, khususnya bagi gen Z dan milenial yang menjadi mayoritas pengguna media sosial. Mulai dari ceramah singkat, podcast hingga konten interaktif yang lebih modern dan relateable. Nama-nama besar seperti Ustaz Hanan Attaki, Ustaz Felix Siauw sampai Habib Ja'far menjadi contoh pendakwah yang berhasil menarik perhatian anak muda dengan gaya komunikasi yang santai, penuh humor namun serius sesuai dengan realitas kehidupan saat ini.
Salah satu yang menarik perhatian banyak orang adalah kehadiran konten dakwah di kanal YouTube Deddy Corbuzier yang akrab dikenal dengan judulnya yaitu "Login" telah sukses menyita sorotan publik beberapa tahun terakhir. Pasalnya konten dakwah ini merupakan program tahunan yang tayang setiap hari hanya di bulan Ramadhan, mulai muncul dan menjamah di tahun 2022 dengan pencapaian jutaan penonton. Setiap tayangannya memperoleh ratusan ribu likes serta komentar-komentar positif yang menanggapi pembahasan isi konten.
Konsep dakwah yang terasa baru ini menghadirkan suasana diskusi kritis tentang keislaman, di mana Habib Ja'far yang sudah dikenal dengan julukan "Habib Industri" ditemani Onad sebagai pembawa acara sangat interaktif dalam mengulik para pemuka agama atau narasumber di setiap topik yang diangkat.
Melalui dakwahnya, Habib Ja'far mencerminkan prinsip-prinsip yang dipegang oleh Nabi Muhammad saw., yaitu menjadi rahmatan lil 'alamin atau sumber rahmat bagi seluruh alam. Prinsip ini tercermin dalam ayat 107 dari Surat Al-Anbiya, yang menyatakan bahwa utusan Allah diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, menunjukkan betapa pentingnya memberikan kasih sayang dan perhatian kepada setiap orang tanpa memandang siapa mereka (Rahma. M. A., dan Apriliani. N, 2024). Menurut Habib Ja'far, ada dua jenis dakwah: dakwah kepada saudara seagama yang tidak mengenal Allah SWT dan dakwah kepada saudara seagama yang hanya beragama (Yun Masfufah, 2019). Sebagai pendakwah, Habib Ja'far berdakwah kepada orang-orang yang seagama tetapi jauh dari Allah SWT. Dia bukan hanya pandai dalam berdakwah, tetapi juga mampu memahami pasar dan sasaran dakwahnya.
Dalam konteksnya Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan data tahun 2023 yang menunjukkan bahwa pengguna yang mengakses platform internet didominasi oleh kelompok usia pekerja dengan rentang usia lulus pendidikan SMA antara 19--25 tahun ke atas, atau dapat dikatakan sebagai generasi Z. Studi dari Pew Research Center (2022) juga menghasilkan data lebih dari 80% pengguna internet di dunia Islam mengakses konten keagamaan secara daring. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin tertarik untuk memperoleh pemahaman agama melalui media digital dibandingkan metode konvensional. Perubahan pola konsumsi ini sejalan dengan teori menurut Uses and Gratifications dari Blumler dan Katz (1974), anak muda cenderung mencari konten yang tidak hanya informatif tetapi juga menghibur. Hal ini membuat pendekatan dakwah digital lebih efektif dan signifikan dalam membentuk wawasan keislaman generasi mendatang.
Penulis pribadi memandang talkshow atau dakwah digital ini berdampak baik di masyarakat, selain mengetahui fiqh dan syari'at Islam yang asing bagi orang awam tapi juga nilai-nilai toleransi kerukunan umat antaragama dijunjung dalam satu tontonan. Karena suatu tontonan akan menjadi tuntunan bagi orang-orang yang berakal, maka dari itu tontonan yang baik perlu disebarluaskan di khalayak publik demi kemaslahatan umat. Pemanfaatan platform digital ini juga cocok untuk dijadikan wadah berpikir kritis menuangkan isi pikiran dan mendiskusikannya dengan orang lain, sehingga menjadi sumber rujukan bagi orang yang mau belajar karena sesungguhnya Rasullllah saw. bersabda:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
Artinya "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."