Elemen pokok dari aliran transmisi ini adalah komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Dalam perspektif ini, komunikasi adalah sebuah proses perpindahan pesan atau komunikasi bisa dipahami sebagai proses-proses penyampaian pesan, baik verbal maupun non verbal.
Sedangkan aliran pertukaran makna (production and exchange of meaning) dipopulerkan oleh tokoh seperti James Craey dan John Fiske. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda dan makna. Komunikasi dalam pendekatan semiotik ini melibatkan unsur bahasa (linguistik) dan aspek-aspek seni. Jika dalam komunikasi mazhab transmisi elemen pokoknya adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Sedangkan dalam mazhab semiotika yang menjadi elemen dasarnya adalah author (pengarang). Pesan dalam mazhab semiotika didefinisikan sebagai kontruksi dari tanda-tanda yang akan memproduksi makna melalui interaksi dengan audiens/penerima.
KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL
Teori konstruksi realitas sosial adalah khas Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Teori ini dilansir dalam buku The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. Secara umum, teori Berger dan Luckman membahas tentang sosiologi pengetahuan. Menurut keduanya, kenyataan dibangun secara sosial, sehingga sosiologi harus menganalisis terjadinya kenyataan tersebut. Maksudnya, setiap individu dalam masyarakat merupakan pihak yang membangun masyarakat, pengalaman individu tidak bisa dipisahkan dengan gerak dan dinamika masyarakatnya. Dari sinilah lahirnya tiga konsep mereka yang terkenal, yakni proses proses dialektis objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi.
KONSTRUKSI REALITAS MEDIA
Media massa dengan segala perangkat da kelengkapannya bukan lagi merupakan kebutuhan masyarakat kontemporer. Ia adalah urat nadi dan kesadaran. Secara general, bisa dipastikan tidak ada masyarakat yang tidak tersentuh oleh media massa. Karena itu, lumrah bila efek media massa pada masyarakat sangat terasa. Setelah media cetak dan elektronik menghegemoni masyarakat dalam beberapa dekade terakhir, kini internet menjadi biang arus informasi. Salah satu pembentuk konstruksi realitas di dunia modern adalah media massa. Seraya melontarkan kritik terhadap Berger dan Luckman, Burhan Bungin menyebutkan media massa, termasuk surat kabar, menjadi variabel yang sangat substantif dalam proses eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Menurut Burhan Bungin, ada empat tahapan kelahiran konstruksi sosial media massa, yaitu, penyiapan materi konstruksi, sebaran konstruksi, pembentukan konstruksi realitas dan konfirmasi. Dari empat tahapan itu melahirkan dua model konstruktur realitas media massa, yaitu model analog dan refleksi realitas. Model pertama terjadi dan dibangun secara rasional dan dramatis terhadap suatu kejadian. Dari sini masyarakat mendapatkan realitas yang dikonstruksikan media massa dari sebuah peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Namun, realitas yang dikonstruksi media massa bukan realitas sebenarnya. Sedangkan model kedua terbangun dari refleksi yang pernah terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, berita merupakan hasil konstruksi media massa terhadap suatu peristiwa (yang dijadikan acuan khalayak) bukan realitas yang sebenarnya. Dia menjadi realitas buatan atau yang kedua. Dengan kata lain, tidak ada teks media yang sepenuhnya objektif atau hanya kumpulan fakta yang dijadikan data untuk sebuah siaran, tayangan, dan tulisan. Selalu ada campur tangan pikiran dan sikap penulis atau editor bahkan kebijaksanaan redaksi media tersebut. Â Institusi dan pemilik media atau pemegang saham adalah pemilik kepentingan media hari ini.
BAHASA DAN KONSTRUKSI REALITAS MEDIA
Ada tiga strategi yang digunakan membuat wacana, yaitu signing, framing dan priming. Sigining adalah penggunaan tanda-tanda bahasa, baik verbal maupun non verbal. Framingadalah pemilihan wacana berdasarkan pemihakan dalam berbagai aspek wacana. Sedangkan Priming berarti mengatur ruang atau waktu untuk mempublikasikan wacana dihadapan khalayak. Dengan demikian wacana yang dikontruksi media cetak harus dibedah dan dianalisis sehingga akan terkuak maknanya.
JURNALISME ONLINE
Media mebgalami beberapa tahap perubahan, transformasi, dan bahkan metamorfosis. Bermula dari surat kabar, buku, film, radio, televisi dan internet. Media massa yang terakhir, internet kemudian mempopulerkan istilah media baru (new media). Kehadiran internet mengubah secara drastis dan dramatis perkembangan media massa. Setidaknya internet memicu dua perubahan mendasar di media. Pertama, subtansi media yaitu proses jurnalistik. Kedua, bentuk atau format organisasi media. Jika sebelumnya setiap jenis media massa berdiri sendir atau memiliki organisasi dan manajemen sendiri, kini mereka bergabung dalam satu kesatuan yang dikenal dengan konvergensi media. Kini, hampir semua media cetak dan elektronik membarenginya dengan berbentuk berita online, e-paper, dan live streaming. Perubahan mendasar pada jurnalisme media lantas memunculkan terminologi mengenaskan bernama krisis jurnalisme.
Todd Gitlin menunjukan, kondisi krisis jurnalisme ini dengan mengindikasikan lima indikator, yaitu jatuhnya sirkulasi, jatuhnya pendapat advertising, difusi perhatian, krisis yang berwenang, dan ketidakmampuan atau keengganan jurnalisme mempertanyakan struktur kekuasaan semua berkontribusi untuk membawa krisis yang mendalam jurnalisme. Krisis jurnalisme didiagnosis meliputi serangkaian masalah yang berkaitan dengan waktu, uang, otonomi dan perubahan budaya.