Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Usul Usil dari Buddhis untuk Para Buddhis

2 September 2022   16:52 Diperbarui: 2 September 2022   17:03 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi serius, nih. Busyet, dah. Saya jadi tak habis pikir (artinya: mikir-nya tak habis-habis).  Padahal si keponakan bersekolah di sekolah kota yang cukup bergengsi, tetapi ternyata situasi dan kondisi kekurangan guru pembimbing mapel Agama Buddha dari puluhan tahun lalu hingga sekarang masih berlangsung. Karena saya ingat, pada jaman saya SMP dulu (tahun 1990an) pada hari tertentu saya tidak bisa langsung pulang ke rumah setelah selesai jam pelajaran. 

Saya harus pergi ke SMP lain untuk mengikuti mapel Agama Buddha di mana nyaris semua murid bergama Buddha satu kota dikumpulkan untuk mendapatkan pelajaran agama Buddha dari guru yang juga mungkin hanya satu-satunya untuk satu kota saya.

Lalu pada sebuah grup WA komunitas Buddhis, saya pernah membaca pengumuman penggalian dana untuk merenovasi sebuah wihara di desa di mana ada sebagian penduduk yang beragama Buddha namun dengan kondisi perekonomian yang lemah, sehingga mereka tidak punya kemampuan mandiri untuk merenonavasi wiharanya sendiri. 

Dan pada kejadian yang sporatdis ada pesan WA nyelonong masuk langsung ke nomor saya sendiri dari pengirim yang tak saya kenal, berisikan sebuah kutipan Dhamma dan pesan ajakan untuk berkunjung ke wihara mereka.

Saya teringat bertahun-tahun lalu, sebuah organisasi mahasiswa Buddhis Indonesia pernah mengadakan semacam riset untuk mengetahui pesebaran dan kondisi wihara-wihara di Indonesia. 

Saya tidak ingat persisnya apakah mereka hanya meneliti keberadaan wihara-wihara tradisi Theravada saja atau juga tradisi Buddhis lainnya, tetapi mari kita anggap saja riset mereka fokus hanya ke wihara milik tradisi Theravada. Hasil riset mereka menyatakan bahwa pesebaran wihara di Indonesia tidak merata dan jumlah wihara melebihi jumlah penganut Buddha. 

Di sisi lain, pada satu atau dua video rekaman ceramah dari seorang bhikkhu, saya mendapatkan cerita bahwa ketika beliau (bhikkhu tersebut) masih rajin keliling Indonesia untuk berceramah, beliau melihat banyak wihara terbengkalai.

Atas kenyataan yang telah saya paparkan tadi, yang sangat mungkin subyektif dan tidak bisa digebyah-uyah sebagai kondisi dan kenyataan sesungguhnya (alias, dengan kata lain masih terbuka untuk dibantah atau dikoreksi), setelah berpikir dan merenung, saya memberanikan diri mengajukan usul usil berikut. 

Saya tahu jarang ada upasaka yang memiliki jenggot dan hil yang mustahal upasika berjenggot, tetapi tetap saja saya berharap semoga usul yang usil ini tidak membuat siapa pun Buddhis jadi kebakaran jenggot. Niat saya jauh dari soal bakar membakar jenggot.

Berikut ini usul usil dari Buddhis untuk para Buddhis:

1. Penganut ajaran Buddha di Indonesia jumlahnya sangat minim, jika tak salah ingat hanya berkisar 2 juta-an jiwa dan raga. Sebagai akibat, banyak siswa penganut Buddha yang menjadi satu-satunya siswa beragama Buddha di sekolah mereka. Satu-satunya di antara 200-an atau lebih siswa satu sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun