Mohon tunggu...
Chuang Bali
Chuang Bali Mohon Tunggu... Wiraswasta - Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Anggota klub JoJoBa (Jomblo-Jomblo Bahagia :D ) Pemilik toko daring serba ada Toko Ugahari di Tokopedia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat untuk Buddha

10 Mei 2022   07:11 Diperbarui: 10 Mei 2022   07:16 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Buddha, guruku yang terkasih. Aku menulis surat ini sebagai wujud rasa syukur dan bangga karena memiliki guru seperti-Mu. Barangkali sudah tak terhitung banyaknya pujian yang Engkau terima dari seluruh semesta, dari dewa maupun manusia. Tetapi kuyakin, dengan kemahawelasan dan kemahabijaksanaan-Mu, Engkau akan menerima dengan ketenangseimbangan sempurna yang sama semua yang akan kutulis pada alinea-alinea selanjutnya.

Buddha, guruku yang tiada banding. Di negeriku kini sedang tumbuh sebuah kesadaran tentang apa yang disebut dengan pendidikan yang menumbuhkan. 

Menurut kalangan cendekiawan yang mendukung kesadaran ini, paradigma pendidikan yang berlaku selama ini telah keliru memandang anak didik dengan mengasumsikan mereka sebagai "kertas kosong", dan para orangtua dan pendidik bertugas untuk mengisikan kertas itu dengan apa pun nilai-nilai yang mereka ingin si anak didik terima. 

Di sisi lain, pendukung pendidikan yang menumbuhkan justru melihat bahwa anak didik bukanlah "kertas kosong", melainkan masing-masing dari mereka telah membawa kecenderungan, kecerdasan dan bakat-bakatnya yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, setiap anak didik adalah unik, dalam diri mereka telah eksis bibit-bibit kebajikan yang menunggu untuk ditumbuhkan. 

Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, tugas seorang pendidik bukanlah untuk "menanamkan" nilai-nilai dari luar, melainkan untuk "merangsang" bibit-bibit kebajikan yang telah ada agar dapat tumbuh sesuai jalur alami mereka: seorang pendidik hanya menunjukkan jalan, bukan memaksakan jalan.

Saat aku mempelajari sudut pandang ini, yang memandang anak didik sebagai "bukan kertas kosong", aku teringat pada-Mu yang pernah menyatakan bahwa dalam diri setiap makhluk terdapat bibit-bibit pencerahan. Dan dari riwayat-Mu aku tahu Engkau adalah guru yang menumbuhkan, yang menunjukkan jalan. 

Engkau adalah pengenal semesta, dan itu berarti Engkau mengenal setiap detil paling rinci dari semesta ini, kecenderungan-kecenderungan setiap makhluk, dan dengan pengetahuan itu Engkau menyesuaikan setiap pengajaran-Mu sehingga cocok dengan latar belakang dan potensi yang ada dalam setiap pendengar-Mu. Tak mengherankan pengajaran-Mu demikian efektifnya, langsung terserap sampai ke sumsum tulang kesadaran setiap pendengar-Mu sehingga tak sedikit dari mereka tercerahkan seketika.

Engkau juga adalah guru pengasih tanpa pilih kasih. Makhluk mana pun yang berniat belajar dari-Mu tak sulit mendekati-Mu, dan mereka bebas bertanya apa pun dan Engkau pasti akan menerangkannya bila pertanyaan-pertanyaan itu memang berguna untuk menuntun ke pencerahan. 

Setiap dini hari, setelah bangun dari tidur-Mu yang amat singkat, Engkau memindai seisi dunia untuk mencaritahu adakah makhluk-makhluk dengan potensi pencerahan yang siap untuk ditumbuhkan. Bila ada dan bila mereka tinggal di tempat yang jauh, Engkau-lah yang pergi ke tempat mereka seperti dalam kisah petani yang lembunya tersesat di hutan dan si gadis penenun.

Engkau adalah penuntun tiada tara bagi makhluk-makhluk yang menerima. Tanpa tongkat atau senjata lainnya, hanya dengan kewelasan dan cara-cara piawai, Engkau mampu menyadarkan Angulimala si pembunuh keji, mengentaskannya dari kumbangan kejahatan yang nyaris akan menyeretnya ke neraka terdalam. 

Engkau menghibur Kisa Gotami yang kehilangan putranya dengan menunjukkan bahwa kematian adalah alami dan semua makhluk yang terlahir pasti akan mengalaminya. Tak sekadar menghilangkan kesedihan, pengajaran-Mu yang piawai membuat Kisa Gotami sadar akan hakikat kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun