Mohon tunggu...
Christie Stephanie Kalangie
Christie Stephanie Kalangie Mohon Tunggu... Akuntan - Through write, I speak.

Berdarah Manado-Ambon, Lahir di Kota Makassar, Merantau ke Pulau Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menilik Sisi Lain Film "Joker" (2019)

8 Oktober 2019   15:55 Diperbarui: 16 Agustus 2021   12:31 2759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu, 6 Oktober 2019. 

Akhirnya nonton film hype lagi. 

Yup! Apalagi kalau bukan Film Joker (2019). Film yang paling ditunggu-tunggu ini berfokus pada sosok pelawak tunggal yang menderita penyakit mental dan diabaikan oleh masyarakat, Arthur Fleck yang diperankan oleh Joaquin Rafael Christiano Phoenix. 

Film asal Amerika Serikat ini disutradarai oleh Todd Phillips yang menceritakan tentang asal mula sang pemeran utama, Joker. Dalam film ini, bukan lagi menceritakan tentang pertarungannya dengan Batman, melainkan pertarungan dengan dirinya sendiri, juga orang-orang di sekitarnya.

Sebenarnya, saya lebih menyukai film bergenre komedi dan romansa. Namun, karena ingin mengisi akhir pekan bersama kekasih dan tidak ingin ketinggalan film yang sedang hype, akhirnya kami memilih menghabiskan waktu bersama dengan menonton Film Joker (2019) di theater film salah satu Mall di kawasan Jakarta Selatan.

Kali ini, saya tidak sedang menjadi kritikus film atau mau me-review kembali film ini, namun saya hanya ingin memetik 3 pesan penting yang terpaut di dalamnya.

Memang tidak sedikit yang menentang film ini karena banyaknya adegan kekerasan fisik maupun verbal, kekejaman yang berdarah-darah, perilaku menyimpang dan umpatan kotor, sehingga Badan Sensor Film menetapkan bahwa film ini tidak diperbolehkan bagi anak-anak meski ceritanya merupakan adaptasi dari komik. Tapi, marilah kita mencoba menelaah sedikit mengenai film ini sehingga kita dapat menemukan sisi positif di dalam hal yang nampaknya negatif.

So, mari mulai berbagi.

Pertama, berhati-hatilah dengan "senjata makan tuan".

Peribahasa senjata makan tuan yang kurang-lebih artinya adalah sesuatu yang direncanakan untuk mencelakakan orang lain, tetapi justru berbalik mencelakakan diri sendiri. Orang seperti ini sering disebut "kena batunya" karena menuai hasil dari perbuatan jahatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun