Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Akhir Ramadhan dan Masjid yang Semakin Kosong

6 April 2024   13:56 Diperbarui: 6 April 2024   14:30 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: madaninews.id

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan berlalu, hari-hari penuh keberkahan akan segera meninggalkan kita. Kita tentu tak harus bersedih ditinggalkan Ramadhan yang belum tentu akan kita temui di tahun mendatang, tetapi sebagai hamba Allah dan Ummat Rasulullah kita harus benar-benar memanfaatkan momentum hari-hari terakhir Ramadhan yang menjadi penutup bulan Ramadan yang penuh dengan berkah ini.

Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam telah memberikan contoh kepada umatnya agar tidak terjebak dalam kesibukan persiapan Hari Raya Idul Fitri sehingga melupakan keutamaan beribadah di 10 hari terakhir.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Aisyah r.a.:

"Rasulullah, sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut." (HR. Muslim).

Akan tetapi, ada suatu yang kontradiktif di negeri ini, justru semangat beribadah semakin mendekati akhir Ramadhan justru semakin kendur dan berganti dengan kesibukan duniawi persiapan menyambut hari raya Idul Fitri.

Sebagai gambaran di mesjid di lingkungan tempat tinggal saya, dan mungkin juga terjadi di banyak mesjid lainnya, jumlah jamaah shalat tarawih semakin hari shafnya semakin maju ke depan dan semakin longgar.

Di awal Ramadhan mesjid hampir penuh dengan jamaah, jamaah laki-laki sekitar 6-7 shaf, demikian juga jamaah perempuan sekitar 4-5 shaf. Seiring berjalannya waktu, mulai hari kelima perlahan semakin menyusut dan kini hanya tersisa dua setengah shaf laki-laki dan tak sampai satu shaf jamaah perempuan.

Begitu juga dengan jumlah isi kotak amal mesjid, di awal Ramadhan jumlahnya mencapai 1 jutaan lebih dalam satu malam, lalu kemudian menyusut mengikuti deret ukur hingga hanya sekitar 300 ribuan.

Jamaah tarawih yang masih tersisa di mesjid didominasi oleh jamaah lima puluh tahun ke atas, yang muda-muda sudah pada menghilang kecuali satu dua orang saja. Dan juga masih ada anak-anak yang mencari tandatangan ustadz sebagai tugas sekolah mereka, jika tak ada tugas sekolah mungkin mereka juga sudah pada menghilang dari mesjid, karena selama ini mereka lebih banyak hanya bermain saja.

Yah, mesjid sepertinya telah menjadi tempat mengaso bagi para pensiunan dan calon pensiunan (55 tahun ke atas) yang masih punya semangat mengisi hari-hari Ramadhan dengan ibadah kepada sang Khalik, walau mungkin hanya dengan sisa-sisa kemampuan, tenaga yang sudah terbatas, ini ditandai dengan banyaknya bau minyak gosok dan semacamnya.

Sepertinya sudah menjadi tradisi di masyarakat kita, keberkahan Idul Fitri itu dimaknai dengan kegembiraan jasmaniah atau yang bersifat duniawi, seperti pakaian baru, perabotan baru, penataan rumah dan juga makanan khas lebaran. Maka tak heran jika mendekati akhir Ramadhan yang padat itu pusat-pusat perbelanjaan dan pasar-pasar.

Nah, ini juga menjadi fenomena unik di negeri ini, di satu sisi masyarakat "dirayu" dengan promo dan diskon yang "gila-gilaan" oleh pengusaha besar. Sementara di sisi lain di sesama masyarakat kecil, para pedagang di pasar-pasar justru menaikkan harga juga dengan tak tanggung-tanggung.

Bulan Ramadhan memang selalu memberikan suasana yang berbeda dan spesial bagi umat muslim di seluruh dunia, dengan tradisi-tradisinya masing-masing. Semua tradisi mungkin punya tujuan baik, hanya saja dalam pelaksanaannya makna dan hakiki dari tradisi tersebut telah terdistorsi.

Tradisi kegembiraan menyambut Idul Fitri dengan sesuatu yang baru dan bagus serta indah itu bukan hanya secara material (duniawi) saja. Tetapi lebih dari itu, kegembiraan menyambut Idul Fitri harus dengan kualitas pribadi dan keimanan serta ketakwaan yang baru, bagus dan indah, karena inilah makna dan hakikat sesungguhnya dari perayaan Idul Fitri. 

Ramadhan tentu tak boleh berlalu begitu saja tanpa meninggalkan peningkatan kualitas ibadah, serta kehilangan pahala yang besar khususnya dari 10 hari terakhir Ramadhan yang memiliki banyak keutamaan.

Alangkah indahnya sekiranya semakin akhir Ramadhan semakin penuh mesjid-mesjid kita, semakin rapat shaf-shaf kita, dan semakin banyak sedekah kita, karena itu semua adalah kekuatan kita untuk meraih keberkahan Ramadhan bagi kebesaran dan kejayaan negeri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun