Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Suka Duka KPPS, Data Semrawut, dan Cerita Serangan Fajar

13 Februari 2024   21:43 Diperbarui: 14 Februari 2024   17:03 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, selain didatangi oleh petugas KPPS saya juga didatangi oleh warga saya yang belum mendapat surat panggilan memilih (C6), yang ternyata dari catatan saya mereka terdaftar di TPS di luar wilayah RT kami. Sda sih yang terdaftar di TPS RT tetangga, namun jaraknya tetap saja agak jauh +/- hampir satu kilometer (km) pulang balik. Tapi ada juga warga saya yang terlempar ke TPS yang jaraknya 3 sampai 4 km pulang pergi.

Jarak tempuh ini bagi warga saya yang sudah berumur tentu cukup jauh, apalagi karena lokasinya di gang-gang sehingga lebih baik ditempuh dengan jalan kaki. Dan ini membuat beberapa dari mereka enggan pergi menggunakan hak pilihnya, karena jarak TPS dan berdasarkan alasan mereka cukup masuk di akal.

Problem kesemrawutan DPT ini harus menjadi catatan serius untuk kedepannya, proses pemutakhiran data yang lama sebelumnya dilaksanakan tidak efektif, karena sepertinya petugas pantarlih telah melaksanakan tugasnya dengan baik, memilah data aktual namun pada akhirnya hasilnya tidak dimanfaatkan.

Hal menarik lainnya di minggu tenang ini, namun tidak tenang bagi anggota KPPS adalah masalah pembuatan lokasi TPS, lokasi TPS kebanyakan dibuat memanfaatkan lahan kosong yang kemudian menggunakan tenda.

Nah, tenda ini yang kemudian menjadi masalah, apalagi dana pembuatan TPS yang terlambat keluarnya, sehingga banyak kelompok KPPS yang tidak mendapatkan tenda karena telah habis dipesan untuk kebutuhan TPS yang serentak dibutuhkan.

Tenda sudah terpasang, sebahagian sudah dihias, tetiba malamnya hujan turun disertai angin kencang yang merusak tenda yang telah terpasang membuat anggota KPPS kembali harus bekerja lagi untuk membenahi.

Selain pernak-pernik, di minggu tenang ini, adalah perbincangan yang tak kalah ramai dan serunya debat Pilpres, yakni "serangan fajar".

Di tempat kerja, di tempat nongkrong dan di tempat-tempat lain perbincangan seru adalah terkait serangan fajar, jumlahnya, orangnya, gosipnya, peluncuran yang hingga orang-orang pengumpul serangan fajar yang panen berkah pemilu.

Yah, yang namanya money politik itu ada, nyata dan masif tetapi hanya dianggap angin lalu, atau bahkan dianggap sesuatu yang lumrah bahkan mungkin ada yang menganggapnya berkah yang memutar roda perekonomian di masyarakat, sungguh terlalu kata Rhoma Irama dalam lagunya.

Sampai tulisan ini selesai saya tulis dan siap diposting, suara ramai bercerita orang-orang penunggu serangan malam jelang hari H makin ramai. Apa yang harus saya buat atas fenomena ini?

Bukannya pesimis, bukannya apatis, dan bukannya tidak peduli. Tapi saya memilih segera memposting tulisan ini dan beranjak tidur dan mendoakan sambil berharap mimpi indah kesuksesan dari orang-orang yang menjadi pilihanku di bilik suara besok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun