Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Isra Mi'raj Momentum Memperteguh Keimanan

18 Februari 2023   19:38 Diperbarui: 18 Februari 2023   19:45 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Isra Miraj merupakan peristiwa bersejarah bagi umat Islam yang mengandung banyak hikmah. Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsa dan dilanjutkan ke langit ke tujuh tersebut selain menjadi tonggak hadirnya perintah Sholat lima waktu yang merupakan tiang agama, juga sebagai peristiwa yang menginspirasi sains dan teknologi.

Di samping itu, peristiwa Isra' Mi'raj adalah momen yang meneguhkan aqidah umat Islam dalam hal keimanannya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan tidak menyisakan sedikitpun keraguan. Umat Islam yang memahami cara menggunakan akal dengan benar dan menyandarkannya kepada keimanan atas kekuasaan Allah SWT yang mutlak dan tak terbatas.

Perjalanan isra mi'raj tidak lepas dari campur tangan tuhan, sehingga hanya oleh orang-orang yang memiliki keimanan kuatlah yang mampu memahami dan meyakininya. Pada awal-awal nabi menceritakan peristiwa tersebut tidak sedikit orang yang menganggap peristiwa itu adalah sesuatu kebohongan yang tidak masuk diakal, bahkan termasuk oleh orang yang telah menjadi pengikut Rasulullah sendiri.

Peristiwa isra mi'raj itu sendiri disikapi beragam pada saat nabi memberitakannya. Yang pertama, bagi orang yang memusuhi dan mengingkari kenabian Rasulullah SAW hal ini menambah keingkaran mereka terhadap Rasulullah, mereka semakin menghina dan mencaci maki beliau.

Yang kedua, pengikut yang belum teguh dalam keimanannya, mereka mulai ragu dan bahkan memilih murtad meninggalkan Rasulullah. Kemudian kelompok yang ketiga adalah mereka yang telah kokoh keimanannya, mereka menyikapi peristiwa isra mi'raj ini dengan keyakinan penuh dan semakin kokoh iman dalam dirinya.

Sebagaimana contoh yang ditunjukkan oleh Abu Bakar yang kemudian diberi gelar Ash-shiddiq (pendukung kebenaran yang tulus) karena keyakinannya dan kepercayaannya atas apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Jangankan kebenaran isra mi'raj yang tidak mungkin sampai ke akal sehat manusia, dimana saat itu transportasi paling cepat dan canggih yang mereka tahu hanyalah kuda dan unta yang sedemikian lambatnya dan hanya bisa berjalan di darat, bagaimana mungkin mencapai langit ke tujuh dan dalam tempo hanya semalam.

Hal ini karena waktu itu pendekatannya hanya logika dan akal. Sementara bagi umat Rasulullah yang percaya, peristiwa Isra Mi'raj itu merupakan peristiwa yang benar- benar terjadi hanya karena kehendak serta kuasa Allah SWT.

Kebenaran-kebenaran nyata yang telah terpampang dihadapan mata pun kadang masih diingkari dengan pengingkaran atas dasar kebencian dan kesombongan.

Salah satu contoh yang dapat kita petik ibrah dari pengingkarannya terhadap kebenaran yang telah nampak baginya dari Rasulullah SAW adalah kisah Al Walid bin Al Mughirah yang diriwayatkan dalam Al Qur'an surah  Al Mudatstsir.

Al Walid bin Al Mughirah adalah tokoh yang memiliki kedudukan terpandang di kaum kafir Quraisy. Ia memiliki kekayaan yang berlimpah dan terkenal sebagai "dermawan" di kaumnya dan bagi para peziarah yang datang mengunjungi Ka'bah pada masa itu. 

Al Walid adalah ayah dari Khalid bin Walid salah satu tokoh pembela Islam, panglima perang tak terkalahkan yang dijuluki sebagai pedang Allah yang terhunus.

Dikisahkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al Walid bin Al Mughirah menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah membacakan Alquran kepadanya. Sepertinya Alquran itu telah melembutkan kekufuran Al Walid. Dan kabar itu sampai ke telinga Abu Jahal yang tentu saja tidak senang akan hal tersebut.

Abu Jahal kemudian mendatangi Al Walid untuk membujukmya, karena mengetahui Al Walid datang menemui Rasulullah yang kaumnya takutkan akan membuatnya menentang ajaran nenek moyang mereka.

Abu Jahal meminta agar Al Walid mengucapkan suatu perkataan bagi kaumnya yang menunjukkan kalau Al Walid mengingkari Alquran dan kenabian Rasulullah.

Namun, Al Walid sendiri menyadari. Bahwa meskipun ditengah-tengah kaumnya tidak ada orang yang lebih memahami syair Arab daripada dirinya. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidahnya yang mengungguli Al Walid.

Tetapi apa yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW tidak serupa dengan itu semua. Al Qur'an itu bukan sihir. Al Qur'an memiliki kebenaran yang nikmat, baik dan diterima oleh hati. Perkataan Rasulullah begitu tinggi dan tak ada yang mengunggulinya.

Yah, sungguh sesuatu yang luar biasa seseorang yang keras hati dan memiliki kedudukan terpandang di kaumnya serta penuh kebencian terhadap Islam bisa memiliki kesan yang begitu tinggi terhadap Al Qur'an yang disampaikan Rasulullah kepadanya.

Tentu saja Abu Jahal dan pemuka kaumnya tak tinggal diam, mereka terus melakukan bujuk rayu agar Al Walid mengingkari dan mengatakan sesuatu yang buruk tentang Al Qur'an.

Dan dari bujuk rayu Abu Jahal dan pemuka kafir Quraisy serta juga oleh kesombongan Al Walid sendiri yang merasa sebagai orang yang terpandang dengan kekayaan dan kedudukan yang terhormat di kaumnya, Al Walid pada akhirnya mengatakan, "Alquran itu adalah sihir yang dipelajari. Muhammad mempelajarinya dari orang lain."

Demikianlah kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surah Al Mudatstsir ayat 11 dan beberapa ayat seterusnya yang mengisahkan tentang Al Walid bin Al Mughirah yang divonis akan mendapatkan adzab yang pedih di neraka.

Begitulah Al Walid bin Al Mughirah yang dengan akal dan pikirannya telah tersentuh dan menerima kebenaran atas apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Tetapi semua itu tak berarti apa-apa oleh kesombongannya atas kedudukan dan kekayaan yang dimilikinya yang sesungguhnya adalah pemberian dari Allah SWT.

Demikianlah peristiwa isra mi'raj selain menghadiahkan tiang daripada agama yaitu shalat, memberikan inspirasi untuk terus menggali sains dan teknologi. Isra mi'raj juga mewasiatkan kepada kita untuk yakin kepada kekuasaan Allah bukannya mengandalkan akal pikiran yang sangat mungkin dibatasi oleh kebodohan dan juga kesombongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun