Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kembali Linimasa Sosmed Dihebohkan Unggahan Nyeleneh Akademisi

3 Mei 2022   21:48 Diperbarui: 3 Mei 2022   21:54 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: timesindonesia.co.id

2. " Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb.,"

Mengapa pula harus ada pembanding dengan penggunaan kata-kata yang dianjurkan digunakan dalam ajaran Islam, seperti insyaallah ini adalah kata yang sangat dianjurkan sebagai bentuk kerendahan hati seorang hamba terhadap Tuhannya yang maha kuasa atas segala kejadian, barakallah tentang kesyukuran, syiar tentang saling mengingatkan dan menyampaikan kebenaran, qadarullah tentang kepasrahan terhadap takdir yang terjadi. Mungkin lain kalau beliau membandingkan dengan ungkapan-ungkapan radikalisme yang sering dicatut oleh sekelompok kecil orang yang mengaku Islam tapi sesungguhnya jauh dari Islam.

3. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.,"

Nah, ini lebih parah, mengapa harus ada ungkapan tentang menutup kepala ala manusia gurun. Tak perlu berdebat dengan memakai otak Professor, ungkapan ini sangat jelas ditujukan untuk menggambarkan tentang hijab, dan anak SD pun tahu itu

Apa yang salah dengan wanita berhijab, apakah mereka tidak open mind?. Nah perempuan berhijab itu, apa dia tidak lihat parlemen di USA yang punya senator berhijab, dplomat-diplomat berhijab, novelis, teknokrat, kedokteran tak terhitung. Bahkan, sekarang ini, seorang wanita Astronout dari Arab, Nora Al Matrooshi, jadi astronot perempun pertama Arab menyingkirkan ribuan saingannya dari belahan dunia lainnya. Dan mereka itu semua tidak pernah berminat dengan beasiswa LPDP yang diseleksi oleh si Prof. ini.

4. "Mereka mencari Tuhannya ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa Barat dan US bukan ke negara-negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi"

Wow, sangat tendensius sekali. Maaf dari konteks secara keseluruhan sudah bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud disini adalah negara-negara Islam.

Apa Professor ini linglung?, Lembaga pendidikan yang dipimpinnya peringkat berapa didunia?. Atau kampus tempatnya menjadi guru besar masuk peringkat berapa sih di dunia?.

Menurut Lembaga pemeringkatan universitas di dunia, Quacquarelli Symonds (QS) atau QS World University Ranking yang adalah salah satu sistem pemeringkatan universitas dunia yang menjadi rujukan utama berbagai perguruan tinggi di dunia, termasuk Indonesia.

Universitas Malaya, Malaysia itu berada pada peringkat 65. Lalu ada King Abdulazis University di posisi 109, King Fahd University di posisi 163, Al Farabi Kazakh Natiional University 175, Khalifa University, UEA 183, UTM, Malaysia.191, Qatar University, 224, dan bahkan Universitas Brunai Darussalam di posisi 250.

Bandingkan dengan universitas di negeri ini yang terbaik adalah UGM di posisi 254, disusul oleh UI di 290. Sementara kampus si Professor menjadi guru besar bahkan jauh berada di posisi 751-800, apalagi perguruan tinggi tempatnya menjadi rektor tidak saya temukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun