Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kembali Linimasa Sosmed Dihebohkan Unggahan Nyeleneh Akademisi

3 Mei 2022   21:48 Diperbarui: 3 Mei 2022   21:54 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: timesindonesia.co.id

Di saat kaum muslim sedang khusyuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan, sebuah postingan tendensius dan rasis yang berkaitan dengan keyakinan Islam viral di jagad maya. Pernyataan seseorang yang sangat-sangat tidak pantas untuk di-posting di lini masa media sosial yang pada akhirnya menjadi bahasan publik.

Mungkin tak perlu saya sebutkan identitasnya, orang seperti ini sebenarnya tidak penting, jika saja ia adalah pegiat media sosial biasa saja tentu apa yang ditulisnya tidaklah menjadi sesuatu yang harus dipedulikan, karena itu tidak lebih dari satu bentuk kegoblokan.

Namun, unggahan tendensius dan rasis ini menjadi sesuatu yang seharusnya dianggap penting bahkan 'berbahaya' karena diunggah secara publik oleh seseorang yang bergelar Professor sekaligus berstatus rektor, wow ini tentu bisa menjadi pertanda betapa semakin terbukanya ketidaksenangan terhadap Islam.

Terus terang membaca unggahan 'orang ini', sebagai seorang muslim saya hampir-hampir tidak habis pikir bagaimana seseorang bisa dianugerahi gelar terhormat sebagai Professor tapi tak mampu menahan lisan (jari) dari melukai hati dan perasaan ummat Islam.

Baiklah, mari kita ulas unggahan beliau yang sangat menyinggung perasaan saya dan juga ummat Islam bahkan ummat beragama lainnya.


Unggahan tersebut berisikan pengalaman guru besar tersebut saat mewawancarai beberapa mahasiswa untuk seleksi beasiswa LPDP. Ia menyinggung soal prestasi yang ditorehkan oleh para mahasiswa tersebut. Namun, sayangnya beliau 'menyanjung' para mahasiswa yang diseleksinya itu dengan cara yang tidak pada tempatnya, yakni:

1. "Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita2-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati,"

Mengapa harus ada pembanding soal langit dan kehidupan sesudah mati?. Terus terang secara eksplisit ini menyinggung tentang ajaran Islam (apalagi jika dikaitkan dengan narasi-narasi unggahan selanjutnya). Apa yang salah dengan berbicara tentang kehidupan setelah mati, kehidupan sesudah mati itu membawa pesan moralitas yang tinggi dan harganya adalah mutlak tentang kebaikan.

Tak akan ada satupun keburukan yang bisa terselip jika kita berbicara tentang kehidupan sesudah mati, pembicaraan tentang itu adalah bagaimana sebagai manusia kita harus berbuat baik dan tak boleh berlaku buruk karena baik buruk perbuatan kita di kehidupan sesudah mati akan dipertanggungjawabkan, jikapun anda tak percaya kehidupan sesudah mati 

Anda tetap wajib berlaku baik dalam kehidupan. Seperti mencari harta dengan jalan yang halal dan baik, bukan dengan cara merampok, menipu ataupun cara-cara ribawi. Begitu juga bagaimana harta yang dimiliki dipergunakan apakah dipergunakan untuk memberikan manfaat bagi orang lain atau mungkin hanya dipakai untuk kepentingan diri sendiri alias kikir bin medit  Begitu juga dengan ilmu apakah dimanfaatkan untuk kebaikan dan dengan cara yang baik ataukah ilmu itu ditumpuk sampai tinggi tapi dipergunakan untuk menyebar kebencian, semua itu adalah inti pesan dari berbicara tentang kehidupan sesudah mati.

2. " Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb.,"

Mengapa pula harus ada pembanding dengan penggunaan kata-kata yang dianjurkan digunakan dalam ajaran Islam, seperti insyaallah ini adalah kata yang sangat dianjurkan sebagai bentuk kerendahan hati seorang hamba terhadap Tuhannya yang maha kuasa atas segala kejadian, barakallah tentang kesyukuran, syiar tentang saling mengingatkan dan menyampaikan kebenaran, qadarullah tentang kepasrahan terhadap takdir yang terjadi. Mungkin lain kalau beliau membandingkan dengan ungkapan-ungkapan radikalisme yang sering dicatut oleh sekelompok kecil orang yang mengaku Islam tapi sesungguhnya jauh dari Islam.

3. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.,"

Nah, ini lebih parah, mengapa harus ada ungkapan tentang menutup kepala ala manusia gurun. Tak perlu berdebat dengan memakai otak Professor, ungkapan ini sangat jelas ditujukan untuk menggambarkan tentang hijab, dan anak SD pun tahu itu

Apa yang salah dengan wanita berhijab, apakah mereka tidak open mind?. Nah perempuan berhijab itu, apa dia tidak lihat parlemen di USA yang punya senator berhijab, dplomat-diplomat berhijab, novelis, teknokrat, kedokteran tak terhitung. Bahkan, sekarang ini, seorang wanita Astronout dari Arab, Nora Al Matrooshi, jadi astronot perempun pertama Arab menyingkirkan ribuan saingannya dari belahan dunia lainnya. Dan mereka itu semua tidak pernah berminat dengan beasiswa LPDP yang diseleksi oleh si Prof. ini.

4. "Mereka mencari Tuhannya ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa Barat dan US bukan ke negara-negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi"

Wow, sangat tendensius sekali. Maaf dari konteks secara keseluruhan sudah bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud disini adalah negara-negara Islam.

Apa Professor ini linglung?, Lembaga pendidikan yang dipimpinnya peringkat berapa didunia?. Atau kampus tempatnya menjadi guru besar masuk peringkat berapa sih di dunia?.

Menurut Lembaga pemeringkatan universitas di dunia, Quacquarelli Symonds (QS) atau QS World University Ranking yang adalah salah satu sistem pemeringkatan universitas dunia yang menjadi rujukan utama berbagai perguruan tinggi di dunia, termasuk Indonesia.

Universitas Malaya, Malaysia itu berada pada peringkat 65. Lalu ada King Abdulazis University di posisi 109, King Fahd University di posisi 163, Al Farabi Kazakh Natiional University 175, Khalifa University, UEA 183, UTM, Malaysia.191, Qatar University, 224, dan bahkan Universitas Brunai Darussalam di posisi 250.

Bandingkan dengan universitas di negeri ini yang terbaik adalah UGM di posisi 254, disusul oleh UI di 290. Sementara kampus si Professor menjadi guru besar bahkan jauh berada di posisi 751-800, apalagi perguruan tinggi tempatnya menjadi rektor tidak saya temukan.

Sungguh kebencian macam apa yang ada di pikiran beliau ini terhadap dunia Islam yang disebutnya hanya pandai bercerita tanpa karya teknologi, tak kenalkah beliau dengan Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Farabi,, Ibnu Haitam, Al Kindi, Jabir Al Hayyan, dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan Islam yang mashur dan ilmunya menjadi rujukan bahkan hingga saat ini.

Dan anehnya, bukannya mengakui apalagi meminta maaf, dia justru bergeming seakan-akan tidak ada yang salah dengan unggahannya.

Kalau merujuk dari kasus yang hampir serupa terkait postingan di medsos, mungkin kita akan lebih salut pada seorang guru besar dari UGM yang tergelincir dalam postingan terkait kasus Ade Armando, namun beliau dengan jantan memohon maaf dan menerima jika postingan beliau itu ada yang mengkaitkannya dengan politik.

Wallahu a'lam bissawab, marilah di hari yang masih diselimuti nuansa Fitri ini, kita saling menghargai dan menghormati keyakinan sesama kita yang jelas-jelas diakui dan dilindungi oleh negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun