Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Realistis Tak Perlu Juara, Tapi Kita Harus Menang

1 Januari 2022   15:41 Diperbarui: 1 Januari 2022   15:49 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: indosport.com

Perjuangan Timnas Garuda belum berakhir, masih ada leg kedua yang akan dimainkan malam nanti. Namun, sepertinya harapan untuk menjadi juara telah pupus, menyusul kekalahan telak 0-4 di leg pertama.

Bukannya pesimis, perjuangan Garuda muda Indonesia malam nanti bukanlah misi untuk merebut gelar juara AFF Suzuki Cup 2020. Perjuangan skuad Shin Tae-yong adalah untuk menunjukkan bahwa meski gagal tapi kita keluar dengan kepala tegak, artinya di pertandingan leg kedua kita akan tampil dan memberikan pertunjukan yang berbeda dari sebelumnya.

Jika pada laga di leg pertama, kekalahan kita bukan saja ada di lapangan hijau (dalam pertandingan), tetapi kekalahan itu sudah dibawa oleh anak-anak asuh Shin Tae-yong di dalam pikiran mereka sebelum masuk ke lapangan. Entah apa yang terjadi di kamar ganti pemain, sepertinya pemain Timnas merah putih, sudah merasa kalah lebih dulu.

Yah, bisa kita review ulang perjalanan Timnas di ajang AFF Suzuki Cup 2020, saat berhadapan dengan Kamboja, Laos dan Malaysia serta dua kali melawan Singapura permainan Asnawi Bahar dkk begitu spartan, begitu superior, begitu percaya diri dan tanpa rasa takut.

Menghadapi tim-tim yang dianggap selevel atau di bawah level, permainan timnas bergulir lancar dan aktif, improvisasi pemain, aliran bola dari lini ke lini, koordinasi antar pemain begitu hidup dan sangat memenuhi ekspektasi kita semua.

Namun, lihatlah saat jumpa Vietnam dan Thailand, tim yang sejak awal selalu dianggap "lebih" dari tim kita. Sejak kick off kita sudah kalah dalam kepercayaan diri.

Melawan Vietnam meski tidak kalah secara hasil, itu karena pemain-pemain Vietnam sebenarnya tidak lebih baik dari kita, namun tim kita sudah grogi duluan, salah oper, salah posisi dan segala macam kecerobohan karena sepertinya sudah merasa bahwa kita di bawah kualitas lawan.

Begitu juga saat bertemu Thailand, situasinya sama persis dengan saat melawan Vietnam, kesalahan-kesalahan elementer kerap dilakukan oleh pemain kita, terburu-buru, kehilangan konsentrasi dan kehilangan ketenangan dalam bermain. Ini semua muncul karena ketidak percayaan diri para pemain, merasa kalah kualitas dari lawan, padahal sesungguhnya Thailand tidak bagus-bagus amat dan bisa dibilang kita masih mampu mengimbangi.

Satu yang jadi pertanyaan adalah strategi pelatih Shin Tae-yong, yang selalu tampil dengan formasi yang berbeda-beda. Tidak ada formasi the winning team, sepertinya ini belum bisa diadaptasikan secara sempurna oleh pemain kita yang masih muda.

Mungkin pengalaman Shin Tae-yong saat menukangi timnas Korea Selatan yang pemainnya rata-rata telah matang ingin diadaptasikan ke Timnas Indonesia, sayangnya skuad yang dimiliki Tae-yong adalah talenta-talenta muda yang baru akan menuju matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun