Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menggali Kenikmatan Hidup Melalui Keikhlasan

4 November 2021   00:50 Diperbarui: 4 November 2021   00:52 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam nasihatnya, Imam al-Ghazali, menjelaskan tentang ilmu yang tidak bisa dikatakan, dan tidak akan mungkin dapat diungkapkan dengan kata-kata, karena ilmu tersebut berkaitan dengan "rasa"

Seperti bagaimana menjelaskan rasa pedas yang nikmat dari sambal atau kenikmatan meminum secangkir kopi di pagi hari, kesemuanya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Dan kalaupun akan digambarkan hanya sebatas sebagai pendekatan saja, tetapi tetap tidak akan sama, bahkan mendekati sama pun tidak. Itulah Ilmu tentang rasa. Ilmu tentang kenikmatan (ladzah)

Begitu juga kenikmatan dalam menjalankan perintah ibadah, seperti shalat lima waktu beserta shalat rawatibnya, Shalat tahajud, shalat Dhuha. Membaca dan Menghayati al-Qur'an, atau berdzikir dan wirid menyebut dan mengingat Allah SWT, berpuasa di bulan Ramadhan, serta puasa-puasa Sunnah karena Allah, semuanya hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang melakukan dan merasakannya.

Dan kunci dari semua itu terletak pada lillah atau keikhlasan hanya pada Allah SWT semata. Keikhlasan akan mematikan ego, namun menghidupkan kepedulian.

Selama keikhlasan belum hadir di dalam diri, belum tertanam ke dalam jiwa, maka kenikmatan ibadah itu, kenikmatan penyerahan diri itu belum akan dicapai. Ilmu tentang "rasa" dan "kenikmatan" hanya akan dipahami melalui jalan ikhlas, selain dari pada itu adalah mustahil.

Kisah perjalanan spiritual Lauren Booth, yang merupakan adik ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang menjadi mualaf pada tahun 2010. Perjuangannya dalam menemukan jalan Allah SWT tergolong unik, di mana awalnya dia membenci agama Islam.

Melalui sebuah video, sambil sesekali terdiam menahan tangis, wanita itu menceritakan awal mula dirinya mengenal Islam.

Namun Lauren Booth menemukan jawaban dan sekaligus cahaya baginya dari contoh bagaimana sifat ikhlas yang tertanam dalam diri seseorang yang disangkanya paling menderita ternyata justru adalah orang yang paling bahagia hanya karena ikhlas menjalani garis nasib perjalanan hidupnya.

Kisah keluarga wanita paling miskin di Gaza, yang ditemui Lauren Booth, yang begitu bahagia dan menikmati keterbatasan dan kemiskinannya, yang mana itu semua bagian dari ilmu rasa yang lahir dari keikhlasan lahir bathin.

Kisah yang diceritakan Lauren Booth ini dimulai pada bulan Ramadhan di tahun 2008, saat dia menjadi relawan di Palestina.

"Malam itu saya mengetuk pintu rumah keluarga yang sangat miskin di sebuah kamp pengungsian menyedihkan. Dan seorang ibu membuka pintu dan berkata seperti ini, 'Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, silahkan masuk. Selamat datang," Lauren Booth menceritakan.

"Dia menyambut saya dengan percaya diri seolah dia tinggal di Taj Mahal bukan di gubuk kumuh. Dan wajahnya begitu cerah bercahaya. Saya penasaran apakah dia baik-baik saja sekarang. Wajahnya begitu bersinar dan sekarang saya tahu itu disebut 'nur'. Wajahnya penuh dengan nur," ungkap Lauren Booth.

Laurent yang saat itu masih belum memeluk Islam, sempat menyoal, tentang ibadah puasa yang dijalankan oleh seluruh kaum muslimin saat itu, termasuk oleh si wanita miskin bersama keluarganya ini.
"Mengapa kalian puasa.? Untuk apa kalian puasa sebulan penuh? Bukankah kalian sudah terbiasa tidak makan dan hidup papa?" Tanya Lauren Booth

Wanita itu menjawab, "Untuk bisa merasakan kesulitan dan kelaparan orang lain." Jawab si wanita miskin tadi. Jawaban ini yang sontak membuat Lauren Booth tersentak dan tidak habis pikir. Bagaimana mungkin, orang yang paling miskin dan tidak punya apa-apa masih mau mengingat dan memikirkan kesulitan orang lain sementara dia sendiri tidak punya apa-apa.

Laurent seperti ditampar. Jawaban yang membuatnya tersengat, dan membuatnya mendapatkan hidayah memeluk Islam. Itulah ilmu rasa, tentang kenikmatan. Termasuk menikmati apapun keputusan dari-Nya

Kenikmatan itu lahir karena keikhlasan, dimana keikhlasan ini berawal dari yakin atau keyakinan, dan keyakinan yang kuat itu melahirkan harapan. Meski terkadang harus menghadapi berbagai ujian. Namun di balik ujian itu pasti ada pemberian, kata Ibn Athaillah al-Iskandari. Sebaliknya, di dalam pemberian itu justru ada bala' (ujian). Maka, orang yang yakin akan merasakan nikmatnya, kenikmatan yang tidak mungkin diceritakan kepada orang yang tidak yakin, yang tidak ikhlas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun