Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Masih Belum Berani Tarawih di Mesjid

14 April 2021   21:16 Diperbarui: 14 April 2021   21:36 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompasiana

Tak terasa sudah satu tahun berlalu, kita kembali bertemu dengan bulan ramadhan dan masih seperti tahun yang lalu, kita harus melaluinya dalam situasi pandemi covid-19 yang masih belum mau pergi.

Namun demikian puasa tahun ini sudah lebih longgar dari tahun yang sebelumnya, pembatasan-pembatasan yang tahun lalu begitu ketat, kini sudah tidak lagi.

Salah satunya adalah pelaksanaan shalat tarawih yang sudah dibolehkan dilaksanakan di mesjid-mesjid walaupun masih dengan protokol kesehatan yang ketat, tapi ini setidaknya lebih baik daripada tidak diperkenankan sama sekali.

Bagi umat Islam berpuasa tanpa shalat tarawih itu sama dengan hampa, satu kerugian, meskipun shalat tarawih bukan sesuatu yang diwajibkan tapi meninggalkannya serasa berdosa.

Saya masih ingat tahun lalu, meski ada edaran dari pemerintah untuk tidak melaksanakan shalat tarawih di mesjid-mesjid tapi masih ada saja orang yang tidak mengindahkannya, seperti mesjid di kompleks perumahan saya beberapa jamaah masih ngotot untuk tarawih secara berjamaah di mesjid.

Sebagai salah seorang pengurus mesjid saya berpandangan untuk mengikuti edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berdasarkan fatwa MUI dan juga ijma dari ulama-ulama seluruh dunia tentang kedaruratan pandemi covid-19. Namun ada juga pengurus mesjid yang berpandangan lain, yang memaksa untuk tetap melaksanakan shalat tarawih di masjid, tentunya dengan alasannya masing-masing.

Waktu itu tentu saja saya tidak memilih jalan ngotot-ngototan, saya memilih jalan untuk kompromi, shalat tarawih di mesjid silahkan tapi selain harus mematuhi protokol kesehatan juga harus dilakukan tanpa suara toak, artinya bagi kami yang tidak melaksanakan shalat tarawih di mesjid tidak merasa tergoda dan tidak merasa terbebani dengan keinginan untuk shalat tarawih secara berjamaah sebagaimana yang menjadi kebiasaan dan kebahagiaan kami jika shalat tarawih berjamaah.

Tahun ini ketika tak ada lagi larangan, kecuali penerapan protokol kesehatan yang masih menjadi syarat bolehnya shalat tarawih berjamaah di mesjid, saya masih memilih untuk tidak shalat tarawih secara berjamaah di mesjid, saya lebih memilih melaksanakannya di rumah bersama keluarga. 

Saya masih ragu dengan ketidakpedulian banyak orang yang tidak mau menerapkan protokol kesehatan secara bertanggungjawab, saya melihat sendiri jika shalat Jumat banyak sekali jamaah yang tidak peduli prokes, mereka datang tanpa masker, tanpa jaga jarak dan parahnya mereka juga ada yang batuk-batuk, ada yang bersin-bersin, beringus yang bukan tidak mungkin itu bisa saja merupakan gejala positif covid-19, Wallahu a'lam....

Tapi terus terang dalam kondisi begini, tentu saja saya merasa tidak sreg shalat tarawih di rumah, mendengar suara imam yang memimpin shalat tarawih di mesjid, rasanya seperti mengejek tentang ketidak sempurnaan shalat tarawih saya.

Ada semacam pertentangan dalam bathin, pergi ke mesjid atau shalat di rumah saja, inilah yang tiga hari ini mengganggu pikiran saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun