Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Agamadiot, Covidiot, dan Alkoholidiot, Ketololan yang Setali Tiga Uang

9 April 2021   21:20 Diperbarui: 9 April 2021   21:21 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radikalisme yang bernuansa agama masih saja marak terjadi di negeri ini. Hal ini tentu saja membuat sebagian besar orang mengaitkannya dengan masalah agama, walaupun oleh pemerintah sendiri dan juga tokoh-tokoh agama menolak keras bahwa radikalisme ini berhubungan dengan agama.

Memang betul dan tak dapat dipungkiri bahwa doktrin radikalisme yang terjadi itu berdasarkan keyakinan agama tertentu yang dalam hal ini adalah Islam.

Tapi apakah betul Islam sebagai agama membenarkan perilaku radikal?. Tentu saja jawabannya adalah tidak dan bahkan radikalisme dalam Islam itu adalah "haram".

Dengan argumentasi apapun adalah perbuatan tolol dan idiot untuk mengaitkan antara radikalisme dengan Islam. Bagaimana mungkin sesuatu yang diharamkan oleh Islam bisa dikatakan sebagai ajaran Islam?.

Bagi saya fenomena radikalisme ini bisa saya sebut sebagai "agamadiot", alias ketololan beragama, ini tidak ada hubungannya dengan agama tapi ini bersifat personal atau kualitas pribadi penganutnya yang dipengaruhi oleh beragam faktor.

Pelaku agamadiot ini bisa siapa saja, bisa kaum cendikiawan, bisa Agamawan, atau bisa juga orang biasa, bahkan penjahat bisa juga terkontaminasi penyakit agamadiot ini.

Fenomena agamadiot ini tidak jauh berbeda dengan fenomena aktual yang kita hadapi saat ini yaitu "covidiot". Kita hampir setiap hari menyaksikan, mendengar bahkan mungkin juga melakukan tindakan covidiot itu yang tidak menganggap serius Covid-19 dan risikonya, terlepas dari apa yang dikatakan pejabat pemerintah dan komunitas kesehatan global.

Betapa dunia internasional, sudah nyata-nyata kelimpungan menghadapi pandemi covid-19 ini, kita di dalam negeri masih banyak yang ngotot bahwa ini adalah rekayasa. Banyak hoaks dan juga pernyataan-pernyataan yang kontraproduktif terhadap upaya pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 ini.

Pelaku covidiot inipun berasal dari golongan mana saja, ada cendikiawan, Agamawan bahkan politikus dan ahli medis pun ada yang bersikukuh dengan keidiotan mereka terhadap upaya memutus penularan covid-19.

Satu lagi "idiot" yang kental dan sukar dimengerti di masyarakat kita adalah yang saya sebut dengan fenomena "alkoholidiot", perilaku tolol berpesta miras sekaligus uji nyali menenggak minuman tak lazim yang taruhannya nyawa atau setidaknya cacat. 

Yah fenomena alkoholidiot yang sering kita saksikan adalah korban tewas akibat menenggak minuman oplosan, yang terbuat dari alkohol non konsumsi (methanol) dengan kadar alkohol 70-90%, yang dicampur minuman energi, lotion anti nyamuk dan bahan-bahan tidak masuk akal lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun