PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT?
Pancasila sering kita hafalkan di sekolah, dari sila pertama sampai sila kelima. Tetapi, tahukah kamu kalau Pancasila itu bukan hanya dasar negara, melainkan juga sebuah sistem filsafat? Jangan takut dengan kata "filsafat", karena sebenarnya itu hanya cara berpikir yang mendalam tentang hidup.Â
Menurut Waruwu, Hutapea, dan Pebrina (2023) dalam Jurnal Pendidikan Tambusai, Pancasila bisa dipahami sebagai objek kajian (nilai-nilainya bisa dipelajari secara filosofis) dan juga sebagai subjek (Pancasila menjadi cara kita berpikir untuk menjawab masalah bangsa). Nah, dalam filsafat ada tiga hal penting: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Yuk, kita pahami dengan bahasa sederhana.
 1. Ontologis : Apa yang Ada dan Siapa yang PentingÂ
Ontologi itu artinya membicarakan tentang apa yang benar-benar ada, siapa saja yang penting dalam kehidupan. Kalau dikaitkan dengan Pancasila:Â
- Ada Tuhan (Sila 1),Â
- Ada manusia (Sila 2),
- Ada bangsa Indonesia yang bersatu (Sila 3),
- Ada rakyat yang bermusyawarah (Sila 4),Â
- Ada keadilan untuk semua (Sila 5).
Contoh sederhana: Bayangkan kamu bermain sepak bola bersama teman-teman. Ontologi itu seperti mengenali bahwa ada pelatih, ada pemain, ada wasit, dan ada penonton. Semua punya peran masing-masing, sama seperti sila-sila dalam Pancasila yang saling melengkapi.Â
2. Epistemologis: Bagaimana Kita Tahu dan BelajarÂ
Epistemologi itu bicara tentang cara kita tahu atau belajar sesuatu. Dalam Pancasila, cara tahu itu lewat musyawarah, lewat kebijaksanaan, lewat pengalaman bersama. Jadi bukan hanya apa yang kita pikirkan sendiri, tapi juga dari mendengar orang lain.
Contoh sederhana: Saat kelasmu menentukan siapa yang jadi ketua kelas, kalian tidak asal tunjuk. Kalian berdiskusi, bertanya siapa yang mau, siapa yang mampu, lalu memilih dengan adil. Nah, itulah contoh epistemologi dalam Pancasila : belajar dan memutuskan bersama-sama.Â
3. Aksiologis: Untuk Apa Semua ItuÂ
Aksiologi itu artinya tujuan atau nilai dari semuanya. Jadi, setelah kita tahu siapa yang penting (ontologi), dan bagaimana cara kita belajar (epistemologi), maka kita harus tahu untuk apa semuanya dilakukan. Dalam Pancasila, tujuan akhirnya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Contoh sederhana: Kamu belajar rajin di sekolah bukan hanya supaya dapat nilai bagus, tapi supaya nanti bisa berguna untuk dirimu, keluargamu, dan orang lain. Sama halnya dengan Pancasila, tujuannya supaya semua rakyat Indonesia bisa hidup adil, rukun, dan sejahtera.Â