Mohon tunggu...
Cristina Cruzita
Cristina Cruzita Mohon Tunggu... Jurnalis - the most adorable rebel

between love and hate .

Selanjutnya

Tutup

E-Sport

Di Balik Kelamnya Menekuni Dunia Game

31 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 1 November 2020   01:12 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah memberikan manfaat yang luar biasa untuk menunjang kehidupan dan kemajuan umat manusia saat ini. hal tersebut akhirnya memberikan peningkatan signifkan terhadap masyarakat untuk menekuni hobi yang sedang tren dalam dunia digital, salah satunya adalah gaming atau yang sering kita kenal dengan istilah bermain game.

dikutip dari Journal of Animation & Games Studies  minat memainkan game meningkat sebesar 90% dari sebelumnya dan berdasarkan riset DailySocial terhadap 1.445 responden, hampir sebagian besar menjawab bermain game setiap hari, yakni sebanyak 43,6%. akhir-akhir ini, tak sekedar hanya diminati, masyarakat terlebih khusus kaum muda-mudi berusaha sebaik mungkin untuk bisa menekuni profesi sebagai atlet e-sport (digaji dengan bermain dalam turnamen mewakili club yang sudah well known atau besar), maupun streamer (mendapatkan uang saat menayangkan permainannya secara langsung dari donasi viewers, maupun pendapatan dari platform penyedia layanan) selanjutnya ada juga content creator maupun vlogger (yang meliputi atau membahas soal game secara independent atau bekerjasama dengan pihak endorsement), profesi-profesi tersebut menghasilkan pendapatan yang menjanjikan saat ini.

di Indonesia sendiri persaingan dalam dunia game itu sangat ketat karena potensi anak muda Indonesia itu luar biasa dalam dunia game, mereka cepat berkembang dan beradaptasi dalam memahami taktik baru, dan penyelesaian baru.  akan tetapi hal ini malah menjadi boomerang karena semakin tingginya persaingan sehingga semakin susahnya untuk mendapat penghasilan dalam menekuni hobi ini. menurut laporan statistik jumlah pemuda Indonesia pada 2018 adalah 63.82 juta, sedangkan jumlah gamer di Indonesia diperkirakan Pokkt, Decision Lab dan Mobile Marketing Association (MMA) yang melakukan studi terkait game di Indonesia pada tahun 2018 menyebutkan gamers mobile di tanah air mencapai 60 juta. angka tersebut diperkirakan akan semakin bertambah.

saat ini banyak sekali media yang memberitakan prestasi yang dipetik oleh beberapa orang yang berhasil bersaing dan mendapatkan tahta sebagai proplayer atau disebut menjadi atlet dalam dunia game ini, tapi mereka hanya sedikit dari sebagian besar orang yang sebenarnya kurang beruntung di Indonesia, kenapa kurang beruntung? dikarenakan dalam bertanding itu pasti ada yang menang, adapulah yang kalah, ada yang beruntung, ada yang tersingkir. dengan minat yang banyak, dan lapangan pekerjaan yang masih "terbatas'',  membuat tersisah masih banyak lagi anak muda yang berpotensi tetapi tidak bisa berpartisipasi untuk mendapati kehormatan di dunia game.

dalam menekuni hobi ini, adapun landasan atau fondasi yang dimiliki tiap individu untuk menunjang aktifitasnya yaitu dari segi kebutuhan internal seperti; pemikiran, penglihatan, pendengaran, dan kecepatan.  dan adapun kebutuhan eksternal yang dibutuhkan seperti; kebutuhan finansial yang akan menunjang kepemilikan perangkat elektronik berupa handphone, pc, laptop, headset dan internet. 

namun, terlepas dari semua aspek tersebut di tengah tren mobile gaming pada generasi muda saat ini, masih banyak yang kurang menyadari akibat yang bisa mengancam diri gamers, jika menjadi salah satu dari sekian orang yang kurang beruntung dalam menekuni hobi ini. di tengah manisnya prestasi yang sering di angkat media terhadap para penggiat gaming, hanya sedikit saja berita tentang hal negatif akan hal ini. tidak semua individu yang menekuni hobi ini bisa menghasilkan uang dengan skill yang dia punya, jangan mengira bahwa iming-iming berpenghasilan dengan hobi, bisa semudah yang kalian kira. hanya beberapa saja orang yang berhasil mendapatkan penghasilan dari suar lelah tersebut,  tapi di ingatkan lagi ''tidak semua'' bisa mencapai hal tersebut. tulisan ini bukan untuk membuat gamers merasa down, tapi hanya ingin membuka kesadaran bahwa persaingan itu sangat dibutuhkan dalam dunia game. terlepas dari semua itu, tidak sadarkah gamers jika menjadi yang "kurang beruntung" dari hobi ini, bisa terancam dengan masalah-masalah seperti; cedera fisik, masalah mental, masalah sosial dan bisa bangkrut finansial jika kurang cermat mengatasi perkembangan teknologi.  sebenarnya hobi ini juga dianggap bisa menimbulkan bahaya seperti kontroversi, yang diajukan oleh WHO dimana mereka mengklasifikasikan isitlah 'gaming disorder' yakni penyakit mental yang disebabkan kecanduan game. adapun masalah-masalah ini di khawatirkan sebagai efek negatif dari penggunaan aspek internal dan eksternal yang mendukung hobi ini. berikut akan dibahas satu-satu dan lebih mendalam mengenai hal-hal yang menjadi alat tempur dan fondasi para gamers yang sayangnya bisa juga berdampak buruk;

ilustrasi pribadi yang dimodifikasi
ilustrasi pribadi yang dimodifikasi
1. PEMIKIRAN

dalam dunia game, kita bekerja keras mengasah otak untuk memberikan respon dengan apa yang kita lihat dan kita bandingkan dengan latihan yang sudah tersimpan di ingatan kita. dimana jika gamers sudah belajar strategi sebelumnya akan tersimpan dan teringat juga secara terus menerus sehingga bisa menjadi familiar dengan medan tempur atau lingkungan dan mengasah pemecahan masalah serta pengambilan keputusan. semua di proses secara cepat, karena ini termasuk skill yang tak mudah dari setiap individu. sayangnya ada penelitian yang dapat membuktikan efek negatif dari fungsi otak jika digunakan berlebihan dalam suatu permainan. 

adapun kutipan artikel yang ditulis oleh: Risky Candra Swari  dan Ditinjau oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum,

"Penelitian yang dipublikasikan di Addiction Biology melakukan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) terhadap 78 remaja laki-laki yang berusia 10-19 tahun yang didiagnosis mengalami gangguan internet gaming, dan 73 peserta lainnya tanpa kondisi gangguan tersebut. Dalam penelitian tersebut, para peneliti membandingkan hubungan antara 25 area yang berbeda dari otak pecandu game dengan kontrolnya.

Hasilnya, para peneliti menemukan adanya peningkatan koordinasi antara bagian kortek prefrontal dorsolateral dan temporoparietal junction di otak,yang diduga membatasi kontrol impuls seseorang. Kondisi ini biasanya ditemukan pada pasien dengan skizofrenia, sindrom Down, dan autisme, dan orang dengan kontrol impuls yang buruk." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten E-Sport Selengkapnya
Lihat E-Sport Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun