Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kisah Panjang IndiHome dengan Sanggar Tari Sekar Ayu

11 Mei 2023   16:16 Diperbarui: 11 Mei 2023   16:11 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Sanggar Tari Sekar Ayu

Sanggar Tari di Daerah Terpencil

Sebagai pelayan publik, secara berkala kami memang membuat konten berupa foto dan juga video tentang aktivitas sanggar kami di media sosial sebagai bentuk laporan kepada khalayak umum, khususnya kepada orangtua/wali anak didik sanggar kami dan kepada pihak sekolah-sekolah serta instansi yang pernah terlibat atau bekerja sama dengan kami. 

Untuk kepentingan itu, tentu saja dibutuhkan banyak kuota internet demi menunjang aktivitas kami tersebut.

Namun, selang beberapa waktu setelah liputan tersebut, entah kebetulan ataukah takdir kembali menuliskan skenario baru, sanggar kami tiba-tiba dihubungi oleh pihak Telkomsel Jakarta yang menawarkan layanan produknya yakni tiga layanan dalam satu paket: telepon rumah, internet dan tayangan tv berbayar.

Tentu saja kami menyambut baik tawaran tersebut karena pengeluaran bulanan kami untuk keperluan penggunaan kuota internet di sanggar tari non profit yang kami kelola akan lebih hemat jika kami berlangganan dengan IndiHome.

Angin segar kami rasakan ketika pihak Telkomsel menyanggupi akan memasang tiang-tiang telepon yang dibutuhkan saat kami menyampaikan bahwa tempat kami cukup terpencil dari rumah-rumah penduduk, dan tidak ada tiang telepon di sekitar lokasi tempat sanggar kami berada. Maka, kami pun kemudian mengajukan/mendaftar untuk berlangganan IndiHome secara daring.


Petugas survei kemudian datang. Setelah melihat bahwa tempat kami benar-benar terpencil di antara ladang pertanian dan hanya ada 2 rumah dengan jarak berjauhan, sang petugas pun mengatakan bahwa tidak mungkin pengajuan kami ditindaklanjuti. Tentu saja kami sangat bisa memakluminya dan kami pun berencana melakukan pembatalan.

Sanggar kami memang terpencil. Berada di sudut sebuah dusun di wilayah Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan-Kabupaten Semarang, dari jalan raya memang masih harus masuk gang dan melewati ladang-ladang pertanian di antara pohon-pohon besar untuk mencapai sanggar kami, yang juga merupakan kediaman kami sekeluarga.

Keajaiban Itu Akhirnya Datang

Aktivitas seni budaya di sanggar kami tetap berjalan seperti biasa. Latihan rutin setiap minggu, menyiapkan pementasan untuk anak-anak sanggar, menggarap sendratari untuk sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan kami dan tetap menjalankan program khusus yakni menerima murid tamu asing yang telah berjalan secara berkala sejak tahun 2015. Semua berjalan tanpa hambatan yang berarti sampai pandemi menyapa tanpa permisi.

Ketika pandemi menyapa pada waktu itu, kegiatan rutin sanggar pun langsung kami tiadakan. Seluruh tim sanggar memutuskan untuk kembali menekuni bakat alamnya masing-masing. Ada yang memulai bisnis kopi, melanjutkan studi dan juga melakukan berbagai aktivitas seni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun