Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toilet Disabilitas Singapore dengan Berbagai Masalahnya

3 Oktober 2022   11:40 Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:15 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Dokumentasi pribadi

Toilet disabilitas Singapore yang cukup nyaman digunakan sebagai end-user seperti aku ... Grab-bar yang bisa dibuka, bin atau tempat sampah dekat dengan closet dan wastafel, flush di dinding (walau di dinding belakang)dan ketinggian posisi cermin yang bisa end-user pakaai sebagai pemakai kursi roda .....

Sementara di jepang, flush selalu di dinding samping supaya memudahkan end-user tidak haris memutar tubuhnya yang kaku, karena cacatnya .....

***

Seperti yang aku katakan di beberapa artikelku tentang konsep mendesain untuk disabilitas dan kaum prioritas, bisa sajs setiap Negara berbeda. Jika Jepang dan sebagian besar negara2 di dunia mendesain yang sama, belum tentu negara2 yang lain, mendesain sama juga, termasuk Singapore.

Singapore mempunyai SOP dan desain2 untuk fasilitas disabiliras dan prioritas atau lansia, sedikit berbeda dengan sebagian negara2 lainnya.

Seperti misalnya, Singapore tidak mendesain "jalur pemandu" untutk disabilitas netra di ruang public eksterior, karena trotoar atau pedestriannya punya standard yang sama, yaitu 150 cm sampai 180 cm. Dan, kaum disabilitas netra punya standard tongkat putih yang sama, untuk menjangkau sisi kanan dan kiri pedestrian.

Begitu juga, Singapore mempunyai standard "jalur pemandu" yang berbeda dengan sebagian besar negaa2 yang lain, yaitu berwarna gelap (yang lainnya sebagian besar berwarna kuning cerah), tetapi itu sudah diperhitungkan dengan materialnya, yaitu lempeng logam glossy, yang akan "menyala" jika terkena sinar apapun ......

Nah, 

Tentang toilet disabilitas punsedikit berbeda, dimana aku tetap mengacu kepada desain toilet disabilitas yang sama dengan Jepang. Karena, untuk aku sebagai end-user seorang disabilitas lumpuh kanan tubuh dan pemakai kursi roda elektrik, Jepang membuat aku benar2 gampang dan nyaman untuk aku menggunakan toilet disabilitas disana.

Bagaimana dengan toilet disabilitas di Singapore?

Ternyata, tidak banyak toilet disabilitas di tempat2 umum termasuk di mall2 besar di Singapore, yang menggunakan sliding door atau pintu geser. Sebuah pintu yang paling aman dan nyaman untuk disabilitas, terutama untuk pemakai kursi roda dan disabilitas netra.

Selama aku dsana untuk survey disabilitas, hanya ada beberapa toilet disabilitas di tempat umum, yang memakai sliding door. Itu un bukan di tempat2 umum yang baru atau terkenal seperti di mall. Tetapi, justru di area permukiman dan kawasan "tua", yaitu di area permukiman Punggol dan kawasan lama Paya Lebar (bekas kawasan banadara sebelum Changi).

Bahkan, ketika aku banyak berda di kawasan Marina Bay atau di Sentosa Island, mereka tidak membangun toilet disabilitas dengan sliding door, entah mengapa. Padahal, sudah jelas untuk desainer2 yang peduli dan memperhatikan tentang kebutuhan disabilitas, bahwa swing door atau pintu2 biasa yang membuka keluar ataupun ke dalam, akan sangat menyulitkan bagi pengguna kursi roda .....

Tetapi, toilet disabilitas di Singapore ini mempunyai pitu yang cukup lebar untuk masuk kursi roda, sekitar 100 cm atau 1 meter, TETAPI juga mereka memasang door-closer diatas pintu yang membuat aku sebagai end-user pengguna kursi roda walau elektrik, akan sangat kesulitan untuk membuka dan menutup pintu!

alessandroorisi.com
alessandroorisi.com

alessandroorisi.com
alessandroorisi.com

Swing door untuk pintu toilet disabled dengan pemasangan door-closer yang membuat pintu berat untuk dibuka ke dalam atau ke luar, serta dimensi pintu yang besar 1 meter (yang memang untuk kursi roda, tetapi bisa dikurangi 20 cm menjadi 80 cm), serta logo disabilitas yang terlalu kecil, tidak terlihat di kejauhan .....

Dokumentasi pribadi (aku menatar rutin dengan IAI untuk arsitek2 profesional Indonesia)
Dokumentasi pribadi (aku menatar rutin dengan IAI untuk arsitek2 profesional Indonesia)

Dokumentasi pribadi (aku menatar rutin dengan IAI untuk arsitek2 profesional Indonesia)
Dokumentasi pribadi (aku menatar rutin dengan IAI untuk arsitek2 profesional Indonesia)

Sementara, toilet disabilitas di Jepang sangat jelas, berwarna hijau dengan logo disabilitas yang besar di tengah2 toilet perempuan (pink/merah) dan toilet laki2 (biru) .....

Baik pintu swing itu membuka kedalam atau keluar, aku harus menahan pintu itu tertutup lagi, dengan mengganjalnya dengan kakiku atau kaki kursi roda ajaibku. Begitu aku mencoba lagi untuk membuka, aku merasakan beratnya pintu 1 meter itu dan semakin berat ketika aku menahan pintu dengan tangan kiriku yang sehat, sedangkan tangan kananku tidak bisa membantu karena tidak berfungsi sama sekali .....

singaporeuncensored.com
singaporeuncensored.com

Contoh seorang nitizen di Singapore yang mengganjal pintunya karena susah untuk dibuka ke dalam maupun ke luar, karena berat dengan door-closer dan besar .....

Itu hanya soal pintu, ada lagi beberapa masalah untukku sebagai end-user pengguna kursi roda, seperti berikut,

Pertama,

Pintu toilet disabilitas di Singapore sebagian besar adalah SWING DOOR, yang membuat end-user pengguna kursi oda seperti aku ini, sangat kesulitan untuk membuka dan menutup pintu, yang pada akhirnya jika di sekitar itu tidak ada orang, dan aku benar2 kesulitan membuka pintu, aku akan masuk ke toilet perempuan umum saja, yang pintunya kecil dan banak orang disana.

Kedua,

Pintu nya lebar 1 meter, dan menggunakan DOOR CLOSER di atasnya, sehingga semakin susahlah aku membuka pintu toilet disabilitas disana. Baik pintu itu membuka kedalam atau pun membuka keluar, aku benar2 kesulitan untuk membuka pintu. Walau jika mrmbuka dalam, masih memungkinkan, dengan mengganjal dan mendorong dengan kursi roda ajaibku .....

Ketiga,

Disetiap toilet disabilitas, masih banyak yang meletakan bin atau tempat sampah tidak dekat dengan closet atau wastafel, sehingga aku akan melempar tissue bekas pakai ke bin. Jika tissue itu jatuh, akan membuat kotor dan berantakan, dan jika aku merasa bin terlalu jauh, bisa saja aku membuah tissue bekas pakai itu ke dalam closet dan flush, yang mengakibatkan mampet suatu saat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Toilet disabilitas di Singapore yang tidak ada bin dekat dengan closet atau wastafel. Foto kedua ada bin tetapi bukan untuk membuang tissue bekas pakai melainkan untuk membuang pembalut bekas pakai .....

Tetapi, Singapore pun sudah aware tentang beberapa item berikut ini,

Pertama,

Mereka meletakkan mirror atau cermin sesuai dengan kebutuhan, sehingga aku sebagai pengguna kursi roda ajaib, yang keberadaanku pastinya lebih rendah daripada orang2 yang berdiri, aku bisa melihat wajahku, bukan hanya melihat ubun2ku, hihihi ......

20220723-143726-633a66f108a8b51a6b40b3b2.jpg
20220723-143726-633a66f108a8b51a6b40b3b2.jpg

Dokumentasi peibadi

Posisi cermin di toilet disabilitas Singapore, tepat untuk end-user melihat dirinya, bukan hanya melihat ubun2nya saja .....

Karena, pada kenyataannya di Jakaarta SEMUA cermin di toilet disabilitas, posisinya terlalu tinggi sehingga aku hanya bisa melihat ubun2ku saja!

Kedua,

Grab-bar yang bia dibuka dan ditutup, harus ada dekat closet. Pertama untuk berpeangan dan kedua grab-bar terbuka untuk kursi roda bisa medekatkan diri sedekat2nya dengan closet, sehingga end-user bisa memindahkan tubuhnya sendiri ke closet.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Toilet disabilitas di Singapore yang tidak ada grab-bar nya sama sekali! Baik yang ditanam di dinding, juga grab-bar yang berdiri sendiri. Bagaimana end-user bisa mengangkat tubuhnya sendiri ketika selesai menggunakan closet? Jika sehat, itu sangat mudah berdiri, tetapi sebagai end-user seperti aku, aku sangat sulit berdiri jika tidak ada pegangan apapun .....

Jika grab-bar tidak bisa dibuka, bagaimana end-user bisa memindahkann tubuhnya, sementara mereka tidak bisa berjalan sama sekali?

***

Ini pengamatan awalku tentang toilet disabilitas di Singapore. Secara umm, semua cukup nyaman untukku sebagai pengguna kursi roda kecualipintunya. Tetapi, sungguh aku merasakan dan bahkan menikmati toilet disabilitas di jepang. Bahkan, aku bisa santai sambil nge-charge kursi rodaku di toilet disabilitas di Jepang dan sambil ngemil karena bersih dan bau wangi, hahahaha ......

Selama aku di Singapore, sungguh aku menjadi "takut2" jika ingin ke toilet di area public.

Mengapa?

Ya, jelaslah. Jika disekitarku tidak ada orang sama sekali, aku akan tidak bisa membuka pintu toilet disabilitasnya (swing door) dengan door closernya yang membuat pintu mejjadi berat, ditambah dimensi pintu yang terlalu besar dan tebal!

Sehingga, jika aku sendirian dan ingin ke toilet, aku lebih baik langsung masuk ke toilet umum perempuan saja. Jika ada mas Kardy Chiu, tentu saja aku akan minta tolong dibukakan pintu toiletnya, karena kami sering jalan bareng selama disana.

Next, 

Mungkin aku juga akan berdiskusi dengan temanku seorang arsitek yang tinggal dsn bekerja di Singapore di perusahaan konsultan arsitek cukup terkenal disana, bahwa Singapore yang sangat menarik ini harus mempunyai fungsi2 dan fasilitas2 yang benar2 nyaman dan aman bagi semua orang, termasuk disabilitas dan kaum prioritasnya.

Sedangkan untuk pintu toilet disabiitasnya sungguh susah untuk aku bisa nyaman membukanya. Karena Singapore akan menjadi destinasi utamaku, dank arena toilet adalah salah satu kebutuhan utmana manusia, termasuk disabilitas dan prioritas atau lansianya ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun