Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

[Bab 15] Aku Sampai Jakarta dengan Kemarahan karena Ketidak-pedulian

1 Juni 2021   17:40 Diperbarui: 1 Juni 2021   17:51 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi Aku sudah sampai di RS PGI Cikini, Jakarta dengan Bruder Frank ..... (Dokpri)

ari kedelapanbelas (kesembilanbelas dan keduapuluh dengan waktu antara Amerika - Jakarta), sampai Jakarta

Aku Sampai Jakarta, dengan Kemarahan karena Ketidak-pedulian

 

Aku benar2 tidak sabar! Menurutku, pesawat yang aku tumpangi ini, lelet sekali!

Tinggal 1 jam lagi! Aduh ..... lamanya .....

Aku berdendang dala hati, dan senyumku tidak lekang dari mulutku. Bruder Frank pun, tertawa melihatku. Dia habis2an meledekku, yang kujawab dengan berteriak2 dengan suara yang bergumam, seperti alien.


Sampai2 banyak pramugari selalu mendekati tempatku dan ikut tertawa denan ku, karena aku tidak habis2 nya tertawa. Mungkin, hanya Bruder Frank yang mengerti atas sikapku, terus tertawa .....

Bruder Frak, sempai memantau lagi keadaan kantong kateterku, yang ternyata hanya berisi air seniku yang sanat bening, Puji Tuhan!

Dan, dia pun sempay memberikan obat2 dan vitamin2 yang aku memang aku butuhkan, di sore hari. Obat2 dan vitamin2ku sangat banyak, aku melihat Bruder Frank selalu kebingungan untuk menyiapkan obat2 dan vitamin2ku.

Ada untuk yaraf, untuk hipertensi, untuk otak, untuk darah, untuk koleserol atau yang lain, sehingga tubuhku sedang mengalami pemulihan bertahap dan perlahan.

Dan, tubuhku akan terus mengikuti alur jalannya obat2 dan vitamin2 itu beriringan, jika aku trus konsisten.

Bruder Frank juga kulihat, membuka laptopnya, menulis pengamatannya tentang aku, melakukan tugas2nya untuk merawatku, dan dia mengirimkannya lewat email, dengan pulsa mahal dari Chine Airline yang disediakan.

Begitu dia menutup laptopnya dan membereskan semunya, suara pengumunan dengan bahasa Inggris dan bahasa China, untuk semua penumpang bersiap karena pesawat itu segera akan mendarqt di Bandara Soekarno Hatta!

Duh, aku benar2 tidak sabar, ketika pesawat mendarat dan semua penumpang itu mengantri untuk turun.

Bagi yang disabilitas, sakit atau kelurga muda yang membawa bayi atau anak2 kecil, untuk masuk ke pesawat selalu yang pertama, semetara penumpang yang lain akann menunggu sampai kami siap duduk manis di dalam pesawat.

Tetapi, jika pesawat mendarat, kami akan turun paling lambat, setelah semua penumpang sudah turun. Dan, kami akan dibantu oleh petugas2 bandara. Dengan kursi roda atau alat bantu yang lain.

Begitu juga ketika pesawatku mendarat.

Mereka mengantri dengan tertib untuk turun pesawat dan masuk bandara, tetapi aku dan Bruder Frank hanya menunggu sampai semua turun. Dan, adikku dari kelas ekonomi, menuju first class tempat aku berbaring, dan menunggu bersama.

Setelah semua penumpang turun, petugas bandara dan pramugari pesawat, membantuku untuk berbaring di brankar bendara, mendorongku keluar pesawat dengan lift khusus untuk membawaku keluar diatas brankar.

Lalu, brankarku di dorong, berlainan arah dengan berjalannya Bruder Frank dan adikku, yang mungkin mereka harus men-chek semua dokumen2 keimigrasianku, dari San Francisco, serta transit di Taiwan.

Aku tahu, masalah keimigrasianku karena sakit itu, akan sedikit lama untuk di periksa. Aku mengerti itu.

Tetapi, yang membuat aku menjadi marah dan ketakutan adalah, aku dibawa lewat jalan yang berbeda, berpisah dengan Bruder Frank dan adikku!

Aku tidak tahu, mengapa, dan aku ketakutan! Sangat ketakutan1

Yang kubayangkan adalah aku mendapatkan sesuatu yang mengerikan! Sangat mengerikan!

Terbanyang sejak di San Francisco, aku akan diperlakukan sangat jelek, apalagi aku terpisah dari adikku dan Bruder Frank! Bahkan, ketika sudah keluar dari bandara, aku tidak melihat siapapun yang menjemputku!

Petugas2 yang mendorong brankarku, entah petugas darimana, langsung mendorong brankarku untuk langsung masuk ke mobil ambulance! Tanpa ada yang aku kenal, untuk mengantarku!

Mereka mendorong brankarku dengan tergesa2, terlihat tanpa ada yang mereka tunggu! Menurutku, seharunya mereka menunggu, minimal menunggu dokumen2 keimigrasianku dulu sebelum mereka membawaku keluar.

Tetapi, ini tidak!

Dan, hatiku berdebar!

Aku takut, seperti di film2 tentang penculikan, aku merasa ada yang menculikku!

Tidak ada yang kukenal untuk mengawalku!

Tidak adikku, tidak Bruder Frank, apalagi keluargaku! Tidak ada yang menjemputku! Bapakku atau ibuku!

Aku ketakutan! Aku sangat ketakutan!

Aku ingin berteriak, tetapi karena otakku yang masih meradang karena serangan stroke itu, menghambat teriakanku! Sehingga, aku hanya bisa meronta di tubuh kiriku, yang pastinya lemah!

Ketika brankarku diganti dengan btankar mobil ambulance dan btankar yang punya bandara itu dibawa masuk kembali, aku meronta dengan kuat!

Aku bisa berteriak2, sambil menangis! Benar2 menangis dan berteriak2 sekeras2nya, ketika brankan ambulance asuk ke mobil, dan pintu ambulance menutup ......

Aku benar2 ketakutn! Aku bersama siapa? Mereka siapa? Mengapa mereka tidak meunggu yang lain? Adikku? Bruder Frank?

Di dalam ambulance, dibgaian depan hanya adasupir ambulance dan seorang ibu2 judes!

Selama dalam amculance, aku hanya bisa berteriak2 sekeras2ny, merota2 denga  tubuh kiriku serta menangis menggerung2!

Suara2 ku yang mengguman, tentu tidak ada yang dimengerti oleh petugas2 ambulance itu. Dan, ibu2 judes itu sempat mengatakan,

"Diam, bu! Ibu tidak tahu diri ya! Sudah ditolong, tetapi malah mengamuk seperti itu!"

Dia melongonk ke belakang ambulance, dan aku memelolotinya!

 Aku tidak bisa berbuat apa2. Jika aku sehat, aku bukan hanya menjotosnya saja, tetapi aku akan membunuhnya!

Kurang aja sekali! 

Bisa2nya dia berkata seperti itu?

 Untuk seorang pasien yang pasti jelas2 stress, baru keliar dari pesawat dari Taiwan, dengan keadaan limpuh serta tidak bisa berbicaa sama sekali!

Tidak mungkin, jika ibu2 judes itu tidak diberi tahu sama sekali, bahwa dia akan menjemput aku, seorang pasca stroke berat, yang baru pulang dari Amerika! Ibu2 judes itu, PASTI TAHU!

Tetapi, tidak ada kepedulian sama sekali. Minimal, seharusnya ibu judes itu bisa menenamgkan aku dengan baik2, memelukku dan berkata2 yang bisa membuat aku tenang  dan tersenyum.

Atau, setidaknya mereka menunggu adikku dan Bruder Frank, sehingga aku bisa bersama denan mereka ke ruamh sakit bru di Jakarta, tempat aku akan dirawat secara intensif sampai beberapa saat kemudian ......

Dan, aku benar2 mengamuk!

Aku mengamuk dengan meronta2 dengan tubuh kiriku, menendang2 apapun yang bisa ditendang, termasuk menendang kaca mobil ambulance itu! Dan, mungnkin itu membuat si ibu2 judes itu tidak tahan, sehingga dia meminta supir ambulance untuk menghentikan mobilnya sebentar.

Aku melihat pepohonan dari kaca mobil, denagn keadaanku yang berbaring di brankanr mbulance, dan aku tahu mereka berhenti masih berada di sekitaran Bandara Soekarno Hatta.

Ambulance berhenti, dan si ibu2 judes itu menelpon seseorang, entah siapa. Tetapi yang aku dengar, dia bercerita bahwa aku marah2, menangis dan sudah tidak tahu lagi, harus bagaimana.

Tidak lama kemudian, ada sebuah mobil yang menghampiri ambulance tempat aku dibaringkan, dan ternyata mbil itu adalah mobil bapakku ......

Adikku dan Bruder Frank turun, dan berbicara denan si ibu2 judes itu.

Bapakku membuka pintu ambulance dan aku menjadi lega! Bapakku memelukku dengan susah payah, karena aku berbaring di ambulance yang cukup sempit itu. Aku lega! Benar2 lega!

Tangisku berhenti, dan tiba2 tangisku berubah menjadi tawa .....

Si ibu2 judes itu berkata, seakan2 yang salah adalah aku, dan dia membela diri denan kata2 manis, sementara aku melotot denan tatapan marah! Aku berteriak2, sambil berkata2 bergumam seperti alien,

"Ibu itu judes sekali! Ibu ini jahat! Kata2 nya culas! Kata2 nya jahat! Jngan percaya padanya!"

Aku berteriak2 lagi denan mata memerah dan marah!

Si ibu judes itu mengerut! Aku tahu, dia takut dengan teriakkanku! Apakah kata2ku sudah bisa dimengerti oleh orang2 disekelilingku ini atau belum, tetapi dari wajah mereka yang mengelilingiku, sepertinya mereka mengerti ....

Mungkin, kata2ku sudah mulai bisa dimengerti, setidaknya aura pemulihanku sudah perlahan bangkit .....

Adikku dan Bruder Frank masuk ke dalam ambulance, duduk disampingku, dan bapakku naik ke mobilya sendiri. Aku tidak mau si ibu judes itu berada dalam ambulance, aku suruh dia pergi!

Dengang tangan kiriku yang kukibas2kan, aku suruh dia keuar dari ambulance!

Terserah, dia mau naik apa, tidak dalam ambulance!

Akhirnya, si ibu judes itu naik mobil dengan bapakku, si supir ambuance sendirian di depan. Sedangkan adikku dan Bruder Frank, duduk di belakang, disampingku.

Adikku memelukku, dan menenangkanku, sebelum mobil bergerak jalan. Dia menenangkanku, dengan berkata2 mengapa dia tidak bisa menemaniku di ambulance. Dia dan BruderFrank harus mengurus imigrasi, termasuk tentang kepulanganku dari rumah sakit di San Francisco.

Dia memelukku dan aku pun menjadi tenang.

Setelah ambulance mulai berjalan, Bruder Frank mulai dengan meledeku habis2an, dan aku tertawa2. Aku tidak marah, ketika dia meledekku karena mengamuk.

Karena aku tahu, dari hatinya yang paling dalam, walau dia adalah orang lain bagiku, dia benar2 peduli dengan keadaanku .....

Seperti biasa, begitu keluar bandara, jalanan ,acet. Kamu menuju ke Rumah Sakit PGI Cikini, di Jalan Raden Saleh, Menteng. Dan ambulance pun menuju kemacetan kesana.

Bapakku lebih dahulu sampai sana, ibuku pun siap disana, untuk menyambutku.

Aku akan diberikan kamar VIP di Unit Stroke, unit baru yang belum pernah aku gunakan.

Rumah sakit Cikini ini, merupakan "ruamh keduaku", dimana sejak tahun 1992 keika aku baru saja lulus S1 sebagai seorang arsitek, aku diminta bapakku untuk ikut melayani di Yayasan PGI Cikini, dimana bapakku sebagai pengurus, pada waktu itu.

Aku ditarik untuk melayani di rumah sakit itu, sebagai seorang arsitek,untuk membenahi rumah sakit tua nan cantik ini.

Bersama dengan bapakku, tanteku serta 2 rang anak buah bapakku, kami bersama2 mendesain ulang beberpa bangunan rumah sakit ini, dan membangunnya.

Tidak dibayar apapun, bahkan kami benar2 membantu dengan tenaga dan dana yang tidak seberapa.

Tetapi, Tuhan tahu, dan pelayanan2ku pun berbuah manis.

Sejak aku hamil anak pertama dan kedua, dengan bed-rest selama kehamilanku, rumah sakit ini membeikan gratis sama sekali untukku. Juga ketika aku operasi kanker rahim atau beberapa kali aku harus opname disana.

Dan, semuanya gratis ......

Puji Tuhan .....

Tuhan memberikan berkat2 NYA yang luar biasa, untuk "membayar" pelayanan2ku dalam membenahi rumah sakit itu sebagai tim renovasi RS PGI Cikini.

Aku beraada dalam "rumah keduaku", sejak tahun 1992, dan hampir semua dokter, suster serta pegawai2 rumah sakit itu, mengenalku. Begitu juga, ketika aku datang kesana, dari bandara .....

Ambulance itu, masuk ke Unit Stroke.

Pintu ambulance terbuka, dan suster2 yang mengenaliku, terssenyum dan mengucapkan selamat datang untukku.

Adikku dan Bruder Frank, keluar dahulu, setelah itu suster2 dan petugas ambulance mengeluarkan brankar dan aku diatasnya, untuk dipindahkan ke tempat tidur rumah sakit yang bisa dipindah2kn.

Aku langsung di dorong ke kamarku untuk dirawt intensif selama beberapa saat kedepan.

Bruder Frank mengikutiku ke dalam kamar, sebelum dia memelukku dan berpamitan untuk langsung ke bandara lagi.

Terbang ke Belanda, untuk menjemput pasien lagi ke Amerika. Begitulah tugasnya, antar jemput pasien2 ke seluruh dunia, untuk perawatan2 mereka .....

Bahkan, ketika bapakku menawarkan Bruder Frank untuk minum teh dahulu sebelum ke bandara, Bruder Frank tidak bsa karena taxi nya akan segera datang, untuk membawanya ke bandara.

Bruder Frank berbicara dengan dokter yang akan merawatku.

Memberikan berkas2 dan dokumen2 dari St. Francis Hospital di San Francisco, dan dari rumah sakit di Taiwan kepada dokter di Rumah Sakit Cikini.

Bruder Frank juga memberikan 3 buah buku tentang stroke, dari St Francis Hosoital di San Francisco, untuk dititipkan kepada bapakku, untuk mempelajari bagaimana keluargaku membantuku untuk beradaptasi.

Dokumen2 ku yang diserahkan kepada dokterku, serta 3 buah buku untuk keluargaku .....

Aku berfoto dengan Bruder Frank, dan dia langsung berpamitan begitu taxi yang dipanggilnya, sudah datang .....

 

p1260029a-60b60dcdd541df4c7c64c2a2.jpg
p1260029a-60b60dcdd541df4c7c64c2a2.jpg
                                                                                                                                     Dokumentasi pribadi

Bruder Frank dengan aku, setelah aku dibersihkan di rumah sakit Ckini. Lihat, tangan kiriku ada warna hitam besar, karena terlalu lama tempat jarum infuse itu tertanam di tangan kiriku, untuk memasukkan obat2an .....

 

Bapak mengantarkan Bruder Frank ke dalam taxi, setelah Bruder Frank menciumku dan mengucapkan doa dan pengharapannya agar aku bisa segera pulih ....

Aku sedikit sedih. Paling tidak, aku pikir Brder Frank bisa menemaniku sehari saja, sebelum dia terbang lagi.

Tetapi, sudahlah .....

Tugas nya memang demikian adanya.

Tuhan sudah berkenan untuk Bruder Frank bisa mengantar aku ke Jakarta, dibela2in dari Alaska, dia datang ke San Francisco untuk tugasnya. Mengantar aku ke Jakarta.

Tuhan sudah berkenan aku mengenal seorang suster laki2 tua, yang sangat baik, sabar serta peduli, untuk merawatku dan mengantrku, walau hanya 3 hari saja. Dan, aku benar2 bersyukur.

Nama Bruder Frank, terpatri di dalam hati dan pikiranku .....

Selamat tinggal Bruder Frank, selamat jalan ..... 

Entah kapan kita bisa bertemu lagi, setelah aku pulih .....

Kesedihan ku tidak berlangsung lama. Aku sudah berada ditengah2 keluargaku yang mencintaiku. Aku udah berada di rumah sakit, rumah keduaku, yang akan merawatku secara sangat baik, entah sampai kapan.

Bapak dan ibuku beraeda di sampingku, dengan suster2 cantik yang akan merawatku.

Anak2ku pun segera datang, setelah mereka pulang dari sekolah. Adikku, kecapekan selama merawatku sejak di San Francisco, dan dia sudah memesan tiket utuk terbang ke Bali, untuk menemui keluarganya disana.

Aku teersenyum bahagia .....

Duniaku sedang menuju kearahku .....

Duniaku akan segera kembali untukku .....

Walau aku tahu dan yakin, aku akan mendapat banyak kesulitan di masa2 pemulihanku, yang entah sampai kapan,

Aku yakin itu, tetapi aku sangat semangat untuk segera pulih!

Tubuhku sendiri merespon denagn sanat baik. Pendarahan itu benar2 sudah pergi jauh2, apalagi setelah kateterku dilepas, aku merasakan kenyamana2 yang luar biasa dalam tubuhku. 

Pergerakkan tubuhku pun, berangsur membaik, setelah aku mengamuk berat siang tadi di ambulance, bergerak menendang dan memukul dengan tangan dan tubuh kiriku, seta tubuh kananku ikut bergerak dengan sendirinya .....

Aku belajar pengetahuan baru, bahwa ketika aku menggerakkan tubuh kiriku, apalagi bergerak dengan keras, otomatis tubuh kananku akan ikut tergerak dengan sendirinya. Sehingga, persendian tubuh kananku melepaskan sensasi semangat untuk tubuh kiriku yang sehat.

Dan, ketika pada saat itu terjadi, aku bisa dengan lebih naman untuk bergerak, walau dengan sangat perlahan .....

Pelajaran baru yang lain adalah, ketika aku punya semangat dalam diriku untuk pulih, berarti aku akan berusaha untuk pulih, dengan apapun caranya!

Dan, ketika aku berusaha untuk terus lebih baik, dengan doa yang sungguh, dan percaya bahwa semua nya ini adalah Rencana dari Tuhan untukku, aku pun akan segera pulih, walau waktunya tergantung pada NYA .....

Aku terus tersenyum, sementara orang tuaku sibuk membenahi keadaanku malam itu, pertama kali tinggal di ruamh sakit Cikini, setelah perjalanan jauh dari San Francisco, transit di Taiwan, beberapa ari sebelumnya.

Ruangan VIP ku benar2 nyaman, dengan jendela langsung menghadap taman hijau yang segar. Unit Stroke ni memang baru. Terdapat 12 kamar, dengan 2 kamar VIP. Suster2nya cantik dan ramah, yang kesemuanya mengenaliku ......

Hari itu, hari pertama aku datang ke Jakarta sekitar jam 5.00 sore, aku merasa sangat tenang dan damai. Walaupun aku belum bertemu denagn anak2ku, aku merasa sudah berada di rumah ku sendiri. Rumah keduaku, di Rumah Sakit PGI Cikini .....

Malam itu, anak2ku belum bisa datang untuk menemuiku, karena mereka harus belajar dan banyak tugas2nya yng harus diselesaikan.

Kedua orang tuaku, berpamitan untuk pulang, termasuk adikku yang harus segera terbangu pulang ke Bali, menemui keluarganya.

Bapak ibu ku sudah tua, dan pastinya akan segera capek dengan mengurusiku, sehingga mereka harus beristirahat di rumah. Mereka berjanji akan datang setiap hari untuk menemaniku, bersama dengan anak2ku.

Aku tidak keberatan, karena aku sudah merasa nyaman dalam rumahku sendiri, dan dengan ceria aku berdendang ketika mereka pamit pulang .....

Selamat datang, di Jakarta .....

Selamat datang, duniaku yang baru .....

Selamat datang, kesembuhanku ......

Selamat datang "new normal" sebagai pasca-stroke ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun