Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terjebak Badai Krosa, Tuhan Yesus Datang Menolongku sebagai Seorang "Hiyoko"

27 Maret 2020   16:24 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:16 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Di sinilah chaos itu terjadi, ketika aku harusnya masuk ke stasiun lewat pintu khusus disabilitasini, dan diminta petugas stasiun untuk tidak masuk, karena kereta JR Rapid Nara tidak bisa beroperasi, karena Badai Krosa. Dan, berlanjur sampai Hiyoko datang ......

By Christie Damayanti

***

Waktunya sebenarnya tidak salah, semua tepat pada waktunya. Jam 15.05 aku siap masuk ke Stasiun Nara, nebeng JR Rapid Nara yang akan membawaku ke Stasiun Kyoto. Jam 15.50 akan sampai ke Stasiun Kyoto, lalu naik Shinkansen yangakan membawaku ke Tokyo, 2 jam 20 menit setelahnya.

Tidak ada yang salah. Semuanya baik2 saja, dan tepat pada waktunya. Jepang atau negara2 maju, selalu tepat dengan waktu2 yang sudah diaturnya, bahkan sampai ke detik2nya.

Yang bikin aku resah waktu itu adalah, mendung tebal mengikutiku. Tebal sekali, dan semakin gelap. Padahal baru sekitar jam 15.00. Dan, hujan mulai turun. Bukan gerimis, bukan rinrik2, tetapi seakan langsung ditumpahkan dari langit.

Untung, aku siap tanpa terkena hujan waktu di Nara Park. Klo hujan nya lebih awal, alamat kursi roda ajaibku kehujanan, dan kemungkinan besar akan rusak dengan adanya aliran listriknya.


Astagaaaaa .....

Mukjizat itu ternyata benar2 nyata. Tidak ada yang kebetulan, ketika petugas JR berkata tentang jadwal kepulanganku jam 16.00 di Shinkansen! Tuhan memang siap didepan ku .....

Petir meyambar2 dan angin dingin bertiup sesampainya aku ke stasiun Nara. Sepertinya, prediksi badai Krosa yang segera datan jam 17.00, ternyata datang duluan jam 15.00. Tetapi, aku belum 'ngeh, apa saja akibatnya. Benar2 tidak berpikir jauh.

Karena aku tidak Tinggal di Jepang, dan belum pernah aku berada di tengah2 badai seperti ini ....

Jadi, aku tenang dan merasa nyaman, sampai .....

Tiba2 ada seorang petugas stasiun Nara, buka toad an memberi pengumuman dengan bahasa Jepang. Jelas, aku tidak mengerti dan aku dengan santianya masuk ke jalur disabilitas untuk meminta petugas membawa ramp mobile untuk naik kereta JR Rapid Nara ke Stasiun Kyoto.

Aku langsung di stop, dan si petugas berkata dengan terbata2 berbahasa Inggris mengatakan bahwa, "Kereta JR Rapid Nara menuju ke Stasiun Kyoto, tidak beroperasi lagi, karena Badai Kroasa sudah mengamuk!"

Ya, ampun! Astaga! Tuhanku!

Hatiku berdetak keras. Sebagi manusia aku sangat ketakutan. Berada seorang diri di Nara, jauh dari keluarga, bahkan jauh dari Michelle anakku yang sedang berada di Tokyo, dan ditengah2 Badai Krosa! Wisatawan2 memang penuh, dan mereka semua juga panic!

Mengapa panic? 

Karena, kita semua harus mengikuti jadwal Shinkansen ke kota2 tujuan masing2. Aku ke Tokyo. Mungkin, mereka ke Kobe, atai Hokkaido, atau dimanapun. Dan jelas sekali, mereka semua adalah wisatawan asing, yang benar2 idak pernah berpikir akan berada di tengah2 Badai Krosa!

Aku, apalagi!

Petugas stasiun, menyarankan untuk menginap di Nara. Jika aku sehat, mungkin tidak mengapa. Walau pasti juga aku bingung harus ke hotel mana. Karena hujan lebat, dan jika telpon juga susah, karena kemungkinan tidak bisa berbahasa Inggris.

Stasiun Nara tidak besar, karena Nara adalah sebuah kota kecil. Bahkan, bisa dibilang, "pedesaan". Aku tidak yakin, ada hotel didekat2 stasiun Nara. Jika ada n, harus ke pusat kota, dan aku tidak mungkin kesana tanpa harus mempelajari dahulu situasinya.

Belum lagi, seperti yang aku tuliskan di artikel2ku sebelumnya, aku tidak pernah mau menginap di hotel sendirian di Jepang, karena aku membutuhkan pertolongan banyak hal. Untuk mandi, aku takut jatuh, untuk apapun karena aku sangat terbatas dengan lumpuh separuh tubuh, sebelah kanan!

Itu alasan pertama, mengapa aku benar2 panik!

Alasan kedua adalah, hari itu adalah hari terakhir aku bisa memakai JR Pass ku, pas 1 minggu sejak pertama kali tiket JR Pass ku kupergunakan. Artinya, jika aku menginap di Nara, dan baru besaok aku pulang ke Tokyo, aku harus beli tiket ketengan naik Shinkansen dari Kyoto ke Tokyo, seharga sekitar 15.000 Yen, jadi sekitar hampir 2 juta Rupiah!

Belum lagi, tentang kursi roda ajaibku untuk mencari posisi, karena besok akan terjadi chaos, dengan menumpuknya wisatawan di Nara, yang akan memakai Shinkansen dan tambahan wisatawan2 baru, selain kami!

Bisa dibayangkan? Aduh ......

Kepalaku berputar. Bingung. Dadaku bergetar, terus berdegub keras. Tensiku pasti naik. Bersyukur, aku sadar untuk tidak stress. Karena jika aku stress dengan keadaan kalut lingkungan seperti ini, aku bisa saja terserang stroke berulang!

Lalu, aku mundur teratur dari suasana chaos. Aku berputar dengan kursi roda ajaibku, dan mencari titik yang lebih sepi, untuk menenangkan diriku sambil berdoa .....

Hujan semakin lebat sementara petir meyambar2, saling bersahutan. Bdai Krosa sedang mengamuk .....

Aku berdoa. Tunduk kepala. Hatiku takut. Mataku berair. Memerah dan airmataku jatuh .....

Aku manusia biasa. Walau aku yakin, Tuhan akan menolongku, tetapi aku tetap manusia biasa. Aku ketakutan. Seorang perempuan ringkih, cacat diatas kursi roda, berada di tengah2 badai Krosa di Nara, jauh dari siapapun yang aku kenal, termasuk Michelle yang sedang bekerja di Tokyo!

Cukup lama aku berdiam diri dalam doa, sampai aku tidak tahu, harus bicara apa kepada Tuhanku. Karena, aku yakin, tanpa aku bicara panjang lebar, Tuhan ku pasti sudah tahu, bagaimana hatiku dan bagaimana aku menghadapi badai yang mengelilingiku!

Setelah aku agak tenang, 

Aku membuka mataku dengan lambat. Dan, tiba2 seeorang perempuan memakai baju petugas kereta, berada tepat dihadapanku. Dia menyapaku dalam bahasa Inggris,

"Mom, what can I do for you?"

Aku sempat terbengong2. Pertama, karena aku kaget, koq tiba2 ada perempuan datang di hadapanku, padahal tempatku itu, sedikit terpencil untuk menghindari chaos suara2 yang membuat hatiku semakin ketakutan.

Kedua, tidak pernah ada warga Jepang menyapa ku dengan bahasa Inggris, walau aku menyapa mereka berbahasa Inggris. Karena, aku tahu bahwa mereka tidak bisa dan mengerti berbahasa Inggris.

Tetapi, aku tidak berlama2 terbengong2. Ketika aku bicara tentang keadaanku, dan kereta JR Rapid Nara ke Kyoto, serta masalah kereta Shinkansen ku yang akan terlambat jika aku harus menginap di Nara, Hiyoko, nama petugas stasiun Nara itu, justru menjawab dengan bahasa Melayu!

Astaga lagiiiiii ......

Aku kembali terbengong2, ketika dia dengan fasih berbahasa Melayu, setara dengan bahasa Indonesia, sampai aku merasa damai, ada orang yang tahu jika aku mati disini karena badai .....

Tuhan sangat luar biasa! DIA datang mengutus salah satu malaikat NYA yang terbaik untuk menolongku. Atau, mungkin Tuhan Yesus sendiri yang turun sebagai Hiyoko, untuk menolongku. Aku tidak tahu, tetapi aku percaya sungguh, bahwa mukjizat terus terjadi sampai selamanya!

Hiyoko menyarankan untuk ke stasiun local di Nara, dengan jarak 2 terminal bus umum. Dan kereta di tasiun local itu, bisa mengantarkan aku dan wisatawan2 yang lain, ke Stasiun Kyoto.

Aku mengiyakan, pastinya! Dengan segala keterbtasanku, aku harus mengejar Shinkansen, jika tidak mau menginap di Nara!

Hiyoko menemaniku berjalan, menuju terminal bus. Hujan semakin besar. Aku melihat wisatawan2 bule itu masih memaki2 petugas, karena kereta JR Rapid tidak beroperasi karena badai. Aku tahu, mereka memaki2 karena berbahasa Inggris. Chaos semakin terasa.

Untung, Hiyoko mengajak ku segera keuar dari stasiun Nara, menuju terminal bus di depan stasiun. Meninggalkan chaos mak2 di Stasiun Nara, entah mereka mau apa dengan memaki2 seperti itu.

Hiyoko memayungiku, ketika hujan menerpa tubuh kami. Dia menggiringku untuk naik bus kea rah stasiun local, yang aku tidak tahu namanya. Ada 2 terminal yang harus kami lalui sebelum ke stasiun local itu. Suasana di bus juga ramai dengan hujan deras dan angin besar yang menderu2. Badai Krosa memang sedang mengamuk!

Hiyoko terus menenagkan aku, dengan cerita2nya dalam bahasa Melayu. 2 terminal sudah kami lewati, dan memasuki stasiun local Nara.

Aku lega, ketika stasiun itu cepat tanggap untuk menolongku. Stasiun itu juga panic. Mungkin, sudah banyak wisatawan2 yang berbeda dari sebelumnya, datang kesana karena kereta2 JR tidak beroperasi karena badai.

Hiyoko terus menggiringku bersama petugas stasiun local. Hiyoko pun membawa ramp mobile untuk membawaku dan kursi roda ajaibku, naik ke kereta local. Dan, Hiyoko benar2 menjadi malaikatku!

Ketika kereta local yang membawaku ke Stasiun Kyoto bergerak, aku merenungkan kejadian ini. Semuanya, berjalan dengan sangat cepat! Mulai dari petugas stasiun Nara mengambil toad an memberi pengumuman bahwa JR Rapid Nara tidak bisa beroperasi, sampai aku duduk di kereta local ini, mungkin hanya sekitar 1 jam.

Padahal, kami naik bus 2 terminal itu cukup jauh. Dan, kami pun sempat berfoto berdua. Aku hanya mau bercerita, betapa Hiyoko sungguh adalah malaikat terbaik yang diutus Tuhan untuk menolongku ....

Aku belum bisa berpikir, bagaimana aku dengan Shinkansen ku yang sudah terlambat. Yang jelas, aku sudah lega, bahwa aku tidak menginap di Nara, dan di Stasiun Kyoto, aku akan berjuang untuk naik Shinkansen di trip berikutnya, supaya aku bisa pulang ke Tokyo.

Dokumentasi pribadi | Aku dengan wajah kusut karena kehujanan dan sempat stress dan chaos di Stasiun Nara, bersama Hiyoko, malaikat terbaik yang diutus untuk menolongku .....
Dokumentasi pribadi | Aku dengan wajah kusut karena kehujanan dan sempat stress dan chaos di Stasiun Nara, bersama Hiyoko, malaikat terbaik yang diutus untuk menolongku .....
Hiyoko .....

Aku tidak tahu, apakah Hiyoko ini ada atau tidak?

Aku tidak tahu, apakah Tuhan Yeusu sendiri yang datang sebagai Hiyoko, untuk menolongku?

Aku tidak tahu, bagaimana Tuhan bekerja untukku,

Dan, aku pun tidak tahu, bagaimana doa itu bekerja ......

Yang aku tahu, Tuhan Yesus selalu disisiku, setia bersamaku dan selalu tepat sekali menolongku disaat2 kritisku ......

Catatan :

Sampai Stasiun Kyoto, "badai" itu masih mengikutiku. Tunggu kisahku berikutnya .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun