Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kecantikan Indonesia" dalam Kebaya Merah, Berlatar Jalan Sakura

15 April 2019   10:23 Diperbarui: 15 April 2019   10:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti


                                                                         Dokumentasi dari Tenzin Phola Jatsho - 15 April 2019 ...... thank you, dear Tenzin .......
                                                                    "Jalan Sakura", sebuah jalan dengan sepanjang jalan pohon cherry yang berbunga Sakura

20190320-100407-5cb3fff23ba7f74228724cd2.jpg
20190320-100407-5cb3fff23ba7f74228724cd2.jpg

                                                                                                                                Dokumentasi pribasi

                                                                                               "Jalan Sakura" yang aku lewati pada tanggal 20 Maret 2019

Setelah seremoni wisyda dan foto2 sambil bercanda ria, akhurnya kami mulai meninggalkan Hall of Forest 21 untuk pulang, tetapi hanya sebentar. 


Jam 15.00 mereka harus ke kampus dan ada acara perpisahan dengan guru2nya, dan berakhir dengan pesta yang dibiayai oleh kampus di sebuah tempat besar, bernyanyi menari, makan2 sampai jam 21.00 di Minami Kashiwa. 

Dan jika ada yang berminat, mereka bersama2 dengan beberapa orang guru2 yang masih single, karaoke-an di Shin Koiwa.

Hari bahagia itu, tahnggal 20 Maret 2019, memang sangat padat untuk mereka. Aku melihat anakku di balakang saja. Tersenyum melepas kedewasaannya, bersama teman2nya. Aku siap "ditinggalkan", dan memang itu kenyataannya. Itulah fungsi orang tua .....

Tetapi, jika masih ada waktu sesedikit apapun, aku bertekad untuk terus dekat dengan anak2ku, terutama Michelle yang jauh dariku. Jadi, kami bersama2 jalan menuju stasiun Shin Yahashira. 

Sebenarnya hanya memakan waktu 14 menit saja dengan berjalan kaki, tetapi kami menghabiskannya 30 menit untuk menikmatik suhu hangat dan udara segar, serta kebahagiaan yang Tuhan berikan kepada kami.

56890398-656936471428591-6355359182014644224-n-5cb3f81d3ba7f70dc7040472.jpg
56890398-656936471428591-6355359182014644224-n-5cb3f81d3ba7f70dc7040472.jpg

Dokumentasi pribadi

 

Michelle dan teman2nya, di hari bahagia itu .....

Puji Tuhan .....

 

Perjalanan kami menuju Stasiun Shin Yahashira memang melewat jalan yang sama, tetapi wakyu berngkat di sisi kiri, dan pulangnya kaami berjalan disisi kanan jalan. Dan aku baru menyadari bahwa jalan utama yang aku tempuh, sepanjang jalan adalah penuh dengan pohon cherry yang akan berbunga Sakura. 

 

Waktu pagi saat itu, fokusku adalah membayangkan keadaan disana saat wisuda dan memperhatikan Michelle, apa lagi yang kurang untuk dia naik ke panggung.

 

Setelah pulang, fokusku berbeda dengan memperhatikan jalan yang aku lewati untuk bahan tulisan2ku. Dan ternyata juga, jalan utama menuju Hall of Forest 21 tempat mereka diwisuda namana adalah "Jalan SAKURA" .....

 

 atau Jalan Sakura, atau di terjemahannya ada tulisan Sakura-michi (bunga Sakura), sebenarnya mungkin karena disepanjang jalan itu, berderet2 pohon2 cherry yang akan berbunga Sakura. Waktu itu tanggal 20 Maret 2019, bunga Sakura belum mekar. Hanya baru sebatas kuntum2 bunga nya saja. Dan secara promosi kepada seluruh dunia, bunga Sakura akan mulai mekar tanggal 22 Maret 2019 di daerah Kanto, termasuk Tokyo dan sekitaran Chiba. 

Dokpri
Dokpri

20190321-133008-5cb3f87295760e75273ca632.jpg
20190321-133008-5cb3f87295760e75273ca632.jpg

Dokumentasi pribadi

 "Jalan Sakura", adalah benar2 nama jalan di Shin Yahashira, Chiba dengagn ratusan pohon cherry

Sayang sekali ya, tunggu 2 hari kemudian, bunga2 Sakura akan bermekaran dan Michelle akan semakin  terlihat cantik dengan pakai kebaya merah, dengan kain batik merah dan larat belakang bunga Sakura. Sebuah perpaduan antara Indonesia -- Jepang dan terus berlanjut sebagai lambng persahabatan antar Negara .....

 

Tapi, sudahlah. Tetapi, aku berencana untuk datang lagi ke Shin Yahashira ke Jalan Sakura untuk menikmati bunga Sakura sepanjang jalan, di musim semi tahun 2020.

 

Sepanjang Jalan Sakura, kami menemukan kejadian2 menarik. Dimana waktu itu sekita jam 13.00. Itu jam pulang sekolah anak2 SD. Ibu2 mereka, sebagian menjemput, dengan menggandeng atau naik sepeda. Anaknya di bonceng di belakang atau di dudukan di depan jika anak mereka masih SD kecil.

 

Dokumentasi pribadi Ibu2 muda yang menjemput anak2 SD nya pulang sekolah, kegiatan rutinitas di Jepang
Dokumentasi pribadi Ibu2 muda yang menjemput anak2 SD nya pulang sekolah, kegiatan rutinitas di Jepang

Suasana rutin itu mengingatkan aku dengan suasana penjemputan anak2 SD di Indonesia. Jika di Jakarta, yang menjemput adalah supir dengan mobil2nya atau ibu2 muda dengagn menyetiri sendiri mobilnya. Jika di desa2, masih banyak ibu2 yang menjemput anak2nya dengan berjalan kaki atau naik sepeda.


 

Tetapi ternyata selama aku bolak balik k Jepang dalam kurun waktu 2 tahun ini, baik di kota2 kecil dan perkampungan kota bahkan di Tokyo sebagai ibukota, yang aku lihat ibu2 muda dengan anak2nya yang masih kecil, dijemput dengagn seda maksimal. Sisanya, ibu2 muda itu menjemput dengan berjalan kaki saja .....

 

Ironis sekali, ketika Indonesia sebagai Negara berkembang dengan Jakarta sebagai ibukota Negara, itu justr "melepas" kenyamanan hidup dengan bermacet2 ria serta menonjolkan gengsi. Walau di desa2 masih banyak yang tidak punya uang untuk membeli mobi, tetapi kenyataannya jika mereka ada kelebihan uang untuk membeli motor, mereka pun akan lebih memilih motor ketimbang naik sepeda.

 

Padahal, sebagai Negara maju bahkan salah satu Negara termodern di dunia, Jepang justru "back to nature". Negara ini mampu mengendalikan kemacetan dan pertumbuhan mobil dengan transportasi missal yang luar biasa! 

Sehingga, jalan2 di Jepang, termasuk di kota2 besar, secara umum tidak terlalu ramai, karena mereka lebih memilih naik kereta atau bus jika tidak terlalu jauh. Tetapi, stasiun dan kereta lah yang akan mengalami "kemacetan", hihihi ..... 

Ada juga waktu ada serombongan anak2 Jepang berumur sekitar 10 tahunan, berjalan disisi kami yang bergerombol, aku diatas kursi roda dan Michelle bersama dengan teman2nya. Anak2 Jepang tu mengajak ngobrol. Untung ada Michelle dan teman2nya sehingga aku tidak terlalu terbengong2, karena kendala bahasa ..... 

Seorang anak itu, tiba2 memegang tangan Michelle dan kami kaget, koq berani? Mereka tahu bahwa kami adalah "orang asing', dengan kebaya Michelle, kan? Harusnya, anak seumur itu tidak akan beradi memegang tangan orang asing. 

Seorang anak kelas 4 SD berumur 12 tahun, tiba2 memegang tangan Michelle .....

Dokpri
Dokpri

 

Lalu si anak itu bertanya dalam bahasa Jepang,

 

"Tangan kakak kurus sekali" (diterjemahkan oleh Michelle).

 

Dan Michelle hanya tertawa, akhirnya mereka banyak ngobrol sampai di sebuah perempatan, anak2 itu berpamitan pada kami untuk berbelok ke kiri dan kami meneruskan perjalanan kami ke stasiun. 

Hahahahaaa ...... 

 Aku geli sendiri dan terus tersenyum. Mengapa? 

Dokpri
Dokpri

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

 Michelle dan Tenzin sahabatnya dari Bhutan, serta 3 anak SD itu .....

 Karena, selama dari awal berjalan denan Michelle yang memakai kebaya merah cantik, mataku selalu menangkap mata pemuda2 baik Jepang atau siapapun, melirik Michelle! Aku yakin, salah satunya adalah kebaya merah itu. Karena juga dengan kebaya merah dan latar belakang langit biru,  memberikan efek luar biasa tentang sebuah "kecantikan Indonesia".

 

Jepang dengan kultur wara2 netral, warna merah akan sangat menarik dan menyolok mata, kan? Ditambah, dandanan Michelle dengan ramput tersanggul menjuntai di bahunya, wajah oriental nya memancarkan (sekali lagi) "kecantikan Indonesia".

 

56985324-380603635867786-5457590255555182592-n-5cb3f8e5cc528344540f5272.jpg
56985324-380603635867786-5457590255555182592-n-5cb3f8e5cc528344540f5272.jpg

Dokumentasi pribadi


"Kecantikan Indonesia" berbalut kebaya merah dan kain Batik coklat merah bergambar burung

Ditambah lagi, Michelle memang cantik dengagn wajah mungil, bening serta selalu tersenyum dengan kacamatanya. Suaranya yang lebut, yang tidak seperti aku yang keras dan menggelegar, serta otaknya yang encer, membuat Michelle menjadi kesayangan sahabat2nya bahkan guru2nya!

Jadiiiiii ......

Mengapa aku tidak boleh berpikir, bahwa anak2 SD itu pun sebenarnya tertarik dengan Michelle, entah dari sudut mana mereka melihatnya, dan akhirnya, salah satu dari mereka memegang tangan Michelle, bukan?

Hahahaha, entah lah .....

Terserah saja. Tetapi "kecantikan Indonesia" dengan latar belakang Jalan Sakura" itu membawa bunga2 kebanggaan yang semakin membungah setelah kebanggaanku semakin memuncak waktu prosesi dan seremoni wisuda yang salah satunya untuk mengukuhkan Michelle sebagai penerima penghargaan karena prestasinya .....

Jalan Sakura di Shun Yahashira itu, menjadi makna kebanggaan yang terus membuat aku baper, sampai sekarang .....

Sebelumnya :

Shin Yahashira, Kota Kecil Cantik di Perfecture Chiba

Seorang Putri Indonesia "Menaklukkan" Jepang dengan Mimpi dan Prestasinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun