Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk

5 Juni 2017   10:22 Diperbarui: 5 Juni 2017   10:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juga beberapa teman dan sahabat2ku yang lain dari kaum disabilitas yang beruntung bisa bersekolah, akhirnya juga  tidak mendapat pekerjaan walau mereka lulusan S1 dari universitas2 terkenal. Dengan IPK bagus, mereka berharap untuk bisa bekerja. Tetapi tidak ada (atau belum?) perusahaan yang mau menerima mereka karena juga dengan berbagai alasan.

Apa yang salah?

Ketika aku sudah menjadi bagian dari mereka, sebagai kaum disabilitas sejak 7,5 tahun lalu, dan aku sempat beberapa kali melawat ke beberapa negara (Eropa, Amerika dan Asia), pengamatanku tentang kaum disabilitas disana semakin menguatkan aku untuk bersaksi.

Bahwa, di semua negara yang aku kunjungi (belasan negara selama kurun waktu 7,5 tahun ini setelah aku cacat), ternyata negara2 tersebut sungguh MENARUH HORMAT dengan luar biasa kepada penyadang disabilitas.

Sebagai penyadang disabilitas karena lumpuh tubuh ½, dan duduk di kursi roda, di negara2 yang aku kunjungi, aku mendapatkan fasilitas2 tak terbatas. Fasilitas2 khusus untuk kaum disabilitas di atas kursi roda, dan mereka benar2 membangun sarana khusus yang mahal, untuk kami.

Itu baru fasilitas2 standard dan secara material. Bagaimana dengan orang2nya?

Sama saja. Hampir semuanya, mereka sangat peduli dan care terhadap kami. Jika  kami kesulitan, mereka tidak segan2 membantu, mendorong kursi roda kami, tempat2 antrian khusus tanpa ada halangan, bahkan di beberapa tempat2 wisata, menggratiskan penyandang disabilitas seperti kami.

Bahkan, kadang aku merasa malu, ketika aku di dorong oleh petugas pada sebuah tempat, dengan lancar dan tanpa halangan, sementara masyarakaat umum sedang mengantri berdesak2an. Dan bukan aku saja yang dibebaskan untuk mengantri, tetapi yang mendampingiku pun diminta mengikuti aku dan sipendodong kursi roda.

Tetapi sungguh, aku mengamati wajah2 masyarakat umum yang mengantri berdesak2an disebelahku, tidak ada raut marah dan kesal karena aku dan pendamping/keluargaku, lolos dari antrian. Bahkan jika tidak salah tangkap, mereka justr menatap wajahku dengan raut muka simpati dan penuh kasih …..

Jadi sebenarnya, apa yang salah?

 Aku tidak mau menjudge. Aku tidak mau menghakimi. Tetapi yang aku mau katakana, bahwa kaum penyandang disabilitas itu termasuk asset negara. Termasuk warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban2 yang sama dengan warga negara masyarakat pada umumnya …..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun