Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jejak Nostalgia : Berteman dengan Preman Tanah Abang

18 Februari 2014   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Nesty pun puas dengan hasil kerjaku. Sehingga ketika aku menagihkan termin terakhir itu, dia langsung menyetujuinya.  Jaman ini, belum ada ( atau sudah da tetapi aku bekum punya ) ATM. Sehingga biasanya termin dibayar memakai cek atau giro, atau bersama2 ke bank dan menyetor ke rekeningku.

Waktu itu sisa terminnya sekitar 30-an juta. Sebuah jumlah yang sangat banyak, tahun 1997. Sisa pekerjaanku dan tabunganku bertambah. Tetapi bu Nesty harus segera keluar kota, padahal waktu itu sudah jam 3 sore. Tidak membawa cek atau giro, dan bank sudah tutup. Kalau menunggu bu Nesty pulang, wahhh ..... batal deh tabunganku untuk sedikit bersenang2. Jadi aku mau saja untuk mengambil uang sebesar itu, cash, di lapak nya di Tanah Abang!

Aku tidak pernah takut, apalagi dulu aku masih benar2 muda, mulai dikenal sebagai 'preman proyek', dan gaya ku benar2 bukan Christie yang sekarang. Sehingga ketika aku ikut bu Nesty menerobos PKL Tanah Abang dengan banyak orang2 yang 'mengerikan ( wahhh ..... ini adalah benar2 preman, bukan 'preman proyek' seperti aku ).

Lapak bu Nesty berada di tengah2 PKL di Tanah Abang. Lapaknya cukup besar, berjualan baju2 muslim. Pelanggannya banyak sekali, penuh dan panas sekali! Namanya saja PKL, tanpa AC dengan teriakan2 penjual yang membuat telinga 'pengeng'.

Bu Nesty masuk ke pojok di dalam lapak. Aku diminta mengikutinya. Bu Nesty duduk disana, membuka kotak besar, yang ternyata isinya barang2 pribadina, termasuk uangnya. Aku benar2 melihat sendiri, uang hasil berjualan di lapan itu banyak sekali! Bu Nesty mengambil beberapa tumpuk, menghitungnya, dan memasukannya ke amplop coklat besar. Dan ternyata sisanya masih terlihat banyak. Berarti, berapa ya hasil berjualan PKL nya di Tanah Abang per-periodik ??? Duh .....

Bu Nesty tersenyum dan memberikan uang itu kepadaku. Jantungku berdetak kencang. Aku hanya berpikir, bagaimana aku berani kluar dan berjalan menuju mobilku, ketika dengan lantang bu Nesty berteriak sebelum masuk ke lapak ini kepada seseorang,

"Bentar ya, aku mau bayar hutang nih, ke mba Christie. Habis bank sudah tutup!"

Wah wah wah ... aku tidak yakin, yang mendengar hanya orang itu, pasti banyak orang yang mendengarnya! Setidaknya, pegawai2 lapak itu dan tetangganya pasti mendengarnya! Lalu, pasti mereka tahu bahwa pembayaran ini lumayan besar! Dan aku tidak berani dengan resikonya ......

Akhirnya, aku minta tolong bu Nesty untuk menemaniku ke mobil. Bu Nesty kan sudah lama berdagang disana, jadi pasti semuanya sudah mengenalnya, bahkan juga preman2nya. Bu Nesty tertawa. Ya, dia bilang bahwa preman2 Tanah Abang sudah dikenalnya denan baik sejak dia masih kecil dan lapak itu masih dipunyai orang tuanya.

Bu Nesty berteriak pada pegawainya, untuk memanggilkan Joni. Datanglah Joni. Seorang pria besar, tattonya banya di lengannya, kulitnya hitam dan berwajah benar2 preman!

Hah? Aku harus berjalan dengannya???? Jujur, aku sedikit takut. Tetapi ketika bu Nesty mengenalkan aku sebagai sahabatnya dan Joni adalah salah satu preman yang dikenalnya sejak kecil, tiba2 aku merasakan tenang dan berani ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun