Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menuju Demokrasi Berkesadaran: Memilih Pemimpin tanpa Menjadikannya Berhala

8 September 2025   17:59 Diperbarui: 8 September 2025   17:59 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menggunakan hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS). (Sumber: Kompas.com/ANTARA FOTO/MAULANA SURYA)

Relevansi Kesadaran Jiwa dalam Politik Rakyat

Paramahansa Yogananda, seorang guru spiritual India yang memperkenalkan yoga dan meditasi ke dunia Barat pada awal abad ke-20, menempatkan kesadaran sebagai inti dari kehidupan manusia. Bagi Yogananda, manusia bukanlah tubuh atau pikiran semata, melainkan jiwa yang berakar pada kesadaran murni.

Itulah dasar seluruh pandangannya: Kehidupan menjadi bermakna ketika seseorang menyadari hakikat terdalam dirinya, lalu mengarahkan kesadaran itu untuk hidup selaras dengan hukum kebenaran atau dharma. Kesadaran jiwa, menurutnya, adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari penderitaan yang bersumber pada ego, ilusi, dan keterikatan pada hal-hal duniawi.

Pemikiran ini sekilas tampak jauh dari politik, tetapi justru di situlah relevansinya. Jika rakyat adalah fondasi dari demokrasi, kualitas keputusan politik akan ditentukan oleh kedalaman kesadaran rakyat. Pilihan politik dalam pemilu bukan sekadar tindakan administratif mencoblos, melainkan ekspresi dari kualitas batin.

Rakyat yang tercerabut dari kesadaran akan mudah dimanipulasi oleh janji-janji semu, pencitraan, atau propaganda. Sebaliknya, rakyat yang mengasah kesadaran jiwanya mampu membedakan antara hakikat dan ilusi, antara pelayanan tulus dan ambisi egoistik.

Dalam pandangan Yogananda, hidup tanpa kesadaran sejati ibarat terombang-ambing di lautan tanpa arah. Hal ini berlaku pula dalam politik: rakyat tanpa kesadaran akan memilih pemimpin tanpa arah, yang pada akhirnya menggiring bangsa ke dalam kekacauan.

Di sini kesadaran bukan hanya konsep spiritual individual, tetapi juga faktor penentu arah sosial kolektif. Politik yang dikuasai oleh massa tanpa kesadaran mudah terjebak pada fanatisme, kultus individu, bahkan perpecahan. Sementara politik yang ditopang oleh rakyat yang berkesadaran akan melahirkan pemimpin yang berorientasi pada dharma: keadilan, kesejahteraan, dan harmoni.

Dengan demikian, Yogananda memberi kita kunci untuk menilai hakikat demokrasi. Demokrasi tidak bisa hanya dilihat sebagai mekanisme teknis penghitungan suara, tetapi harus dipahami sebagai cerminan dari kesadaran kolektif rakyat. 

Jika kesadaran jernih, demokrasi akan melahirkan pemimpin yang membawa bangsa menuju kemajuan moral dan spiritual. Jika kesadaran itu keruh, demokrasi akan terjerembab dalam siklus pemimpin yang korup, manipulatif, atau tiranik.

Mempelajari pemikiran Yogananda tentang kesadaran bukanlah sekadar latihan spiritual personal, melainkan juga kontribusi bagi kesehatan politik. Kesadaran jiwa membekali kita dengan kemampuan untuk melihat esensi pemimpin di balik pencitraannya. Mengajar kita untuk bertanya: Apakah seorang calon pemimpin benar-benar menjalankan dharma atau sedang sekadar membungkus nafsu kekuasaan dengan retorika populis yang indah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun