Mengapa Trump Begitu Penting untuk Hongkong dan Taiwan?

                                           Kemenangan Joe Biden dan kekalahan Donald Trump pada Pilpres Amerika Serikat 2020 rupanya membawa sebuah angin segar dan sebuah "harapan baru" bukan hanya untuk Amerika Serikat tetapi juga dunia. 

Semenjak terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat sejak tahun 2016, Donald Trump memang cukup membuat Amerika Serikat dan dunia khawatir dengan berbagai kebijakan dan pernyataannya yang cukup kontroversial. 

Kebijakan dan pernyataannya yang cukup rasialis membuatnya menjadi bahan hujatan dan kecaman dari seluruh dunia sekaligus dianggap sebagai salah satu pemimpin paling "bobrok" dalam sejarah berdirinya Amerika Serikat yang merupakan negeri Adidaya tersebut. 

Segala kontroversi yang dilakukan oleh Trump memang menjadi bumerang untuk dirinya sendiri terutama pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2020 dimana Trump harus mengakui kemenangan Joe Biden untuk menjadi Presiden Amerika Serikat selanjutnya. Kekalahan Donald Trump ini pada akhirnya menjadi angin segar dan harapan baru untuk seluruh dunia termasuk Indonesia dan negara-negara yang selama ini dirugikan oleh kebijakan Donald Trump. 

Akan tetapi bagi Hongkong dan Taiwan, kekalahan Trump ini setidaknya menjadi mimpi buruk untuk kedua negara tersebut. Mengapa? Karena dipastikan lagi tidak ada lagi sosok "Superman" yang selalu memasang badan untuk menentang kebijakan RRC yang selalu mengancam kedaulatan dan eksistensi dari kedua negara kecil tersebut. Lalu bagaimana dan mengapa kedua negara tersebut ingin sekali menjadikan Trump dan juga Amerika Serikat sebagai tameng mereka, berikut sejarahnya:

1. Taiwan

Berbicara tentang sejarah, romansa hubungan Taiwan dan Amerika Serikat sudah terjalin sejak lamanya bahkan sebelum Perang Runia II dimulai. Bermula dari Dr. Sun Yat Sen, yang dijuluki sebagai Bapak Modern China yang mampu menumbangkan Dinasti Qing dan membawa China menjadi negara Republik yang modern. 

Sun Yat Sen atau Sun Wen pernah bersekolah di Hawaii, Amerika Serikat dan dalam perjuanganya menumbangkan Dinasti Qing, Sun Yat Sen mendapatkan berbagai dukungan dari pihak asing terutama Amerika Serikat. 

Berkat dukungan pihak asing itulah, revolusi yang dipimpin oleh Sun Yat Sen berhasil menumbangkan Dinasti Qing yang korupsi dan terbelakang lalu menggantinya dengan sistem negara republik dimana Sun Yat Sen membentuk partai Kuomintang atau Partai Nasionalis China dimana Amerika Serikat menjadi pendukung utama partai tersebut. 

Poster Hubungan Kuomintang-USA | Sumber : alphahistory.com

Hubungan tersebut semakin memuncak ketika terjadi Perang Dunia II, dimana China harus bertempur melawan invasi Jepang. China yang saat itu sempat terpecah menjadi 2 fraksi kekuatan: Kuomintang (Nasionalis) dan Komunis memuntuskan untuk mentandatangani persatuan dan perdamaian untuk bersekutu melawan Jepang. 

Chiang Kai- Shek, Jenderal Besar yang juga menjadi pemimpin kedua Kuomintang sepeninggal Sun Yat Sen ikut serta dalam Konferensi Kairo pada tahun 1943 dimana China, Amerika Serikat dan Inggris memutuskan untuk bersekutu dalam melawan fasisme Jepang, Jerman, dan Italia dimana ketiga pemimpin besar dari ketiga negara tersebut yaitu Chiang Kai-Shek, Roosevelt, dan Churchill bertemu untuk membahas aliansi tersebut.