Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebebasan Yang Kebablasan

8 November 2020   23:52 Diperbarui: 9 November 2020   03:07 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi di Washington DC: democracyjournal.org

                                                           

  " Demokrasi Adalah Sebuah Lambang Dari Kebebasan Bersuara. Akan tetapi, ada saatnya kebebasan tersebut harus dibatasi dengan norma-norma tertentu".

Begitulah kata seorang Dosen Fakultas Hukum yang mengajar di suatu Universitas swasta ternama di Jakarta dalam suatu diskusi daring ketika membahas tentang kondisi demokrasi dan kebebasan pendapat di Indonesia dan juga dunia yang sudah dalam tahap "Gawat Darurat". Mengapa ? Karena saat ini, demokrasi adalah sebuah senjata yang dipakai oleh beberapa oknum untuk menyerang dan menjatuhkan pemerintah dengan hinaan, fitnah dan kata-kata yang sangat tidak pantas dengan mengatasnamakan "Kebebasan Berpendapat". Lalu kemudian, ketika pihak yang mengeluarkan kata-kata hinaan tersebut ditangkap oleh pihak berwenang, kemudian muncul suatu propaganda yang mengatakan bahwa Pemerintahan sekarang adalah "Pemerintahan Otoriter Yang Tidak Menghargai Kebebasan Berpendapat". Padahal dalam Undang-Undang ada beberapa aturan yang mengatur tata cara mengemukakan pendapat seperti kritik dan narasi tentang kebijakan Pemerintah dalam norma tertentu. Bukan berarti bahwa Kebebasan Berpendapat dan kritik itu dilarang, hanya saja terkadang harus dibatasi dalam suatu aturan tertentu agar  kebebasan berpendapat tersebut tidak mengarah ke fitnah, isu rasialis, dan perpecahan masyarakat yang bisa menimbulkan bentrokan dan kekerasan yang tentu saja sangat berbahaya bagi kestabilan negara.

  Prancis adalah bukti bagaimana Kebebasan Berpendapat yang tidak terkontrol telah menjadi suatu ancaman bagi keamanan dan juga persatuan di negara tersebut. Charlie Hebdo, sebuah perusahaan tabloid kartun yang seringkali menerbitkan kartun yang berisi penghinaan terhadap agama, pemimpin negara lainya serta ras tertentu dengan alasan "kebebasan berpendapat" telah menimbulkan kecaman dan kemarahan dari berbagai negara. Puncaknya adalah ketika kantor Charlie Hebdo diserang oleh simpatisan ISIS pada Januari 2015 yang berimbas terhadap serangan ISIS ke objek wisata lainya yang berada di kota Paris dalam waktu satu tahun di tahun 2015. Bahkan terakhir pada Oktober 2020, seorang guru dipenggal oleh seorang remaja ekatremis setelah sang guru memperlihatkan kartun "wajah" Nabi Muhammad ketika sedang mengajar di kelas pelajaranya."Kebebasan Berpendapat" tersebut membuat Paris yang terkenal sebagai kota paling romantis di dunia berubah menjadi suatu target bagi para ekstremis untuk melancarkan serangan teror ke kota tersebut untuk membalaskan dendam yang membuat masyarakat kota Paris yang sebelumnya hidup dalam kondisi damai sekarang berubah menjadi ketakutan dan trauma akan ancaman serangan terorisme.

  Apa yang terjadi di Prancis dan Indonesia telah menjadi bukti dan pembelajaran bahwa kebeasan berpendapat ada suatu batasanya. Jangan sampai "Kebebasan Yang Kebablasan" tersebut malah menjadikan suatu negara hancur oleh prinsip tersebut. Kritik itu penting dan sangatlah membangun, akan tetapi keluarkan kritik tersebut berdasarkan fakta bukan fitnah semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun