“Salam masbro, saya anak saudara xxxxx di Malaysia. Saya di Hotel Aryaduta Menteng ada tugasan. kalau ada kelapangan boleh ketemu ya. saya pulang KL 5hb”, demikian pesan WhatsApp itu masuk ke saya dari Wan Sahrul, kolega di Malaysia yang kebetulan sedang di Jakarta.
What? Menginap di Aryaduta Menteng? Bukankah hotel itu hanya jarak 4-5 bangunan dari Mako Brimob Kwitang yang jalannya ditutup karena kerusuhan?
“Berani sekali orang ini, warga asing cari penginapan di hotel yang berada di lokasi kerusuhan”, fikirku.
Sebagai informasi, tanggal 28 Agustus 2025 lalu mobil Rantis Brimob melindas pengemudi ojol yang berada di lokasi demonstrasi bernama Affan Kurniawan hingga meninggal. Meninggalnya Affan ini menjadi pemicu kemarahan para demonstran. Mereka mengejar mobil tersebut, dan ternyata berakhir ke Mako Brimob Kwitang. Jadilah Mako Brimob menjadi lokasi yang ‘diserbu’ para demonstran sehingga akses ke sana ditutup beberapa hari.
Saat bertemu saya, teman itu mengklarifikasi bahwa beruntung baginya, datang ke Jakarta tanggal 31 Agustus pada situasi dimana akses ke daerah tersebut sudah dibuka. Menginap di hotel tersebut dikarenakan acara pertemuannya memang di sana dan sudah dijadwalkan jauh-jauh hari. Tetapi suasana suasana bekas bekas kerusuhan sangat terasa dia rasakan.
Tentu saja, tak mudah baginya datang ke Jakarta dalam situasi ketegangan seperti sekarang ini. Banyak pertanyaan dibombardir kepadanya dari kolega dan keluarga di Malaysia. Semua mengkhawatirkannya, tetapi sebagai seorang jurnalis, justru ini kesempatan baginya untuk menyaksikan suasana langsung dari lokasi.
Apa yang tampil di media-media belum tentu sama persis dengan yang menjadi di lapangan. Apa yang tampak di media - terutama media sosial - biasanya terasa lebih mengerikan dari pada sesungguhnya.
Tetapi ada cerita menarik dari teman satu ini. Saat dia keluar hotel cari makan di kakilima dan berinteraksi para drive ojol, dia justru mendapatkan perlakuan spesial dari mereka. Saat dia memperkenalkan diri sebagai ki pelancong dari Malaysia, para tukang ojek merespon dengan penuh respek khusus kepadanya.
Melaluinya, para driver ojol menyampaikan terima kasih kepada saudara-saudara di Malaysia. Ternyata banyak aksi-aksi solidaritas dari para saudara di Malaysia terhadap driver ojol. Mereka memesan makanan secara online dari Malaysia melalui aplikasi Grab di Indonesia diperuntukkan bagi para tukang driver ojol.
“Kami senang, dikala kami sepi orderan karena orang-orang takut pergi ke kantor, saudara-saudara dari Malaysia justru order Grabfood melalui kami. Ada pengordernya, dan ketika ditanya mau dikirim ke mana? Dijawab diambil aja dan bagi-bagikan kepada sesama driver ojol”, katanya mengutip dari keterangan salah satu driver ojol.
Ini yang media kita tak banyak yang tahu. Bahwa di saat-saat situasi genting dan susah, selalu saja ada kepedulian dari saudara-saudara serantau kita meskipun mereka memegang nasionalitas berbeda. Pelajarannya adalah, bahwa kepedulian sosial ternyata tak pandang identitas dan batas nasionalitas, kepedulian hanya memandang manusia sebagai manusia, that’s it!