Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Blogger partikelir

Antusias pada perubahan, aktif dalam gerakan kerelawanan sosial dan sedang mengembangkan bisnis berbasikan sosioprenership. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual, pencarian makna, dah bahkan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Selain mengelola channel podcast di Youtube Podcast Pedjuang! juga menjadi Pembina Gerakan Turuntangan, sebuah gerakan mengajak anak-anak muda untuk berani turun tangan dari pada sekedar urun angan. Kenal lebih lanjut follow instagram @chozin.id | fb.com/chozin.muhammad | twitter: @chozin_id | tiktok @chozinnews

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Demo, Ternyata Banyak Warga Malaysia Pesan Makanan Online, Dibagikan ke Driver Ojek

5 September 2025   11:43 Diperbarui: 5 September 2025   15:10 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Salam masbro, saya anak saudara xxxxx di Malaysia. Saya di Hotel Aryaduta Menteng ada tugasan. kalau ada kelapangan boleh ketemu ya. saya pulang KL 5hb”, demikian pesan WhatsApp itu masuk ke saya dari Wan Sahrul, kolega di Malaysia yang kebetulan sedang di Jakarta.

What? Menginap di Aryaduta Menteng? Bukankah hotel itu hanya jarak 4-5 bangunan dari Mako Brimob Kwitang yang jalannya ditutup karena kerusuhan?

“Berani sekali orang ini, warga asing cari penginapan di hotel yang berada di lokasi kerusuhan”, fikirku.

Sebagai informasi, tanggal 28 Agustus 2025 lalu mobil Rantis Brimob melindas pengemudi ojol yang berada di lokasi demonstrasi bernama Affan Kurniawan hingga meninggal. Meninggalnya Affan ini menjadi pemicu kemarahan para demonstran. Mereka mengejar mobil tersebut, dan ternyata berakhir ke Mako Brimob Kwitang. Jadilah Mako Brimob menjadi lokasi yang ‘diserbu’ para demonstran sehingga akses ke sana ditutup beberapa hari.

Saat bertemu saya, teman itu mengklarifikasi bahwa beruntung baginya, datang ke Jakarta tanggal 31 Agustus pada situasi dimana akses ke daerah tersebut sudah dibuka. Menginap di hotel tersebut dikarenakan acara pertemuannya memang di sana dan sudah dijadwalkan jauh-jauh hari. Tetapi suasana suasana bekas bekas kerusuhan sangat terasa dia rasakan.

Tentu saja, tak mudah baginya datang ke Jakarta dalam situasi ketegangan seperti sekarang ini. Banyak pertanyaan dibombardir kepadanya dari kolega dan keluarga di Malaysia. Semua mengkhawatirkannya, tetapi sebagai seorang jurnalis, justru ini kesempatan baginya untuk menyaksikan suasana langsung dari lokasi.

Apa yang tampil di media-media belum tentu sama persis dengan yang menjadi di lapangan. Apa yang tampak di media - terutama media sosial - biasanya terasa lebih mengerikan dari pada sesungguhnya.

Tetapi ada cerita menarik dari teman  satu ini. Saat dia keluar hotel cari makan di kakilima dan berinteraksi para drive ojol, dia justru mendapatkan perlakuan spesial dari mereka. Saat dia memperkenalkan diri sebagai ki pelancong dari Malaysia, para tukang ojek merespon dengan penuh respek khusus kepadanya.

Melaluinya, para driver ojol menyampaikan terima kasih kepada saudara-saudara di Malaysia.  Ternyata banyak aksi-aksi solidaritas dari para saudara di Malaysia terhadap driver ojol. Mereka memesan makanan secara online dari Malaysia melalui aplikasi Grab di Indonesia diperuntukkan bagi para tukang driver ojol.

“Kami senang, dikala kami sepi orderan karena orang-orang takut pergi ke kantor, saudara-saudara dari Malaysia justru order Grabfood melalui kami. Ada pengordernya, dan ketika ditanya mau dikirim ke mana? Dijawab diambil aja dan bagi-bagikan kepada sesama driver ojol”, katanya mengutip dari keterangan salah satu driver ojol.

Ini yang media kita tak banyak yang tahu. Bahwa di saat-saat situasi genting dan susah, selalu saja ada kepedulian dari saudara-saudara serantau kita meskipun mereka memegang nasionalitas berbeda. Pelajarannya adalah, bahwa kepedulian sosial ternyata tak pandang identitas dan batas nasionalitas, kepedulian hanya memandang manusia sebagai manusia, that’s it!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun