Ternyata begini seni melukis rokok menggunakan kopi, yang populer di kalangan pesantren tradisional Nahdlatul Ulama.
Kopi  pekat dituangkan ke lepek, dibiarkan beberapa saat supaya mengendap. Setelah itu, air kopi dituangkan kembali ke gelas, endapannya tertinggal di dasar lepek.  Di atas endapan ditaruh kertas tisu beberapa lembar. Tujuannya supaya endapan kopi menjadi lebih kering lagi. Lalu diteteskan sedikit susu atau gula aren ke dalam endapan dan aduk. Tujuannya supaya sedikit lengket.
Menggunakan tusuk gigi atau ujung jari, endapan bubuk kopi tersebut dileletkan ke batang rokok membentuk sebuah pola tertentu. Itulah lukisan kopi di batang rokok. Setelah dilukis rokok dihisap dan dinikmati sambil mencari inspirasi. Katanya sih, kalau dileleti kopi rasanya lebih nikmat dan habisnya lama. Terang saja, khan batang rokoknya lebih basah, jadi api lebih pelan membakarnya.
Ceritanya, jelang Agustusan ini Kafe Pedjuang kedatangan tamu Gus Faiq and friends dari Ponpes Alhidat-Annuriyah Lasem, Rembang. Mereka bawa oleh-oleh kopi lelet Lasem. "Brandnya Annury, hasil wirausaha para santri", katanya.
Di kafe pedjuang, mereka mendemonstrasikan seni melukis rokok dengan kopi. Asyik juga ternyata.
Tradisi lukis rokok dengan kopi ini memang populer Santri Di dunia pesantren, terutama pesantren tradisional NU. Tradisi ini sekarang sudah mulai jarang. Seumur-umur juga baru lihat sekarang ini.
Oh ya, harga kopi lelet Lasem Annury super-duper murah. Satu pack 200 gram harganya cuma belasan ribu rupiah. Ukuran itu bisa diseduh menjadi 40-an cangkir kopi. Murah khan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI