Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menangkap Gejolak Harga Komoditas Pertanian

30 Mei 2016   17:57 Diperbarui: 30 Mei 2016   20:07 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto :www.begawei.com

Sejak jaman kemerdekaan hingga kini, masalah harga komoditas pertanian selalu menjadi momok yang tak mampu kita selesaikan. Sekalipun kita sudah lama mampu membuat pesawat terbang, tetapi harga singkong yang menjadi makanan pokok kaum proletar jaman dahulu itu, tetap tidak bisa ditebak berapa harga pastinya pas pada hari Lebaran. Itulah sebabnya dulu sempat heboh cerita mengenai pesawat CN-235 Nurtanio dijual dengan barter gaplek singkong!

Di mana sebenarnya letak benang merah persoalan komoditas pertanian ini, karena sangat sarat muatan KKN-nya. Ataukah memang kita yang terlalu bodoh, sehingga tak mampu mengatur komoditas pertanian kita, padahal kita negara agraris!

Kemarin ketika panen raya, petani menjerit. Harga gabah jatuh, dan petani merugi karena biaya produksi tidak sesuai dengan harga jual. Apakah ibu-ibu rumah tangga menjerit kesenangan juga karena harga beras jatuh? Ternyata tidak! Kata ibu-ibu harga beras lokal tetap stabil, sedangkan beras Thailand malah naik Rp 500/kg

Ketika Paceklik atau Panen gagal, Petani menjerit juga! Harga gabah normal sesuai anjuran pemerintah, tetapi tidak ada gabah yang mau dijual. Petani terpaksa menjual kambing untuk membeli beras. Nah, kali ini giliran ibu-ibu rumah tangga menjerit beneran. Harga beras naik Rp 2.000/kg itupun sudah tercampur beras kadaluwarsa, atau beras plastik! nah lu!

Nah sekarang kita jadi bingung beneran!, karena hal ini cuma ada di negara tercinta kita saja. Hukum pasar adalah hukum keseimbangan! Suply banyak, harga turun. Suply sedikit, harga naik. Mari kita lihat persamaan matematikanya.

Panen raya = harga gabah turun, tapi harga beras di pasar stabil. Paceklik = harga gabah normal, tapi harga beras di pasar melonjak!

Panen raya = harga gabah turun, Petani menjerit. Paceklik = harga gabah normal, Petani menjerit juga!

Panen raya = harga gabah turun, ibu-ibu rumah tangga tidak mendapat keuntungan. Paceklik = harga gabah normal, ibu-ibu rumah tangga menjerit histeris!   

Pertanyaan menarik, ketika harga beras di pasar naik, mengapa harga pembelian gabah normal?

Para Boss mafia jaman dulu, mengatur harga beras melalui mekanisme impor beras.

Ketika China, Vietnam, India, Thailand surplus produksi, maka harga beras dunia akan jatuh! Harga beras Vietnam terkadang tak sampai setengah harga beras lokal, dan ini bisnis yang sangat menggiurkan untuk cepat kaya! Beras murah tersebut langsung diborong, dan akan dilepas pada waktu yang tepat!  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun