"Martha mau cowo itu mengerti apa yang diinginkan seorang cewe, walaupun cewe tersebut tidak menyatakannya secara eksplisit."
Minggu pagi itu Martha duduk di balkon apartemennya yang asri. Matanya menerawang ke arah kolam renang dengan tatapan mata kosong. Sesekali ia menguk kopinya sambil menghela nafas panjang. Ia sedang mengevaluasi perjalanan hidupnya.
Pertemuannya kembali dengan Ricky membuat perubahan besar dalam hidupnya. Di bidang pekerjaan maupun asmara. Kegagalan kontrak penjualan dengan Ricky dan paparan Ricky soal apa yang terjadi dan "trik-trik" perusahaannya membuatnya berpikir ulang. Apalagi dua tahun terakhir ini ia ditarik ke Head-Office membuat pekerjaannya semakin berat karena harus mengurusi semua anak perusahaan.
Ia harus menjadi bumper, filter dan perpanjangan tangan anak perusahaan dengan Kantor Pusat. Dan bukan itu saja, Kantor Pusat selalu berusaha membuat anak-anak Perusahaan baru, yang bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan bisnis utama mereka. Hal ini tentu saja membuat Martha dan timnya harus jungkir-balik mempersiapkan segala sesuatunya.
Sebenarnya ada beberapa kali "Head-Hunter" dan temannya menawarkan posisi yang bagus di perusahaan lain. Kalau dulu ia sering menolaknya, tapi sekarang ia akan mengambil kesempatan itu.
Dengan dimulainya operasional tambang batu bara di Kalimantan, Martha dan timnya mendapat bonus yang besar dari Perusahaan. Baginya pribadi, bonus yang didapatnya ternyata jauh lebih besar dari yang diharapkan. Namun itu tidak mengobah pendiriannya. Ia ingin berhenti sekarang juga.
Dua minggu setelah menerima bonus, Martha resign. Ia meninggalkan perusahaan itu selamanya. Bukan hanya karena faktor Ricky semata, tetapi juga karena masalah prinsip. Seperti hubungan asmara, perusahaan juga harus punya konsep dan prinsip yang jelas. Setia dan fokus pada bisnis utama.
Konsep Tuhan ternyata berbeda dengan konsep manusia. Pengalaman yang kurang menyenangkan punya tujuan tertentu buat manusia dan itu sangat dirasakan oleh Martha.
Bekerja multi tasking dan Jungkir-balik mengurusi berbagai anak perusahaan di tempat kerja yang lama, membuatnya lebih tangguh dan bijaksana. Di tempat yang baru, selain gaji yang lebih tinggi, Martha merasa pekerjaan yang diurusnya lebih nyaman.
Kini ia merasa "Kurang kerjaan" karena dulu terbiasa lembur. Terkadang harus bekerja dengan laptop ketika berada di mobil, di kereta bahkan di pesawat karena dikejar deadline pekerjaan.
Bekerja multi tasking dengan beban pekerjaan yang terkadang overload memaksa Martha harus bisa bekerja cepat dan efisien.
Bos baru kaget dengan kemampuan dan kecepatan Martha bekerja. Hal-hal yang mereka bahas ketika rapat di siang hari, eh besok pagi, summary beserta brief usulan Martha sudah tersedia di meja bos. Bos jadinya senang dan sayang kepada Martha, dan merasa tak rugi merekrutnya.
***
Pertemuan kembali dengan Ricky, membuat Martha melihat kilas balik perjalanan asmaranya. Simon adalah cinta pertamanya. Simon berusia tiga tahun di atas Martha, agak pendiam tetapi sangat baik dan penuh perhatian kepadanya. Hampir dalam segala hal Simon mengurus segala sesuatunya, termasuk terkadang megerjakan tugas-tugas perkuliahan. Pokoknya Simon selalu memanjakannya. Mengenang masa-masa dengan Simon membuatnya menitikkan air mata.
Dulu terkadang, ia merasa sangat jahat kepadanya. Ya Simon sangat baik. Tidak ada lelaki sepertinya. Pendidikan ke Jerman membuat mereka harus berpisah dan Simon tidak pernah kembali lagi. Di sana mungkin sudah ada cewe Jerman yang harus dikeloninya...
Gaya pacaran dengan Simon, membuat pengaruh besar terhadap gaya pacaran Martha selanjutnya. Ia ingin pacaran dengan "Simon's style." Gaya pacaran ala Arya, Dani, dan Ricky tidak pas buatnya, karena mereka bukan Simon. Martha mau cowo itu mengerti apa yang diinginkan seorang cewe, walaupun cewe tersebut tidak menyatakannya secara eksplisit.
Namun sekarang ia baru menyadari, tidak adil memaksakan kehendaknya sendiri semata. Setiap lelaki mempunyai gaya masing-masing. Dan kedua belah pihak sama-sama bertanggung jawab atas maju-mundurnya hubungan mereka itu. Sekarang ia menyadari, ia juga turut bertanggung jawab, karena ia memang tidak pernah juga berusaha mencoba memahami pasangannya.
Ia hanya selalu mengharapkan perhatian penuh dari pasangannya. Namun Ricky yang sekarang berbeda dengan Ricky yang dulu. Gayanya yang sekarang mampu membuatnya melupakan Simon. Ia sangat terkejut melihat kehangatan dan pesona Ricky. Dan sebenarnya kalau mau jujur, dari dulupun hal itu sebenarnya sudah ada.
Namun masalahnya ia tidak menyadarinya karena masih terpaku dengan Simon. Ia kini sudah mengikhlaskan kepergian Simon dari hatinya. Ia kini siap memulai cerita baru tanpa ada kaitannya lagi dengan Simon. Ia siap dan suka untuk mengenal dan belajar memahami seseorang yang akan mengisi hatinya kelak. Â
Ricky kemarin itu sudah menyatakan perasaan hatinya soal hubungan mereka, dan itu hal yang sangat luar biasa. Ricky menyatakan dengan tegas tanpa merasa malu dan ragu. Itu hal yang sangat mengagumkan baginya, karena ia tidak pernah berani mengungkapkan perasaanya secara tegas, walaupun ia sekarang benar-benar suka padanya.
Â
Namun soal kontrak penjualan yang gagal itu sangat melukai Ricky dan menghancurkan jalinan cerita indah yang sudah mulai terajut. Awalnya ia mengira Ricky kecewa karena reputasinya di kantor akan menjadi jelek dan kehilangan bonus penjualan yang sangat besar.
Namun ternyata bukan itu. Perasaan diperalat oleh orang yang disukainyalah yang membuat ia begitu terluka, dan luka itu meninggalkan parut yang panjang baginya.
Tiga bulan sudah berlalu dan suasana menjadi beku di antara mereka. Mereka tidak pernah lagi bertemu. Bahkan sekedar telfon atau chat menanyakan kabar. Martha menghela nafas panjang. Ia harus berbuat sesuatu. Ya, sesuatu. Ia akan memperbaikinya. Ia akan menjelaskannya lagi dengan sabar.
Dan satu hal lagi, Ricky secara tidak langsung telah mengajarinya satu hal penting, "Mengatakan apa yang ia rasakan," dan ia akan mengatakannya langsung kepada Ricky, apapun hasilnya nanti. Ia jatuh cinta kepada Ricky. Ia akan mencobanya lagi, lebih dari yang dulu-dulu, dan ia siap berjuang untuk itu.
Namun bagaimana cara memulainya? Gengsi dong kalau harus ia yang memulainya.
Ah, jangan buang waktu. Telfon saja Ricky. Kalau tidak diangkat, langsung chatt atau sms, ajak makan malam di tempat yang sudah ditentukan.
Ia tahu betul sifat Ricky. Kalau waktunya bisa, ia pasti akan datang walaupun mungkin mukanya cemberut. Biarkan ia menunggu dengan gelisah lima belas menit lewat dari waktu yang sudah ditentukan. Setelah itu langsung peluk dari belakang, bisikkan lembut ke telinganya, "Maafkan aku ya sayang, I love you so much."
Muka cemberut itu seketika akan berubah. Matanya akan berbinar seperti mata anak kecil yang mendapat mainan baru. Setelah itu biarkan semesta bekerja dengan keajaibannya, lalu bungkus...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI