Dengan demikian Dinas SDA DKI Jakarta bisa menghitung berapa volume air yang bisa melewati saluran-saluran tersebut dalam jangka waktu tertentu. Sisa air yang tidak bisa melewati saluran-saluran tersebut tentu saja harus dibuang lewat bantuan pompa (kecuali kalau mereka memang tega melihat warganya kelelep)
Volume air yang tersisa, dan "berapa lama waktu dan tinggi air yang diizinkan bagi warga untuk kelelep sementara" tentu menjadi rujukan untuk menghitung jumlah dan kapasitas pompa yang dibutuhkan.
Jadi kalau saya ditanya, "bisakah Jakarta bebas banjir?"
Saya akan jawab, "Bisa" pakai bingits! Beli saja pompa, dan sesuaikan dengan curah hujan maksimal!
Tapi kalau ditanya, "bisakah Tarutung bebas banjir?"
Saya akan mingkem, sebab Tarutung itu kere bila dibandingkan dengan Jakarta.
Jakarta itu kaya, banyak duit dan tentu saja tidak akan pusing kalau hanya untuk membeli pompa saja. Wong beli lem sama balpoin saja bisa sampai miliaran rupiah...?
Salam bebas banjir...
Reinhard Hutabarat
Referensi,
tribunnews.com
detik.com
kompasiana.com/chokky
kompas.com