Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Magis Liverpool Jinakkan Aston Villa di Villa Park

5 November 2019   14:46 Diperbarui: 5 November 2019   15:02 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadio Mane mencetak gol ke gawang Aston Villa, sumber : foxsportsasia.com

Entah apa yang dirasakan fans Aston Villa yang memenuhi stadion Villa Park, Birmingham pada Sabtu 2 Nopember kemarin. 86 menit sudah waktu berlalu, dan Aston Villa unggul 1-0 atas juara Liga Champion 2018/2019, Liverpool, berkat gol semata wayang dari Trezeguet pada menit ke-21.

Sepanjang babak kedua Liverpool nyaris mengurung Aston Villa di area pertahanan mereka sendiri. Tampaknya gol hanya menunggu waktu saja. Namun dewi fortuna masih memihak tuan rumah.

Sebenarnya pada babak pertama Liverpool berhasil mencetak gol ke gawang Aston Villa. Sebuah gol dari Firmino berkat asis Mane, akhirnya dibatalkan berkat "pertolongan" VAR yang menyatakan kalau Firmino berada dalam posisi offside.

Keputusan itu kemudian menjadi kontroversi karena posisi kaki Firmino sebenarnya sejajar dengan kaki pemain lawan. Tapi menurut wasit, kaki Firmino memang tidak offside, melainkan ketiaknya! Hahahaha...

Kontroversi offside Firmino, sumber : https:express.co.uk
Kontroversi offside Firmino, sumber : https:express.co.uk
Fans Aston Villa kini sibuk merapal doa sambil berharap agar waktu kiranya cepat berlalu. Sementara fans Liverpool hanya bisa termangu, Inikah akhir dari penantian itu? Mungkin inilah saatnya Liverpool mengalami kekalahan untuk pertama kalinya di Liga Primer, sejak mereka dikalahkan Manchester City 2-1 pada 3 Januari 2019 lalu.

Namun, ucapan khas dari Cak Lontong, "Inilah yang saya khawatirkan..." itu pun menjadi kenyataan.

Sebuah crossing indah dari Sadio Mane ke arah tiang jauh disisi kanan kiper Tom Heaton, disambut dengan tandukan keras oleh bek kiri Andrew Robertson, gol! Aston Villa 1 Liverpool 1.

Fans Liverpool berteriak kegirangan. Kalaupun tidak mampu membawa tiga angka, setidaknya tim kesayangan mereka itu masih mampu mendulang satu angka, plus belum lagi terkalahkan.

"Lagu kebangsaan" You never walk alone, kemudian membahana menyelimuti Villa Park Stadium.

Para pemain Liverpool kian bersemangat untuk menyerang. Skema normal 4-3-3 kemudian berubah menjadi 1-1-5-3, dengan meninggalkan Dejan Lovren sendirian menjadi bek, van Dijk sendirian menjadi gelandang bertahan, dan sisanya menggempur pertahanan Aston Villa.

Di masa injury time, sebuah tendangan bebas Alexander Arnold nyaris merobek gawang Heaton, tapi sang kiper berhasil menepisnya untuk kemudian menghasilkan tendangan penjuru.

Arnold kemudian bergegas mengambil tendangan korner tersebut. Bola melengkung indah ke arah tiang dekat, dan langsung disambut tandukan tipis Sadio Mane yang menghujam sisi tiang jauh, karena Heaton tak mampu membuang bola tersebut.

Pemain pengganti Divock Origi, dengan naluri seorang striker, langsung standby di tiang jauh untuk menampung bola rebound, sekiranya Heaton berhasil menepis bola sundulan Mane tersebut. Aston Villa 1 Liverpool 2. Wasit kemudian meniup peluit untuk mengakhiri pertandingan tersebut.

Dengan hasil tersebut Liverpool berdiri kukuh di puncak klasemen Liga Inggris dengan keunggulan enam angka dari seteru beratnya, Manchester City, sang jawara musim lalu itu.

***

Laga menghadapi Aston Villa ini menjadi tiga laga comeback beruntun Liverpool, dimana mereka akhirnya bisa mencetak gol menjelang berakhirnya pertandingan, untuk menghindarkan mereka dari rasa malu.

Di pekan kesepuluh, Liverpool berhadapan dengan Tottenham Hotspur. Sampai menit ke -75 Liverpool tertinggal 0-1 berkat gol cepat Harry kane. Akan tetapi 15 menit sebelum pertandingan berakhir, Liverpool berhasil mencetak dua gol ke gawang Hotspur lewat Henderson dan Salah. Liverpool unggul 2-1, dan terhindar dari kekalahan di kandang sendiri.

Kala bertandang ke Manchester United di pekan kesembilan, Liverpool juga tertinggal 0-1 berkat gol dari Marcus Rashford. Pemain pengganti, Adam Lallana kemudian berhasil membuat gol penyama untuk menghindarkan Liverpool dari kekalahan memalukan di kandang si-iblis merah.

Sebelumnya dalam laga di Carabao Cup (Piala Liga) Liverpool membuat Arsenal "menangis Bombay" lewat gol telat Divock Origi untuk menyamakan kedudukan. 

Pertandingan kemudian dilanjutkan dengan adu penalti. Sekali lagi Arsenal harus "menangis Kalkutta" karena tendangan Ceballos gagal menghasilkan gol.Liverpool pun melenggang ke babak berikutnya.

Gol-gol telat Liverpool ini bukanlah sekedar bisa mencetak gol ke gawang lawan saja, tetapi punya makna tersendiri bagi pemain-pemain Liverpool, karena inilah musuh utama Liverpool, bukan saja sejak kedatangan Klopp untuk menukangi Liverpool, tetapi sudah ada sejak era King Kenny (Dalglish) menukangi Liverpool dua dasawarsa lalu.

Hal yang paling memilukan bagi para Kopites (fans Liverpool) selama ini adalah ketika menyaksikan serangan bergelombang para pemain Liverpool ke gawang lawan, namun tak mampu menghasilkan gol barang sebiji pun. 

Statistik menunjukkan Liverpool menguasai segalanya, namun tak kunjung mampu membuat gol, dan akhirnya kalah berkat "jurus dewa mabok" dari bek tengah atau kipernya!

Saya punya catatan menarik mengenai statistik pertandingan Liverpool persis dua tahun lalu.

Dalam pertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium pada ajang Piala Liga Inggris 2017 lalu, penguasaan bola Liverpool mencapai 70%, dengan melepaskan 21 tembakan. 

Akan tetapi hanya 3 yang on-target tanpa menghasilkan gol! Sebaliknya dengan The Foxes. Penguasaan bola mereka hanya 30%. Mereka melepaskan 8 tembakan dengan 5 on-target dan menghasilkan 2 gol!

Pada pertandingan Liga Champions melawan Sevilla yang berakhir dengan skor 2-2, Liverpool melepaskan 24 tembakan dengan 7 on-target dan menghasilkan 2 gol. Dalam lanjutan pertandingan Liga EPL melawan Burnley di Anfield stadium 2017 lalu, Liverpool tampil menggila dengan melepaskan 35 tembakan. 

Akan tetapi hanya 7 yang on-target dan hanya menghasilkan 1 gol lewat Salah. Dari ketiga pertandingan tersebut, Liverpool melepaskan total 80 tembakan dengan 19 on-target dan hanya menghasilkan 3 gol!!! Alamak! Liverpool terlihat seperti klub besar paling bloon. 80 attempt untuk menghasilkan hanya 3 biji gol saja!

Namun kini semuanya sudah berubah. Mereka kini bermain lebih sabar dan tidak terburu-buru. Mental pemain kini sangat kuat, terutama tampak pada sosok Mane, Milner, Chamberlain dan duet bek sayap, Robertson dan Trent Arnold. 

Mereka ini sangat yakin tim akan bisa berhasil bila mereka tidak pernah berhenti untuk mencoba, mencoba dan mencoba. Dan itulah yang akan terus mereka lakukan hingga wasit meniup peluit untuk mengakhiri pertandingan.

Hasil pertandingan kemarin itu jelas menjadi hal positif bagi para pemain. Secara teknis tidak ada yang kurang dari mereka. Justru faktor Non-teknislah yang kerap mengganggu. 

Data statistik dari semua pertandingan Liverpool jelas menunjukkan di level mana mereka berada. Yang diperlukan adalah kepercayaan diri, ketenangan, konsentrasi dan konsistensi permainan.

Musuh itu bukanlah lawan mereka bertanding, karena musuh itu terdapat di dalam diri mereka sendiri, yaitu rasa takut tidak bisa bermain baik! Semoga ke depan para pemain bisa bermain lebih rileks agar bisa memaksimalkan semua peluang yang ada....

***

Musim ini Liverpool belum mencapai ritme penampilan terbaik mereka. Hal yang paling krusial saat ini ada pada pos bek tengah.

Ketika bersua dengan Aston Villa kemarin, duet van Dijk-Lovren ini menjadi bulan-bulanan pada babak pertama. Pos bek tengah Liverpool menjadi rawan karena duet ini tidak padu, tidak bisa saling mengisi tersebab karakter yang sama.

Kini terlihat sudah. van Dijk itu hebat karena didukung oleh Matip maupun Gomez. Ketika Matip maupun Gomez cedera atau tidak fit, penampilan van Dijk pun terlihat biasa-biasa saja.

Sebaliknya dengan Matip maupun Gomez. Ketika dipasangkan dengan van Dijk, penampilan mereka pun menggila dan mampu membentuk benteng kokoh di pertahanan Liverpool.

Namun ketika Matip maupun Gomez berpasangan, atau dipasangkan dengan Lovren, penampilan mereka juga terkesan biasa-biasa saja.

Lovren memang paling pas itu dipasangkan dengan Mamadou Sakho. Duet Lovren-Sakho setara dengan Sami Hyypia-Stephane Henchoz, salah satu palang pintu terbaik Liverpool pada masa lalu.

sayang Sakho ini mirip-mirip Balotelli yang indisipliner, hingga akhirnya dijual ke Crystal Palace.

Klopp harus mencari solusi untuk pos bek tengah ini. Apalagi Liverpool sudah mulai memasuki musim sibuk dan padat, dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Masalah kebugaran pemain tentu menjadi poin penting.

Dalam pandangan saya pribadi, Liverpool saat ini sangat beruntung karena para seteru Liverpool itu sedang dirundung berbagai masalah, sehingga Liverpool bisa melenggang sendirian di puncak klasemen.

Menurut saya, Klopp harus bisa tancap gas terus untuk meraih poin maksimal, mumpung para seteru masih dalam tahap konsolidasi.  Saat ini Liverpool masih butuh seorang bek tengah, bek kiri, penyerang sayap kiri dan striker murni yang kesemuanya harus berkualitas tinggi, agar Liverpool bisa terus berlari.

Liverpool jangan pernah merasa puas dan terlena dengan posisi saat ini, agar terhindar dari bencana gagal juara pada saat-saat akhir seperti musim lalu, dan juga musim-musim sebelumnya.

Bravo Liverpool


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun