Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Seprei Bawel

24 November 2017   17:16 Diperbarui: 24 November 2017   17:22 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thenewsminute.com

Waktu Batam sudah menunjukkan pukul 1.00 tengah malam, tapi mataku tak dapat juga terpejam. Ada dua hal yang menggangguku. Sebenarnya ada tiga. Yang ketiga itu adalah seprei tempat tidur hotel ini. Tadi aku sudah menghubungi house keeping untuk meminta seprei yang baru. Malang tak dapat ditolak, petugas house keeping tersebut terkena stroke, dan kini dilarikan teman-temannya ke rumah sakit. 

Jadi sementara ini, tidak ada petugas house keeping berada di hotel. Ternyata petugas room service juga tidak tahu dimana seprei itu disimpan. Terpaksalah aku tetap harus tidur bersama seprei bawel ini....  

Aku sudah lima tahun bekerja di sebuah perusahaan kontraktor nasional. Ini tempatku pertama kali bekerja. Aku sangat betah bekerja disini karena bos sangat baik kepadaku. Bulan lalu bos memberi promosi dengan menunjukku sebagai manajer cabang Batam menggantikan Pak Amir. 

Aku sangat kaget dan bersyukur karena dalam usia semuda ini diberi kepercayaan memimpin cabang perusahaan! Jadi sudah sebulan ini aku bolak-balik Jakarta-Batam untuk orientasi dibimbing Pak Amir yang juga sangat baik kepadaku.

Sebulan di Batam, aku mulai merasakan keanehan. Kontrak-kontrak pekerjaan di Batam ini bernilai besar sekali. Mungkin nilainya sepertiga dari keseluruhan kontrak nasional. 

Rasanya tak pantas kalau anak bau kencur sepertiku menangani pekerjaan sepenting ini. Tapi Pak Amir dan bos meyakinkanku bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kontrak baru itu hanya perpanjangan kontrak lama saja, jenis pekerjaannya juga masih tetap sama. Akan tetapi, nilai kontrak yang melonjak hampir dua kali lipat untuk jenis pekerjaan yang sama itulah yang membuatku kebingungan...

Aku lalu membuat hitung-hitungan bonus sesuai dengan aturan yang berlaku di cabang. Alamak! Hasilnya sebuah BMW! Buset, di kantor pusat bonus akhir tahun paling banter sebuah motor sport! Memang betul kata orang, duit itu di daerah bukan di Jakarta! Itu karena proyek adanya di daerah. Di setiap proyek Pincab pasti punya titipan material dan upah, belum terhitung bonus resmi dari proyek yang dikerjakan.

Tetapi tetap saja aku tidak nyaman. Aku sudah berkali-kali menghitung, semuanya terlalu banyak, besar, dan tampak tak wajar bagiku... Tapi aku belum menemukan clue-nya. Aku memang masih bau kencur...

***

Sepuluh hari berada di Batam aku bertemu lagi dengan "mantan terindah..." Enam puluh purnama berlalu tanpa ada kabar berita..."Makan tak kenyang tidur tak nyenyak" adalah akhir dari drama perpisahan sendu itu... Dan kini sosok itu tiba-tiba hadir di depan mata, seperti hendak merajut helai demi helai dedaunan yang dulu terjatuh... untuk dirangkaikan kembali ke pohonnya...

Seperti air pasang yang menyapu bibir pantai dan menghapus semua tulisan buruk yang ditulis oleh para pengumpat itu, demikian pula halnya dedaunan kering tadi. Kini berubah kehijauan diterpa senyum manis sang mantan terindah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun