Ini adalah proyek penting untuk mengembalikan 'marwah' Rizal Ramli. Tantangannya tidak kalah gengsi dengan Blok Masela atau Freeport. Justru dari segi audiensnya, blok reklamasi ini jauh lebih kuat 'aura' dan tantangannya. Betapa tidak, dalam blok reklamasi ini, hampir semua pihak-pihak penting bersatu padu membentuk suatu 'persekutuan kegaduhan' untuk melawan 'hanya satu Ahok saja'.
Hebatnya, walaupun hanya seorang, tetapi dia sanggup menahan gempuran musuh-musuhnya.
Bahkan kekuatan musuh-musuhnya itu semakin lama kian menyusut. Ada yang digaruk KPK. Ada yang galau karena kendaraan politik untuk nyagubnya belum jelas, dan banyak problem-problem lainnya yang mengurangi kekuatan aliansi perlawanan tersebut.
Ada peraturan tertulis, “Sesama bis kota dilarang saling mendahului,” akan tetapi peraturan ini tidak berlaku bagi Rizal Ramli! Pusaran blok reklamasi ini terlalu menarik untuk ditaklukkan. Akhirnya petaka pun muncul. Jika di Blok Masela kinerjanya bagus, di blok reklamasi ini, kinerjanya bukan saja tidak bagus, akan tetapi ia malah membuat kegaduhan baru dengan mengeluarkan statement kepada media, persis seperti pada kasus Pelindo!
Melihat pada kasus Pelindo dan kasus Reklamasi, memang Rizal Ramli telah gagal 'menunaikan tugas amanah' yang diberikan presiden kepadanya. Tugasnya adalah mencari solusi atas segala persoalan yang terjadi. Ketika dia sudah menemukannya, maka dia segera melaporkannya kepada si pemberi amanah, agar dapat segera dibahas dalam rapat kerja kabinet.
Akan tetapi si penerima amanah, tanpa disadari telah berubah menjadi 'matahari' dan melaporkan buah pemikirannya itu kepada media, sehingga menimbulkan kegaduhan baru. Padahal tujuannya semula adalah untuk mengatasi segala kegaduhan yang ada! Perbuatannya itu jelas telah 'menyilaukan' si pemberi amanah dan orang-orang yang menghargai tata krama.
Memang tepatlah seperti yang dikatakan oleh Rizal Ramli, “Matahari memang tidak boleh ada dua...”
Kini dia harus lengser keprabon, agar matahari tetap hanya satu untuk menyinari bumi pertiwi ini....
Reinhard Freddy