Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hardiknas 2016

7 Mei 2016   18:46 Diperbarui: 7 Mei 2016   18:56 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Pintar terkadang hanya kelihatan “dikulit” Rakyat yang kurang pintar akan berupaya menjadi pintar, walaupun mereka harus pergi ke “orang pintar!” agar terlihat Pintar!

Kepintaran terkadang bisa dibeli, karena banyak sekolah yang menjual ijazah “Pintar KW”

Orangtua banyak yang “memasung” anaknya bersekolah sampai S3 agar anaknya kelihatan  pintar, dan dia pun terimbas disebut orangtua pintar!

Jurnal berskala internasional menunjukkan fakta! Hanya segelintir tulisan anak negeri yang dimuat disitu. Bahkan banyak Rektor “sekolahan” yang tak mampu untuk menulis sebuah jurnal berskala internasional.

            Mengapa begitu? Akademisi adalah seorang penulis yang menuliskan ide-ide pemikirannya dalam sebuah tulisan agar dibaca dan dikritisi orang lain. Kebanyakan Akademisi KW takut dikritisi karena sebenarnya dia “tidak punya sesuatu untuk ditulis” dan sebagian “Akademisi kurang mutu” menganggap orang yang mengkritisi tulisannya sebagai orang yang hendak menghina kewibawaannya sebagai seorang akademisi. Biasanya orang tersebut akan mengajak almamaternya untuk “mengeroyok” si “penghina” tersebut!

            Apa yang terjadi sekarang adalah bukti nyata bahwa kita telah kehilangan “roh” sebagai seorang manusia berpendidikan. Kalau seorang profesor, Doktor, Sarjana, dan Purnawirawan Jenderal “tega” menghina, menghujat dan memfitnah orang lain secara kasar, lantas bagaimana kita “tega” memandang murid sekolah dasar? Apa yang hendak kita katakan kepada murid SMP? Bagaimana kita melarang murid SMA supaya tidak tawuran? Bagaimana kita “tega” menangis melihat anak kuliahan berlaku anarkis? Kalau tidak cakap bertutur kata dan bertutur sapa, lantas mengapa mereka “tega” disebut akademisi? Terlalu banyak “kebiadaban” yang dilakukan kaum akademisi, lalu dipertontonkan kepada publik!


            Kita harus kembali ke TUJUAN semula dari pendidikan itu, yaitu UNTUK MENCERDASKAN ANAK BANGSA! Pintar adalah salah satu bagian dari kecerdasan Bangsa.

Budi pekerti, Debat, Humaniora dan Filsafat sudah harus dimasukkan sejak sekolah dasar.

Kelas tidak seharusnya diisi belajar formal semata.

Seharusnya ada kelas, sesi dimana setiap murid saling menceritakan buah pikirannya, impiannya, latar belakang keluarganya, agamanya, termasuk hal-hal yang disukai dan tidak disukainya.

Setiap murid berbicara dan mendengar dengan bebas dibawah bimbingan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun