"Digitalisasi NU" Bukan Sekadar Website dan WiFi
Mengonlinekan NU bukan berarti sekadar bikin website resmi dan pasang WiFi di kantor PCNU (walau ini langkah penting juga, apalagi buat rapat Zoom dadakan). Tapi ini soal bagaimana NU bisa hadir secara digital sebagai otoritas moral, sosial, dan kultural di tengah masyarakat Bojonegoro.
Literatur seperti "Cyber Islam" karya Gary Bunt atau kajian dari Howard Rheingold tentang virtual community bisa jadi referensi bahwa komunitas keagamaan digital bukan hanya mungkin, tapi sudah terbentuk. Tinggal NU Bojonegoro mau ikut arus ini atau sekadar jadi penonton.
Digitalisasi juga soal manajemen data. Bayangkan jika data kader, program, hingga potensi ekonomi umat bisa diakses dan dimanfaatkan lewat platform digital. Ini bisa mendukung gerakan kemandirian ekonomi ala LPNU, program pendidikan dari LP Ma'arif, hingga gerakan sosial Fatayat dan IPPNU.
Dan jangan lupa, kader NU banyak yang jago desain, videografi, bahkan coding. Konsolidasi digital adalah jalan mempertemukan kemampuan anak muda dengan kebutuhan gerakan. Mungkin sekarang saatnya bukan hanya bikin madrasah diniyah, tapi juga madrasah digitaliyah.
Tantangan: Jangan Sampai Digitalisasi Malah Jadi "Diginisasi"
Namun, kita juga harus waspada. Digitalisasi bisa jadi jebakan jika hanya berorientasi pada pencitraan. Akun Instagram NU ramai dengan poster, tapi realitas di lapangan sepi kegiatan. Atau, program-program bagus tidak pernah diunggah karena "admin-nya sibuk cari sinyal".
Mengonlinekan NU harus tetap dibangun atas semangat keterlibatan jamaah dan jam'iyyah. Kita tak boleh membiarkan digitalisasi membuat NU kehilangan ruhnya: kebersamaan, keikhlasan, dan khidmat.
Penutup: Dari Konsolidasi ke Konektivitas
Akhir kata, pelantikan PCNU dan Banom adalah awal dari babak baru. Kini saatnya NU Bojonegoro melangkah dari konsolidasi struktural menuju konsolidasi digital. Dari sekadar koordinasi lewat grup WhatsApp, menuju konektivitas yang mendukung visi besar NU sebagai pengayom umat.
Mari kita bayangkan, suatu hari nanti, warga NU dari Margomulyo hingga Baureno bisa mengakses program NU, melihat jadwal pengajian, ikut pelatihan online, hingga berdiskusi tentang masa depan Bojonegoro lewat platform digital NU. Itulah NU yang konsolidatif sekaligus konektif.