Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Penulis tinggal di Bojonegoro

Setiap perjalanan adalah peluang untuk menemukan hal baru, menghadapi tantangan, dan menemukan kekuatan dalam diri. Jangan mengeluh tentang perjuanganmu. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kesempatan untuk berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Kancil dan Puasa Kejujuran

14 Maret 2025   13:00 Diperbarui: 14 Maret 2025   09:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Kancil Bermain Bersama di Hutan | www.grid.id 

Beruang tampak gelagapan. “Eh… siapa bilang?”

“Aku melihatnya sendiri. Beruang, ini bulan suci. Kita semua belajar menahan diri, bukan cuma dari makan, tapi juga dari perbuatan buruk. Kalau kau menerima suap, bagaimana hutan ini bisa adil?”

Beruang terdiam. Ia menunduk, merasa malu. “Aku… aku khilaf, Cil. Aku hanya berpikir, toh mereka memberi sesuatu untukku juga.”

“Tapi itu tidak adil! Bagaimana dengan teman-teman lain yang juga butuh, tapi tidak bisa menyuap?”

Beruang menarik napas dalam-dalam. Ia menatap Kancil dengan sungguh-sungguh. “Kau benar, Cil. Aku akan berhenti menerima suap dan membagikan makanan secara adil.”

Kancil tersenyum puas. Ia merasa puasanya kali ini lebih bermakna, bukan hanya menahan lapar, tapi juga menahan diri dari godaan untuk diam melihat ketidakjujuran.

Sore itu, ketika azan magrib berkumandang dari desa di seberang hutan, Kancil berbuka dengan hati yang lebih ringan.

Kura-kura tersenyum padanya. “Bagaimana puasamu, Cil?”

Kancil mengunyah potongan semangka dan tersenyum. “Susah, Kur. Tapi aku belajar satu hal hari ini. Puasa bukan cuma soal menahan lapar, tapi juga menahan diri dari perbuatan curang. Dan aku akan terus berusaha!”

Teman-temannya bersorak, bangga pada Si Kancil.

Dan sejak hari itu, Kancil tidak hanya terkenal sebagai si cerdik, tapi juga si pemberani yang berani menegakkan kejujuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun