Di antara sekian banyak warisan pemikiran Gus Dur yang kita kenal, ada satu topik yang jarang dibahas: sepakbola. Bukan rahasia lagi kalau Gus Dur, selain dikenal sebagai ulama, politisi, dan budayawan, juga punya pandangan yang unik—dan sering kali mengejutkan—tentang berbagai aspek kehidupan. Salah satu pandangan menariknya adalah ramalan bahwa Timnas Indonesia suatu saat akan lolos ke Piala Dunia.
Nah, ramalan ini sering kali jadi bahan diskusi hangat, apalagi menjelang Piala Dunia 2026. Tahun itu, format turnamen akan diperluas menjadi 48 tim, membuka lebih banyak peluang bagi negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Tapi, sejauh mana ramalan Gus Dur ini bisa jadi kenyataan?
Gus Dur dan Filosofi Sepakbola
Bagi Gus Dur, sepakbola bukan sekadar olahraga. Ia melihatnya sebagai cerminan kehidupan: penuh kerja sama, strategi, dan ketidakpastian. Pernah suatu kali, Gus Dur bercanda tentang bagaimana sepakbola mengajarkan pentingnya kerja kolektif. "Bola itu bundar, yang penting saling mengoper, jangan egois," katanya.
Pesan ini sederhana tapi dalam. Timnas Indonesia sering menghadapi kritik soal kurangnya koordinasi dan permainan individu yang terlalu menonjol. Jika Gus Dur masih ada, ia mungkin akan mengingatkan kita bahwa sepakbola adalah permainan tim, di mana kerja sama jauh lebih penting daripada bakat individu semata.
Ramalan Gus Dur: Realistis atau Sekadar Humor?
Ramalan Gus Dur bahwa Indonesia akan lolos ke Piala Dunia bisa terdengar seperti lelucon di tengah mimpi yang jauh. Apalagi, faktanya hingga saat ini, prestasi tertinggi Timnas di kancah internasional baru sebatas Piala AFF. Tapi, seperti biasa, humor Gus Dur sering menyimpan kebenaran yang perlu kita gali lebih dalam.
Pertama, Piala Dunia 2026 memang membawa angin segar. Dengan kuota Asia yang meningkat dari 6 menjadi 8,5 tim, peluang Indonesia untuk tampil di pentas dunia semakin besar. Namun, peluang ini tidak datang tanpa syarat. Dibutuhkan pembenahan besar-besaran dalam sistem pembinaan pemain, manajemen, dan strategi tim nasional.
Kedua, ramalan Gus Dur sebenarnya bukan hanya soal sepakbola, tapi juga soal optimisme. Ia ingin kita percaya bahwa Indonesia mampu. Dalam setiap candaannya, selalu ada pesan moral untuk terus berusaha, meski terlihat mustahil.
Tantangan Timnas Menuju 2026
Meski peluang ada, jalan menuju Piala Dunia bukanlah jalan tol yang mulus. Ada banyak "lubang" yang harus ditambal. Pertama, pembinaan usia muda. Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan berhasil bersaing di Piala Dunia karena mereka fokus membangun akademi sepakbola yang solid. Di Indonesia, masih banyak akademi yang minim fasilitas dan pelatih yang belum memiliki standar internasional.
Kedua, infrastruktur. Berapa kali kita mendengar cerita tentang stadion yang rusak, lapangan latihan yang tidak layak, atau jadwal liga yang berantakan? Gus Dur mungkin akan mengingatkan kita bahwa tanpa infrastruktur yang memadai, bakat sehebat apa pun tidak akan berkembang maksimal.
Ketiga, mentalitas. Salah satu kritik terbesar terhadap Timnas adalah mental yang sering "jatuh" ketika menghadapi tekanan besar. Gus Dur, yang selalu mengajarkan pentingnya keteguhan hati dan rasa percaya diri, mungkin akan berkata, "Menang atau kalah itu biasa, yang penting main habis-habisan."
Gus Dur dan Semangat Optimisme
Hal yang membuat Gus Dur istimewa adalah kemampuannya melihat harapan di tengah keterbatasan. Dalam ramalannya tentang Piala Dunia, ada pesan mendalam tentang pentingnya optimisme. Sepakbola Indonesia, meski sering kali terpuruk, punya potensi besar. Dari Sabang sampai Merauke, jutaan anak bermimpi menjadi bagian dari Timnas. Dengan pembinaan yang tepat, mimpi itu bukan tidak mungkin jadi kenyataan.
Bayangkan jika Gus Dur masih hidup dan menyaksikan Timnas berjuang di babak kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia mungkin akan memberikan lelucon khasnya untuk menghibur kita saat tim kalah, tapi juga memberikan semangat penuh ketika tim menang. Baginya, sepakbola adalah tentang menikmati proses, bukan hanya hasil.
2026: Tahun Sejarah Baru?
Jika kita melihat situasi saat ini, Indonesia memang masih punya banyak pekerjaan rumah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Lihatlah negara-negara kecil seperti Islandia yang berhasil tampil di Piala Dunia 2018 dengan populasi hanya sekitar 370 ribu jiwa. Kuncinya adalah perencanaan jangka panjang, konsistensi, dan kerja keras.
Indonesia punya sumber daya yang jauh lebih besar, baik dari segi populasi maupun antusiasme masyarakat. Jika kita bisa memanfaatkan potensi ini dengan baik, ramalan Gus Dur bisa saja terwujud.
Gus Dur, Sepakbola, dan Harapan Kita
Gus Dur adalah sosok yang selalu mengajarkan kita untuk bermimpi besar, tapi tetap realistis. Ramalannya tentang Indonesia lolos ke Piala Dunia bukan hanya soal skor dan trofi, tapi juga tentang bagaimana kita sebagai bangsa bisa bersatu, bekerja sama, dan belajar dari kegagalan.
Jadi, apakah Indonesia akan benar-benar tampil di Piala Dunia 2026? Waktu yang akan menjawab. Tapi yang pasti, seperti kata Gus Dur, "Gitu aja kok repot." Nikmati saja prosesnya, dan jangan lupa, kita tetap harus bekerja keras untuk mewujudkannya. Karena pada akhirnya, sepakbola bukan hanya soal menang atau kalah, tapi juga soal bagaimana kita bermain dengan sepenuh hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI